9. End of Friendship

1315 Kata
Chapter 9 End of a Friendship Sunshine merasa aneh dengan sikap Poppy yang tidak seperti biasanya, Poppy menatapnya seolah mereka adalah musuh. Dan aura ketegangan yang menyelubungi keduanya membuat Sunshine semakin tidak nyaman. Ia berdehem. "Poppy, apa kau baik-baik saja?" "Aku sangat baik andai aku ada di posisimu," jawab Poppy ketus. "Maaf, maksudmu?" Poppy justru tertawa. "Kau tegang sekali. Aku hanya bercanda." Sunshine menghela napas karena lega lalu tertawa seperti Poppy. "Jadi, apa pertemuan ini sangat penting?" "Menurutmu?" Sunshine tersenyum. "Aku yakin penting. Jika tidak, kau bisa berbicara lewat telepon." Poppy tersenyum, ia menekan bel untuk memanggil pelayan seraya berucap, "Kurasa kita harus memesan sesuatu dulu sebelum menemani obrolan kita." Sunshine setuju dengan ucapan Poppy, setelah pelayanan datang, ia memesan segelas jus melon dan dalam waktu singkat pesanan mereka datang. "Bagaimana kau bisa hidup tanpa makanan?" tanya Poppy ketika Sunshine mengaduk jus melon tanpa gula pesanannya. Sunshine menyeringai. "Jam makan malam telah berlalu, aku telah mendapatkan makan malamku tadi." Sunshine baru saja kembali dari studio televisi untuk menjadi bintang tamu di sebuah acara, kebetulan ia telah makan malam meski ia menyantap makan malamnya di mobil. Mona membawakan bekal untuknya karena kebetulan waktu makan malamnya bertepatan saat ia berada di jalan. Ia menjaga tubuhnya demi menunjang penampilan. Jangan ditanya seberapa membosankannya menjaga penampilan dan tidak bisa makan makanan lezat seperti orang kebanyakan. Ia memimpikan makan di restoran siap saji, meminum kopi kental yang penuh dengan krim dan gula, ia menginginkan es krim, dan semuanya mustahil. "Jadi, berita baik apa yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Sunshine setelah meletakkan gelas jus kembali ke atas meja. "Berita baiknya adalah, aku mendapatkan promosi kenaikan jabatan." Poppy menatap Sunshine seraya tersenyum lebar. Sunshine ternganga. "Menakjubkan, selamat, Poppy." Ia meletakkan satu telapak tangannya di atas telapak tangan sahabatnya. "Jadi, kau mengundangku untuk makan malam? Kenapa tidak mengatakan dari tadi?" Poppy tertawa. "Jadi, demi merayakan kenaikan jabatanku, kau bersedia mengorbankan dietmu?" Sunshine juga tertawa. "Tentu saja demi sahabat baikku, dietku bisa kumulai lagi besok." Poppy menggeser telapak tangannya, ia menggenggam telapak tangan Sunshine. "Rencananya besok aku ingin mengundangmu dan Lexy untuk merayakannya." Sunshine mengerutkan kedua alisnya. "Lexy?" Poppy menaikkan kedua alisnya. "Ya. Kau dan Lexy, karena lusa aku harus pergi ke Perth." Kerutan di alis Sunshine bertambah dalam. "Kau akan pergi berlibur?" Poppy mengedikkan bahunya. "Sayangnya, aku mendapatkan kenaikan jabatan tapi aku dipindahkan ke Perth." "Ya Tuhan, apa tidak ada pilihan lain?" Poppy menggelengkan kepala. "Aku tidak memiliki pilihan dan ini adalah kesempatanku satu-satunya." "Kau akan jauh dari keluargamu," desah Sunshine. "Mau bagaimana lagi?" "Kenapa kau tidak bekerja di perusahaan keluargamu?" Poppy menggeleng pelan. "Perusahaan keluargaku tidak bergerak di bidang properti." Sunshine menggigit bibirnya. "Keluargaku memiliki perusahaan di bidang properti, jika kau mau, aku bisa membantumu untuk masuk ke sana." Poppy merasa jika keberuntungan memang berada di pihaknya. Jessie mendorongnya ke dalam jurang, tetapi Sunshine justru mengulurkan tali ke dalam jurang untuk menyelamatkannya. Namun, ia tidak ingin memperlihatkan warna lain di depan Sunshine secara terang-terangan. "Aku akan mencoba beberapa bulan dulu di sana, jika di sana tidak cocok, mungkin aku memerlukan bantuanmu." "Kapan pun itu, aku akan membantumu." "Terima kasih, kau sahabatku yang paling baik," ucap Poppy. Berdehem pelan. "Bagaimana dengan pesta besok malam? Bisakah kau dan Lexy datang?" Tenggorokan Sunshine terasa kering, ia dengan lembut melepaskan tangannya yang masih terjalin dengan tangan Poppy. Ia mengambil gelas jusnya untuk membasahi kerongkongannya. "Lexy belum diizinkan keluar dari istana." "Bagaimana jika kita yang ke sana?" Gelas jus yang dipegang Sunshine nyaris tergelincir dari tangannya. "Yang Mulia tidak mengizinkan orang luar untuk menemui Lexy untuk sementara," ucapnya dengan perasaan gugup. "Apa kau tidak bisa membawa Lexy keluar dari istana diam-diam?" "Maafkan aku," desah Sunshine. "Sekali ini saja, aku ingin melihat kalian berdua untuk terakhir kali sebelum kita berpisah." Poppy menatap Sunshine penuh harap. Besok siang, Lexy palsu, Nick akan tampil bersamanya di rumah sakit. Tampil sekilas untuk mengelabuhi wartawan dan masyarakat. Raja mengatur akan memberitakan Lexy menjalani pemeriksaan ke rumah sakit. Meski Nick berada di Madrid, bukan berarti ia bebas meminta tolong kepada Nick untuk datang ke pesta yang dimaksudkan oleh Poppy. Tidak sesederhana itu karena jika diamati benar-benar dari dekat perbedaan Lexy dan Nick akan terlihat. Lagi pula, ia tidak bisa membawa Nick pergi untuk menghadiri keperluan pribadi. Pesta perpisahan Poppy sama sekali di luar urusan Nick, dan yang pasti, Nick beristri. Ia tidak bisa seenaknya saja meminjam pria beristri untuk hadir ke pesta. "Aku tidak bisa membawa Lexy, karena...." Sunshine nyaris tergagap. "Siangnya Lexy akan menjalani pemeriksaan di rumah sakit, aku tidak yakin jika pemeriksaan akan berjalan cepat atau bisa juga ia kelelahan setelahnya karena sebenarnya keadaan Lexy tidak terlalu baik." Sunshine meremas telapak tangannya sendiri di bawah meja, berharap jika caranya bisa memukul mundur Poppy. "Kalau begitu, aku akan menemani kalian ke rumah sakit." Penyesalan langsung menghantam Sunshine. Seharusnya ia melakukan kebohongan saja, bukan berkata setengah jujur yang sekarang malah membuat kerumitan yang lain. "Kau tahu, Yang Mulia ada di sana, penjagaan sangat ketat, aku dan Lexy tidak bisa mengobrol denganmu." Untungnya ia menemukan cara untuk menghindari Poppy dan berharap jika caranya berhasil. "Sunny," ucap Poppy dengan nada dingin. "Aku selalu bersedia menemanimu di rumah sakit. Tapi, kali ini saja aku hanya ingin berkumpul dengan kalian dua sahabatku sebelum aku pergi ke Perth dan kau terus saja mencari-cari alasan." Sunshine ternganga. Ia tidak menyangka Poppy emosi hanya karena ia hal seperti itu. Lagi pula bukankah Poppy sudah tahu bagaimana protokol penjagaan istana? Tidak semudah itu ia bisa bertemu dengan keluarga istana apa lagi posisinya di rumah sakit. "Poppy, tidak begitu...." "Apa setelah Lexy sadar kau tidak lagi memerlukan aku?" Sunshine sekali lagi tidak menyangka jika kata-kata itu terlontar dari mulut Poppy. "Poppy...." "Ya, aku tahu, kau tidak memerlukan bantuanku lagi karena calon suamimu itu telah kembali," ujar Poppy ketus. "B-bukan begitu... aku tidak bermaksud...." "Stop." Poppy bangkit dari duduknya. "Aku muak menjadi sahabatmu, kau selalu bersikap sok polos dan ada apa denganmu? Apa kau benar-benar bodoh? Lexy tidak menginginkanmu dan kau sanggup bertahun-tahun berpura-pura tidak tahu jika Lexy sebenarnya menolakmu?" Jantung Sunshine seperti tertikam belati. Tidak perlu Poppy mengatakan hal itu, sudah jelas jika ia memang tidak diinginkan oleh Lexy dari sikap dingin Lexy sejak mereka berada di bangku sekolah menengah atas. Ia juga tidak menginginkan perjodohan, ia ingin menjadi gadis biasa yang bisa memilih hidupnya sendiri. Ia marah dan tersinggung dengan ucapan Poppy karena bagaimana pun ia hanya manusia biasa. Tetapi, sebagai gadis yang menerima pendidikan tata krama tingkat tinggi dan dipersiapkan untuk selalu tersenyum di depan semua orang, ia menyembunyikan emosinya. "Poppy, apa maksudmu?" Poppy kembali duduk dengan kasar. "Aku hanya meminta kau dan Lexy datang ke tempat tinggalku besok, itu saja. Tidak sulit tapi kau menolakku. Aku sedang tersinggung. Apa kau mengerti?" Sunshine memejamkan matanya. "Kecuali itu, aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku tidak bisa melawan Yang Mulia." Poppy tersenyum. "Kalau begitu lepaskan Lexy." Kali ini d**a Sunshine bukan lagi tertikam. Tetapi terbelah. Ucapan demi ucapan Poppy semakin tidak masuk akal. "Asal kau tahu, Jessie menyingkirkanku dari negaraku sendiri," ujar Poppy sinis. "Jika bukan karena kau, aku tidak akan terusir dari Spanyol." "Aku akan berbicara dengan Jessie agar mencabut perintahnya. Tapi, tidak ada jaminan jika aku berhasil," ujar Sunshine datar. Kali ini ia tidak mampu lagi mempertahankan sikap manisnya. "Kau tidak perlu melakukan hal yang sia-sia." Poppy kembali bangkit dari duduknya. Ia mengambil tasnya. "Aku muak dengan segala sikap lembut dan sopan santunmu itu. Dan kurasa Lexy juga muak padamu." Sunshine tersenyum tipis. "Terima kasih atas nasihatmu." "Aku tidak sedang menasihatimu, sayangnya kau salah menilai persahabatan palsu kita. Kau terlalu bodoh untuk menyadari jika selama ini, aku dan Lexy sebenarnya memiliki hubungan di belakangmu." Sunshine tidak bergeming, ia membiarkan Poppy keluar dari restoran. Ia masih mematung di tempatnya hingga Mona menghampirinya dan mengajaknya meninggalkan tempat itu. Di dalam mobil, tangisnya tidak tertahankan. Eyeshadow berwarna hitam yang menghias matanya terkontaminasi air mata dan mengubah wajah cantiknya menjadi sangat mengerikan. Seharusnya, Poppy tidak perlu mempertegas jika Lexy tidak menginginkannya. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN