Di meja kerjanya, Lusy nyaris tertawa keras setelah menutup teleponnya kalau saja dia tidak melihat wajah Derek yang menatapnya tajam dan penuh peringatan yang lebih mirip dengan sebuah ancaman.
“Kamu sudah melakukan yang perintahku?” katanya dingin.
“Siap Pak. Saya sudah mendapatkan data asistennya Laila. Dan ini berkasnya,” jawab Lusy mencoba mengendalikan rasa gelinya.
“Ada apa?” tanya Derek curiga.
Lusi berpikir untuk tidak mengatakannya. Tapi kalau dia diam Derek pasti akan curiga. Pasti tidak baik ke depannya.
“Maaf Pak. Sebelumnya saya menelpon rumahnya. Kebetulan yang menerima adalah ibunya. Saya tidak menyangka kalau nyonya rumahnya adalah seorang ibu yang sangat perhatian terhadap kegiatan putrinya. Bahkan dia mengetahui dengan pasti bahwa putrinya tidak mengirim lamaran kerja ke WildG,” jawan Lusy pelan.
“Maksudnya, kamu mencari tahu dengan mengatasnamakan WilG?” tanya Derek dengan senyum di bibirnya.
“Benar Pak.”
“Dan apa yang kamu dapatkan?”
“Andara Sasmita adalah nama asisten Laila. Dia mempunyai seorang kakak yang sudah di kontrak oleh WildG. Nama kakaknya adalah Selina Thomas,” beritahu Lusy.
“Selina? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu,” gumam Derek sambil berjalan menjauh setidaknya itu yang dipikirkan oleh Lusi karena pria itu ternyata berjalan ke belakangnya dengan tubuh membungkuk menatap layar computer di meja Lusi membuat tubuh wanita itu dingin mendadak.
“Si bos apa-apaan sih. Bikin aku gemetar aja,” Lusi mengeluh dalam hati.
Derek tidak peduli dengan sikap Lusi yang bergeser menjauh darinya. Perhatiannya terpusat pada data yang ada dilayar computer Lusi. Gerakan tangannya yang menarik kursi di sebelak kirinya membuat Lusi mengerutkan alisnya.
“Kau yakin data ini benar? Dia hanya karyawan magang tapi prestasinya sudah seperti ini?” tanya Derek berpaling ke sebelah kirinya dan melihat Lusi yang tengah memperhatikan dirinya, “Lusi!”
“Andara memang statusnya sebagai pegawai magang. Tapi karena perusahaan kita menerapkan system seperti itu Pak,” Lusi menjelaskan alasan mengapa Lusi berstatus sebagai karyawan magang.
“Begitu…Menurutmu apakah dia bisa menjadi karyawan tetap?” tanya Derek.
“Peluang untuk menjadi karyawan tetap saya rasa sesuai dengan criteria yang dia miliki Pak. Hanya saja kenapa bapak tertarik padanya. Apa keistimewaannya?” tanya Lusi berani.
Derek tertawa. Dia sepertinya tahu arti dibalik kata-kata yang diucapkan olehnya.
“Aku tidak tahu mengapa tertarik dengan dia. Apa yang membuatnya berbeda?” Derek duduk bersandar dikursi sementara matanya masih memandang data serta foto yang memuat wajah Andara Sasmita.
“Andara Sasmita? Nama yang bagus dan menarik. Kau memiliki Wajah yang tidak mudah dilupakan.” ucap Derek sambil mengetuk jarinya pada dagu nya yang terbelah.
Derek sudah menyimpan informasi tentang Andara dan dia akan menggunakannya pada waktu yang tepat.
Sudah sebulan lamanya sejak Derek melihat data pribadi Andara hingga tanpa sengaja dia melihat wanita itu kembali berjalan cepat dengan membawa tumpukan berkas di tangannya.
Derek tidak melihat wajah Andara yang merasa terbebani saat melakukan pekerjaannya. Yang dia lihat adalah gadis itu memeiliki semangat yang tinggi sementara senyuman tidak pernah menjauh dari bibirnya.
Sempat terbesit rasa tidak senang melihat Andara membawa tumpukan berkas. Tetapi Derek juga tidak akan mencampuri pekerjaan yang dilakukan setiap karyawannya. Semua karyawan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Dan pada hari ini, Derek mempunyai kesempatan untuk melihat dan bertemu secara bertatapan muka dengan Andara pada saat dia mengadakan pertemuan yang mewajibkan setiap direktur diperusahaannya membawa sekretarisnya.
“Lusy! Apakah semua direktur sudah berkumpul?” tanya Derek pada Lusy yang sedang menyiapkan beberapa berkas di mejanya.
“Sudah Pak. Baru saja Indy menghubungi saya kalau para direktur sudah berkumpul,” jawab Lusy cepat.
“Bagus. Aku harap yang akan mereka sampaikan hari ini tidak mengecewakan,” sahut Derek.
Lucy dengan langkahnya yang cepat berusaha mengikuti langkah kaki Derek yang lebar menuju ruang meeting. Sebagai seorang Presiden direktur, Derek tidak pernah harus diingatkan bila ada meeting penting. Buat dia tepat waktu dan ingatan adalah kunci kesuksessan.
Derek memperhatikan para direktur di perusahaannya yang sudah hadir dan menempati kursinya masing-masing. Dan tatapannya tertuju pada bagian perencanaan khususnya pada kursi sekretaris Aldwin.
“Kenapa bukannya Andara yang datang ke meeting ini,” dengusnya kesal.
Semua direktur yang melihat perubahan sikap Derek merasa khawatir. Dan mereka berusaha memberikan laporan terbaik di bagian mereka.
Hanya Lusy yang mengerti mengapa wajah Derek berubah kecewa. Dia tersenyum dalam hati karena sikap Derek saat ini lebih mirip orang yang sedang kasmaran.
Derek. Dengan sikapnya yang selalu teliti dan menginginkan kesempurnaan mendengar semua penjelasan dari para direkturnya. Dia sangat puas ketika mereka membuktikan keberhasilan mereka bukan hanya berupa teori saja.
“Oke. Aku ucapkan terima kasih atas keberhasilan kalian. Aku akan memberikan bonus pada tim kerja kalian semua.” Katanya saat meeting mendekati akhir.
“Terima kasih Tuan. Tentu merupakan penghargaan tertinggi buat kami semua,” jawab Alice dengan mata yang menggoda.
“Hm. Dan aku ingin saat pertemuan selanjutnya kalian semuanya sudah mempunyai usulan baru,” kata Derek membalas ucapan Alice membuat rekan kerja yang lain memandang Alice kesal.
Tanpa menunggu jawaban dari Alice, Derek melangkah keluar dari ruang meeting. Wajahnya tidak terbaca ketika dia meminta Lusy mengatur kepindahan Andara dari asistennya Laila menjadi asistennya Lusy.
“Segera atur kepindahan Andara. Dan katakan pada HRD agar mencari pegawai lain untuk menggantikan posisi Andara sebelumnya,” perintah Derek sambil melangkah menuju ruang kerjanya.
“Baik Tuan. Akan saya kerjakan segera,” jawab Lusy.
Derek kembali ke ruang kerjanya karena masih ada beberapa berkas yang harus segera mendapatkan perhatiannya.
Lusyana Anderson segera memanggil Deviana Romano untuk datang ke lantai 20. Lusy memanggil Deviana agar di bagian HRD tidak terjadi kegemparan saat dia datang. Bagaimanpun Lusy sudah mendengar kalau setiap kali dia datang ke HRD maka sudah dipastikan akan ada karyawan yang dipindahkan bahkan ada yang dipecat.
“Selamat siang Bu Lusy.”
“Selamat siang. Aku ingin kamu memindahkan Andara untuk menjadi asistenku,” perintah Lusy dengan nada suara yang tidak bisa dibantah.
“Tapi Bu. Saat ini Andara masih karyawan magang dan sedang dipersiapkan untuk menggantikan Laila yang akan segera mengambil cuti,” jawab Deviana.
“Cuti? Setahu aku usia kandungan Lailla baru 6 bulan. Bagaimana dia akan mengambil cuti? Kamu persiapkan saja karyawan baru yang akan menggantikan Andara. Dan aku minta besok Andara sudah berada di lantai ini sebagai asistenku,” perintah Lusy.
“Tapi … Baiklah Bu. Saya akan segera mengatur kepindahan Andara di ruangan ibu,” jawab Deviana pelan.
Deviana meninggalkan meja Lusy dengan hati bertanya dan sama sekali tidak mengerti.
“Apa mungkin Bu Lusy merasa iri karena Laila mempunyai asisten sementara dia yang merupakan sekretaris presdir bahkan harus mengerjakan sendiri? Tapi aku rasa wajar. Bagaimanapun Bu Lusy dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang sangat besar harusnya mempunyai asisten yang dapat membantunya,” kata Deviana menarik nafas.
Deviana, sesuai dengan perintah dari Lusy segera mengatur kepindahan Andara ke lantai 20 untuk menjadi asistennya Lusy sementara Laila akan menunggu asisten yang baru.
Suara telepon di meja Laila terdengar nyaring ketika dia baru saja kembali dari ruangan Aldwin. Sementara di ruangan yang terpisah Andara sedang mengetik semua ringkasan hasil meeting yang baru saja diberikan oleh Laila.
“Andara. Kamu ke ruangan HRD ya. Bu Deviana memanggilmu,” beritahu Laila dengan wajah yang masih menampakan keheranannya.
“Bu Deviana? Ada apa ya Ka?” tanya Andara tidak mengerti.”
“Sepertinya kamu akan dipindah. Cepat temui sana!” perintah Lailla membuat Andara heran.
“Ada apa dengan Kak Laila. Kenapa dia tiba-tiba seperti itu? Apa dia marah? Tapi marah kenapa?” tanya Andara sambil meninggalkan ruang kerjanya.
Laila menatap Andara dengan wajah khawatir. Dia tidak mengira kalau Andara yang baru sebulan bekerja bisa langsung mendapatkan posisi sebagai asistennya Lusyana Anderson.
Lusyana adalah sekretaris Presiden Direktur yang memiliki hak untuk meminta asisten dari divisi manapun sesuai dengan keinginannya. Dan Lailla tidak mengerti mengapa Lusy meminta Andara.
Selama ini Andara adalah seorang karyawan yang jarang sekali berbaur dengan karyawan lain. Dan sepertinya sangat mustahil bila Lusy dapat mengetahui keberadaan Andara.
Lailla tahu bahwa Andara adalah gadis yang polos dan benar-benar mempunyai tujuan untuk bekerja. Lailla menduga ini ada hubungannya dengan kedatangan Derek sebulan lalu ketika pria itu datang ke ruang kerja Aldwin.