Bab 1. Berita Kecelakaan

1346 Kata
"Adik kamu kecelakaan, cepat ke rumah sakit!" Ari menutup panggilan telepon dari ibu tirinya. Ia segera menyimpan ponsel di saku jaket hitam kulit yang ia kenakan lalu berdiri. "Kamu mau ke mana, Ri? Kita harus meeting setengah jam lagi," kata Ikhsan, teman sekaligus partner kerjanya. "Sorry. Adek aku kecelakaan. Aku harus ke RS," sahut Ari. "Kecelakaan? Gimana kondisinya?" Ari hanya mengangkat bahu. Ia berharap kondisi Salsa tidak parah. Ia tahu adiknya sangat menyebalkan, centil dan paling berkuasa di rumah, tetapi tetap saja Salsa adalah adiknya. "Aku pergi dulu." Ari memasang kaitan helm lalu meluncur ke jalanan dengan motor besarnya. Sekilas, tidak akan ada yang tahu bahwa si pengendara adalah seorang wanita muda berusia 23 tahun. Sebab, Ari lebih suka berpakaian layaknya laki-laki. Entah kenapa itu membuat ia lebih berani dan percaya diri. Bahkan, wanita bernama lengkap Ariana Putri Kavita itu lebih suka dipanggil Ari sejak dulu. Nama yang sebenarnya lebih cocok untuk laki-laki. Begitu tiba di rumah sakit, ia langsung mencari kamar adiknya. Ia diberi tahu perawat bahwa Salsa masih di ruang operasi. Jadi, ia diminta menunggu bersama keluarganya. "Apa yang terjadi? Apa Salsa luka parah?" Ari menggumam sembari menunggu lift tiba di lantai atas. Ari melangkah keluar dari lift bersamaan dengan terbukanya pintu lift di sebelah. Ia menoleh cepat dan mendapati Marvel keluar dari sana dengan ekspresi super tegang. Marvel adalah tunangan Salsa, tetapi Ari sama sekali tidak dekat dengan Marvel. "Gimana kondisi Salsa, Tante?" tanya Marvel pada Diana—ibu tiri Ari. Diana membuang napas panjang. Ia menatap Marvel dan Ari bergantian. "Belum tahu. Salsa ... dia ...." Diana tak menyelesaikan ucapannya karena ia lebih dulu menangis. Bagaimana tidak? Salsa akan menikah dengan Marvel seminggu lagi. Dan kini, Salsa justru harus berada di ruang operasi. "Salsa pasti baik-baik saja," ujar Marvel mencoba menenangkan. Ia memeluk Diana yang kembali duduk. Ari mendesahkan napas panjang. Ia berdiri menyandar di tembok seperti ia tak ada bagi orang lain yang ada di sana. Sebab selalu seperti itu, ia selalu tak dianggap. Entah apa yang dipikirkan ibunya tadi. Kenapa ia harus ditelepon untuk datang? Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruang operasi. Marvel dan Diana berdiri bersamaan disusul Tanto—ayah Ari dan Salsa. "Gimana putri kami, Dokter?" tanya Tanto. Ari mendekat, ia juga ingin tahu. "Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi, kondisi pasien sangat kritis. Operasinya berhasil, tetapi kami tidak bisa menyelamatkan janinnya. Pasien mengalami keguguran," kata dokter itu. Ari mengerutkan kening. Bukankah Salsa belum menikah? Namun, Salsa hamil dan keguguran? "Apa? Salsa ... dia hamil?" Marvel terbata sementara di sebelahnya Diana menutup bibir. Ari hanya menggeleng. Ia tak menyangka Salsa sudah sejauh itu dengan Marvel. Ia agak heran karena Marvel terlihat sangat terkejut. Apakah pria itu belum tahu? "Putri saya hamil, Dok?" tanya Tanto dengan nada malu. Ia menatap Marvel penuh tanya. Ia tak tahu sejauh apa putrinya dan Marvel berpacaran. "Ya. Tampaknya sudah tiga bulan." Dokter itu menatap semua orang bergantian. "Untuk saat ini, kami hanya bisa memantau perkembangan pasien. Benturan yang dialami pasien sangat parah dan kami tidak bisa menjamin kapan pasien akan bangun." "Apa maksudnya?" tanya Diana melengking. Ia sudah sangat kaget dengan berita kehamilan Salsa. Ia tak sanggup mendengar hal yang lebih buruk lagi. "Pasien mengalami koma." Dokter itu menatap semua orang bergantian. "Maaf, pasien akan segera dipindahkan ke ruang intensif dan kami akan memantau kondisinya." Marvel terduduk mendengar penuturan dokter. Ari yang berdiri tak jauh dari pria itu hanya meliriknya. Ia mengira Marvel adalah pria baik, tetapi semua pria ternyata sama saja. Orang tua Marvel datang paling akhir di sela kebingungan semua orang. Mereka bertanya gugup soal kondisi Salsa dan tentu saja mereka semua sangat terkejut dengan fakta yang baru saja mereka dengar. "Vel! Di mana otak kamu? Kamu beneran ... udah tidur sama salsa?" tanya ayah Marvel dengan nada geram. "Kalian belum sah menikah! Bisa-bisanya kamu!" Marvel mengepalkan tangannya. Ia enggan menjawab. Kepalanya dipenuhi banyak hal saat ini. "Marvel akan menikah dengan Salsa, itu ... itu bukan masalah," ujar ibu Marvel membela putranya. Ia menepuk bahu sangat suami. "Papa tenang dong. Marvel pasti baru sedih karena Salsa sekarang koma." Marvel mendadak menggeram lalu berdiri. "Bukan aku. Bukan aku yang menghamili Salsa!" "Apa?" Semua orang terkejut. Kecuali Ari yang hanya mengangkat alis. Ari penasaran bagaimana Marvel akan menyangkal semua ini. Ia yakin, Marvel hanyalah pria berengsek yang tak mau tanggung jawab! "Andai Salsa nggak kecelakaan, aku nggak bakalan tahu dia selingkuh," ujar Marvel dengan tangan terkepal. "Salsa nggak mungkin selingkuh!" sergah Diana. "Itu faktanya, Tante. Saya belum menyentuh Salsa sejauh itu," ujar Marvel. Ia menyugar rambutnya gusar. "Tapi ... ini bukan masalah. Pernikahan kami ... batal." Diana dan Tanto sama-sama melotot. Mereka sangat senang waktu tahu Salsa dan Marvel berpacaran. Keluarga Marvel sangat kaya dan berniat memberikan investasi besar untuk perusahaan mereka. Dan jika pernikahan itu batal, maka semua akan berantakan. "Kenapa kalian kaget?" Marvel tertawa mencela. Ia menatap ke arah pintu ruang operasi yang baru saja dibuka. "Calon mempelai wanita baru aja mengalami koma. Kita nggak tahu kapan dia bakalan bangun. Dan walaupun dia bangun besok pagi, aku nggak mau nikahin wanita yang suka selingkuh!" "Nak Marvel," panggil Tanto. Ia menarik lengan Marvel. "Salsa pasti bukan wanita seperti itu." "Bukannya kalian dengar ucapan dokter tadi?" Marvel menepis tangan Tanto. "Dia hamil! Dan itu bukan sama aku!" Ia lalu menatap ayahnya. "Bilang sama mereka, Pa. Semuanya batal, termasuk investasi itu!" Leon, ayah Marvel mendesis pelan. "Mana bisa dibatalkan, Vel? Kamu lupa, pernikahannya seminggu lagi. Papa udah ngundang banyak orang. Keluarga dekat kita datang semua dari luar negeri. Pernikahan ini ... juga demi bisnis." Marvel mendengkus. "Jadi, Papa mau aku nikah sama mayat hidup kayak gini?" "Marvel!" seru Leon. Ari mengepalkan tangannya. Ia tahu Marvel mungkin sakit hati mengetahui perselingkuhan Salsa. Namun, ia juga tidak menyukai pria yang asal bicara seperti itu. Mayat hidup? Apakah ia tidak mempertimbangkan perasaan orang tua Salsa? "Aku cuma bicara fakta! Aku nggak akan mau nikah sama Salsa! Dia selingkuh!" gertak Marvel. "Nggak ada bukti kalau Salsa selingkuh." Diana menyeletuk. Ia mendorong d**a Marvel. "Bukannya kalian berdua sudah sering keluar bahkan menginap di hotel bersama? Kamu ... mau mengelak dan nggak ngaku kalau kamu yang menghamili Salsa?" Marvel mendengkus keras. "Emang bukan aku yang bikin Salsa hamil, Tante!" "Kamu harus tanggung jawab sama Salsa! Dia pasti bangun!" Diana mencengkeram pergelangan tangan Marvel. "Aku nggak perlu tanggung jawab! Dia udah tidur sama pria lain!" seru Marvel tak terima. Marvel menggeleng dengan ekspresi jengkel. Yah, ia ikut berduka atas apa yang menimpa Salsa. Ia mencintai Salsa hingga hari ini ia akhirnya mengetahui perselingkuhan gadis itu. Dan ia sangat kecewa. "Pernikahan itu nggak akan terjadi, jadi aku harus pergi," ujar Marvel. Ia menarik kerah jasnya lalu mendengkus sebelum meninggalkan ruang tunggu operasi. Ari menatap kepergian Marvel. Ia sangat tidak menyukai sikap arogan pria itu. Terlebih ucapannya yang kasar tadi. "Marvel, tunggu!" panggil Leon dan Tanto. Kedua orang tua itu saling bertatapan. Tanto menggeleng pelan. "Maaf, Pak, saya yakin Salsa nggak akan selingkuh. Saya yakin Salsa hamil sama Marvel." "Ya, saya mau Marvel tetap menikahi Salsa," kata Diana penuh harap. Leon membuang napas panjang. Ia bertukar tatap dengan istrinya, Sandrina. "Sayangnya, nggak ada yang bisa membuktikan itu. Marvel juga menyangkal dan pernikahan itu terpaksa batal karena kondisi Salsa. Mungkin kita bisa bicarakan lagi kalau Salsa sudah bangun." Tanto memijat keningnya. Ia sudah sangat mengharapkan investasi dari keluarga Marvel. Ia sudah terlanjur memberitahu banyak orang bahwa ia akan mulai menguasai pembangunan real estate baru di ibu kota. "Marvel nggak mau nikah sama Salsa, oke kami mengerti," ujar Tanto. Ia mengangkat tangannya saat Diana hendak protes. "Tapi, kami masih memiliki satu putri lagi." Semua orang kini menatap Ari yang berdiri bak hantu tak jauh dari mereka. "Apa? Kenapa?" Ia bertanya penasaran. "Marvel bisa menikah dengan Ari." Ucapan Tanto membuat Ari langsung melotot. "Papa apa-apaan?" Diana yang lebih dulu protes. Ia tak terima jika anak tirinya yang dinikahi putra konglomerat seperti Marvel. "Demi bisnis." Tanto menambahkan. Ia mengedikkan dagunya pada Leon dan Sandrina. "Bagaimana, Pak, Bu? Kalian nggak mau pesta pernikahan yang telah direncanakan itu batal begitu saja, kan?" Ari mendengkus. Ia jadi ingin segera meninggalkan rumah sakit seperti yang dilakukan Marvel tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN