Pengakuan Perasaan

1155 Kata
“A-apa kau yakin dengan yang kau bicarakan itu, Lina?” Rizal bertanya, karena ia tidak begitu yakin. Gadis yang terlihat lemah ini, yang selalu mengharapkan perlindungan darinya ini, akan melakukan serangan balasan dbalasan kepada pria licik seperti Rudi. Rizal tahu tabiat Rudi sedari dulu, sehingga ia sudah mengenal siapa pria itu, Rudi memang selalu mencari masalah, bahkan bukan hanya padanya saja, tetapi pada kebanyakan orang. “Tenang saja, Dokter. Dia belum tahu, siapa aku,” ucap Lina dengan percaya diri. “Hmm, oke. Aku tunggu aksimu kalau begitu, tapi meskipun begitu, kau juga harus hati-hati. Pria itu sangat licik,” ucap Rizal mengingatkan. “Tenang saja, dokter. Yang aku khawatirkan justru kamu, bagaimana nanti kalau pria itu benar-benar mengirimkan itu pada kak Winda?” Lina mulai cemas. “Jangan cemaskan aku, ya, sudah. Sebaiknya kita kembali ke mereka, sudah lama kita menghilang,” ucap Rizal. Ia pun meraih pergelangan tanga Lina dan mengajaknya untuk kembali bergabung dengan yang lain. Mereka pun langsung berbaur, bersama-sama, berbincang dan saling berbagi pengalaman, berfoto sebagai kenang-kenangan dan saling bertukar informasi. Selama acara itu, Lina tidak sedetik pun jauh dari Rizal. Tidak pernah ia biarkan pria itu meninggalkannya. Ia tidak ingin memberikan kesempatan kepada Rudi untuk mengganggunya. Ia tidak ingin menghancurkan momen itu. “Baiklah, sekarang kita tiba di acara puncak yaitu, ungkapan perasaan! Jadi, di sini setiap pasangan yang datang, akan diberi kesempatan untuk mengungkapkan isi hati mereka terhadap satu sama lain. Jika orang itu sukses membuat pasangannya terharu, maka mereka akan mendapatkan keistimewaan untuk menjadi bintang dansa di atas panggung. Akan tetapi siapapun yang menolak, maka sanksinya adalah, mereka harus bersedia merelakan pasangan untuk di dekati orang lain dan mengajaknya berdansa.” Sorak sorai tepuk tangan menyambut acara puncak itu, mereka yang antusias ingin mengungkapakn kasih sayang dan cintanya kepada pasangan mereka, tentu saja senang karena acara itu akan meningkatkan keberanian dan percaya diri mereka membuktikan perasaan. Akan tetapi, berbeda dengan pasangan kita ini, setelah mendengar pengumuman itu, Rizal dan Lina hanya bisa saling menatap. Lina terlihat sangat cemas sementara dokter Rizal biasa saja. “Apa yang harus kita lakukan, Dokter?” tanya Lina tegang. “Kenapa khawatir, ikuti saja aturan itu. Kita ungkapkan persaan masing-masing, kecuali kalau kau ingin diajak berdansa dengan orang lain,” ucap Rizal. “Tapi dokter…” Lina merasa ragu. Ia tidak mungkin mengatakan dengan jujur tentang perasaannya, bukan? Kalau begitu, apa yang harus ia katakan? Kebohongan sajakah? “Apa lagi, kau tinggal bilang kalau aku itu sepupu yang tampan dan baik hati, beres kan?” Rizal memberinya saran. “Apa bisa begitu saja ?” “Iya, memangnya kamu mau ungkap apa lagi?” tanya Rizal. Benar, memangnya apa lagi yang harus ia ungkapkan? “Ya, sudah, ayo kita ikut saja kalau begitu.” Lina pun mengangguk pasrah. Satu persatu setiap pasangan mengungkapakan perasaan kepada masing-masing pasangan, mereka melakukannya dengan berbagai ekspresi dan gaya. Ada yang percaya diri bahkan mencium pasangannya di depan orang, ada juga yang malu-malu, bahkan ada pula pasangan pria lari dikejar oleh sang wanitanya karna takut dan tidak percaya diri mengungkapkan isi hatinya. Sehingga momen yang seharusnya romantis berubah menjadi adegan komedi yang mengocok perut semua orang yang ada di tempat itu. Setiap pasangan memiliki cara mereka sendiri untuk mengungkapkan rasa cinta dan sayang mereka terhadap pasangan yang mereka cintai. Lina menyakiskan semua itu sembari berpikir, seandainya saja ia dan Rizal adalah pasangan sebenarnya. Mungkin ia akan mengungkapkan cintanya dengan sepenuh hati. Tapi apa yang akan ia lakukan nanti adalah ungkapan perasaan seorang sepupu untuk sepupunya yang telah memiliki pasangan yang teramat ia cintai. Tiba-tiba matanya menyalak tajam, saat ia melihat Rudi dan pasangannya maju ke depan. Dengan seringainya pria itu mengelus lembut wajah wanita yang ada di hadapannya lalu dengan berani, ia mengerling nakal ke arah Lina. Meskipun orang-orang tidak menyadari apa yang pria itu lakukan, tapi Lina benar-venar muak dibuatnya. Rizal pun terlihat menahan amrahnya dengan mengepalkan tangan. “Kau adalah bidadari yang tanpa sengaja aku lihat, kau wanita tercantik yang sangat ingin aku miliki. Sayanganya saat aku mendekatimu, kau malah menolakku. Tapi aku bejanji, akan mendapatkanmu walau kau bersembunyi di manapun,” ungkapnya sambil terus mengelus wajah mulus wanita yang ada dihadapannya itu dan tanpa segan sedikitpun, ia langsung mencium bibir wanita itu di depan semua orang. Wanita yang ada di hadapan Rudi hanya bisa menatapnya dengan tegang, seakan ia berdiri dihadapan pria itu hanya karena terpaksa. Senyum yang ia tampilkan juga sepertinya dipaksakan. Bahakn ia terlihat seperti orang ketakutan. “Hei, apa yang kau katakan itu, Rudi. Apa kau masih mengejar pasangamu? kau masih mengejarnya tapi sudah berani menciumnya, dasar kau ini! H..ha...” Seru saah satu pria padanya. Semua orang hanya menggeleng tak habis pikir melihat tingkah Rudi yang aneh. Sementara Lina hanya mendengus muak melihat tingkah menjijikkan Rudi. Kemudian acarapun berlanjut, ada beberapa pasangan yang sukses membuat pasangan mereka terharu, tapi ada juga beberapa yang bahkan tidak berani mengungkapkan perasaan dan harus merelakan pasangannya untuk berdansa dengan orang lain sebagai bentuk sanksi atas ketidakeraniannya. Sampai pada akhirnya, giliran pasangan Rizal dan Lina. Keduanya pun terlihta santai dan percaya diri melangkah maju ke depan. Rizal berdiri di hadapan Lina, menatapnya dengan dalam. Pria itu tampak sangat serius. Jantung Lina ternyata tidak mampu menahan tatapan itu sehingga detakan normal berubah menjadi deru yang bertalu-talu. Ia hanya berharap Rizal tidak menyadarinya. “Lina, nama yang indah bukan? Seindah wujudnya yang sempurna, Lihatlah aku bahakn sampai memujinya dengan kata sempurna padahal kata itu hanya bisa ditujukan kepada Yang Maha Pencita. Tapi karean aku sangat mengagumi ciptaanNya inilah, aku berani mengatakannya. Dia adalah wanita yang membutaku kagum setelah kekasihku sendiri, Winda. Seorang wanita yang teramat aku cintai. Lina, adalah sepupuku yang sangat baik, sampia-sampai aku sendrilah yang akan menentukan dengan siapa kelak dia akan bersama, aku akan melindunginya sampai ia bertemu dengan seseorang yang akan bertanggung jawab tulus untuknya. Aku bahkan tidak akan membiarkan pria b******k di luar sana untuk mencoba mendekatinya. Dia akan aku jaga seperti menjaga nyawaku sendiri. Lina, aku menghargaimu…” Rizal mengakhiri ungkapannya dengan merentangkan tangan meminta Lina untuk menyambutnya. Tak pelak, air mata haru, sedih dan bahagia luruh menajdi satu. Gadis itu pun menghambur kepelukan Rizal sambil terisak. Sorak tepuk tangan menyambut mereka , begitu sangat menyentuh, dan mengharukan. Bahkan ada beberapa wanita yang ikut menangis di buatnya. Mereka seketika berharap memiliki sepupu yang sama perhatiannya dengan dokter Rizal. Karena berhasil membuat pasanganya terharu, Lina memiliki hak untuk memilih apakah ia harus mengungkapkan perasaannya kepada Rizal atau tidak. Tidak ingin ambil pusing dan menambah masalah hatinya, ia memilih untuk tidak menungkapakannya saja. “Baiklah, para hadirin yang berbahagia, sekarang kita akan berada di acara terkhir yaitu dansa. Jadi aturannya, yang membuka dansa pasangan yaitu yang berhasil membuat pasangannya menangis terharu. Dan ada 3 pasangan yag berutung. Mereka akan berdansa sebelum kita semua ikut meramaikan!” Kembali sorak riuh teriak dan tepuk tangan terdengar. “Untuk pasangan pertama yaitu, Rizal dan LIna… silakan maju ke lantai dansa yang telah di sediakan!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN