Dia Memilihku

1196 Kata
“Loh, kok malah nangis?” tegur Lina. Gadis itu menghapus air mata sang ibu dengan tisu. Perlakuannya begitu sangat lembut. Ia benar-benar memberikan semua perhatiannya kepada orang yang telah berkorban banyak untuk hidupnya ini. Setidaknya hanya inilah yang bisa lakukan untuk sedikit membalas limpahan kebaikan mereka padanya. “Tidak, sayang. Mama hanya terharu, hati mama dipenuhi kebahagiaan sekarang, sampai-sampai Mama tidak ingin malam ini berakhir,” ucap Yuanita. “Kalau dunia ini hanya malam terus kan bisa gawat juga, Mama.” Lina menatap sang ibu dengan dalam, diraihnya tangan wanita itu dan menciumnya. “Jangan khawatir, aku berjanji akan berusaha untuk menjadi putri seperti yang Mama mau. Kalian sudah memberiku hidup yang terbaik, kasih sayang dan cita tiada tara. Aku akan menjadi manusia tidak berguna jika semua kebaikan itu tidak aku balas. Setidaknya dengan sikap yang akan membuat kalian terus tersenyum. maafkan aku karena selama ini tidak menyadari semua itu, aku harap niatku ini belum terlambat, Ma..Pa…” tutur Lina. Yuanita kembali berderai air mata, kenapa putri tiba-tiba berubah menjadi malaikat seperti ini?’ “Sayangku, terima kasih. Melihatmu seperti ini saja, kami sudah sangat bahagia. Jangan pikirkan yang lain lagi. tetaplah menjadi putri kami yang terbaik, sayang. Mama sangat mencintaimu…” ucap Yuanita. “Iya sayang, kami akan selalu melimpahkan kasih sayang itu padamu, karena kami sangat menyayangimu,” sang ayah pun ikut menimpali. Lina tersenyum, hatinya lega sekaligus bahagia. “Ya, sudah. Kalau menangis terus kapan makannya? Ayo Ma, Pa kira makan..!” Seru Lina. Mereka bertiga pun menyantap makanan yang tersaji dengan penuh kehangatan. *** Sementara itu. Laura berjalan menuju sebuah restoran. Di sana ia melihat seorang pria bertubuh tinggi paruh baya sedang tersenyum padanya. Ia pun melambaikan tangannya dan berjalan menghampiri pria itu. Saat Laura sudah berada di hadapannya, pria itu pun langsung mencium bibir Laura tanpa peduli orang-orang di sekitarnya. Untungnya tempat mereka berada sedikit tersembunyi. Sehingga mereka tidak terlalu nampak. “Hmmphh…. Sudah dong sayang, jangan meluk keras-keras, aku sedang tidak enak badan,” ucap Laura sedikit meronta,. “Ah, kau kenapa Laura?” pria itu langsung melepas pelukannya dan menatap Laura dengan cemas. “Lihat ini…” wanita itu pun memperlihatkan luka membiru di lengannya. ‘Hah, ini … kenapa bisa terjadi? Apa pelangganmu yang melakukan ini lagi?” pria itu terlihat sangat marah. Laura mengangguk lemah. “Laura, sudah bekali-kali aku katakan padamu, berhentilah dari pekerjaan itu. Aku siap memberikan uang dan apa pun yang kau inginkan. Jangan mencemari dirimu lagi, sayang aku mohon…” Pria itu meminta. “Rudi, aku kan sudah bilang, jangan lagi bahas masalah ini. Aku sudah memastikan tidak akan berhenti sebelum putriku kembali padaku, karena itulah jalan satu-satunya kau keluar dari tempat itu. sebelum aku bisa meyakinkan putriku dan membawanya pergi dari orang tua angkatnya sekarang, mau tidak mau pekerjaan kotor ini masih harus aku lakoni. Jika kau tidak suka, kita bisa menghentikan saja hubungan ini. Aku pikir percuma saja, kita menjalani hubungan jika kau sama sekali tidak mendukung apa yang sedang aku perjuangkan,” terang Laura memberi ketegasan. “Sayang, bukan itu maksudku. Jangan pernah mengatakan hal mustahil itu lagi. Aku hanya ingin kau berhenti dan bisa Merasakan kehidupan normal seperti biasa. Kita menjalani hubungan ini dengan normal. Bahkan, aku sudah lama memintamu untuk menikah saja, tapi kau selalu menolak. Laura, kita bisa membujuk anakmu itu dengan cara lain, kan? jika kau hanya menunggunya untuk kembali padamu dengan tidak melakukan sesuatu, kau akan tetap terjebak di tempat itu. Dan untuk pekerjaanmu itu, aku berencana untuk membeli dirimu dan membawamu pergi dari sana..” ucapnya Rudi. Pria berumur 45 tahun itu terlihat begitu serius dengan ucapannya. Ia menatap Laura dengan tatapan penuh cinta tetapi Laura hanya membalas dengan datar. Pria itu tampak sangat perhatian dan menyayangi Laura. “Terserah padamu saja, tapi jika tindakanmu itu akan membahayakan keselamatan putriku, makan kau tidak akan pernah menemuiku lagi,” ucap Laura. “Tenang saja sayang, serahkan padaku. Secepatnya aku akan mengeluarkanmu dari lembah itu. Oh ya, untuk putrimu, bagaimana kalau kau bicara langsung dengan orang yang merawatnya itu. Katakan yang sejujurnya dan tentu saja kau harus perlihatkan setiap bukti. Bukankah anak mereka yang juga pernah kau rawat sudah kembali kepada mereka, bahkan ia sudah menikah dan hidup bahagia? Bagaimana kau bisa merelakan putrimu sendiri untuk bersama mereka. Kau bisa rebut putrimu dari tangan mereka,” ucap pria itu memberikan saran. “Aku tidak yakin akan melakukan itu. Bagaimana kalau mereka malah membenci Liana setelah aku mengungkapkan yang sebenarnya? Mereka akan mencampakkan putriku dan tidak menganggapku lagi. Aku tidak bisa bayangkan hal itu akan terjadi.” sanggah Laura tidak setuju. “Itu malah bagus, kau bisa langsung membawa putri pergi bersamamu, kan?” “Liana sangat membenciku, dia sama sekali tidak akan menganggapku sebagai ibunya. setelah aku memperlihatkan bukti dari tes DNAku, dia memang tidak bisa mengelak dan menyangkalnya. Tapi hanya itu saja, ia hanya menganggapku sebagai orang yang hanya melahirkannya saja, tidak lebih. Jika orang tuanya tahu Lina adalah anakku, dan mereka membuang putriku begitu saja, ke mana Laina akan pergi. Dia juga tidak ingin ikut denganku, ia bahkan memilik untuk mengakhiri hidupnya jika aku memaksanya. Aku tidak ingin itu terjadi, Rudi.” Laura menjadi semakin cemas. Pria itu merangkul Laura menenangkan hatinya yang sedang gelisah. “Tenanglah, kita akan pikirkan cara lain. Kita lakukan satu-satu, ya. Untuk saat ini, yang menjadi prioritas adalah dirimu, aku tidak bisa terus-terusan melihat tubuh yang seharusnya hanya untukku, bisa dinikmati orang lain. Aku akan merebut kekasihku ini dari penjara itu. Meskipun ini tidak akan mudah karena Thomas sepertinya sudah mulai curiga, tapi aku harap kau bisa menungguku, sayang…” Laura merasa tersentuh, ia tersenyum menatap pria yang sudah ia kencani selama satu tahun ini. Meskipun hatinya tidak sepenuhnya percaya akan ketulusan pria lagi, Setidaknya selama mereka menjalin hubungan, pria itu tidak pernah sekalipun membuatnya kecewa. Rudi menerimanya apa adanya dirinya. “Aku menunggumu sayang…” mereka pun kembali saling menautkan bibir sebentar lalu mulai menyantap makanan yang sudah tersaji. “Hari ini kau mau ke mana?” tanya Rudi saat mereka sudah berada di atas mobil. “Aku diberikan off kerja selama satu minggu dari Thomas karena luka-luka ini. Aku ingin berlibur di suatu tempat, tapi sebelum itu aku ingin bertemu putriku dulu,” ucap Laura. “Oh ya? waktumu banyak juga, ya. kita liburan sama-sama saja kalau begitu. Akhir minggu aku ada waktu,” ucap Rudi bersemangat. “Ah tidak, kau jangan mengambil waktu bersama keluargamu hanya demi kesenangan pribadimu saja. Bukankah anak-anakmu juga sangat membutuhkanmu? Kau sudah bekerja selama seminggu penuh, kau malah sampai hati merampas hak mereka untuk mendapatkan waktumu?” ucap Lina mengingatkan. “Mereka sudah dewasa, Laura. Ayahnya yang kesepian ini harus mencari kesenangan juga, dong. Mereka sudah punya kesibukan masing-masing,” Rudi membela diri. Tidak adil rasanya jika ia yang duda ini kalau saing dengan kedua putra-putrinya mencari pasangan. “Tetap saja, bagaimana kalau mantan istrimu tahu, dia kan masih berharap untuk kembali padamu. Aku juga heran denganmu, bisa-bisanya kau lebih memilih p*****r sepertiku dari pada mantan istrimu itu. Aku masih sangat berharap kau tidak menyesal telah memilihku, aku hanya takut kau akan menyesali keputusanmu dan akhirnya mencampakkanku,” tutur Laura. “Tidak Laura, itu tidak akan terjadi. Tolong percayalah padaku…”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN