Derek melihat jam tangannya. Wajahnya terlihat begitu jengkel. Bagaimana bisa wanita yang berstatus sebagai pegawainya begitu berani menolak ajakan makan siangnya seolah-olah dirinya adalah wabah penyakit yang harus di hindari. Padahal ia bermaksud untuk mengajak Andara melihat orang suruhannya melepas kamera cctv di apartemennya. Derek tidak mau mengambil resiko bertahan dengan pendiriannya sementara wanita itu tidak menyukainya. Dengan wajah keruh, Derek memanggil Lusy untuk memberikan kembali jadwal yang sudah ia tanda tangani dan setujui. “Hari ini makan siang dimana?” tanya Derek setelah berkas di tangannya berpindah tangan. “Saya, seperti biasa makan di kantin Pak. Apa bapak mau dipesankan tempat untuk makan siang?” tanya Lusy. “Tidak perlu. Aku akan makan sia