Jam 11, Para pembeli sudah mulai sepi, sebagian dari karyawan ada yang duduk santai, karena tidak ada pekerjaan.
Sebagian menonton TV yang dipasang.
Hanya ada satu dua orang pembeli yang datang, mereka sepertinya orang yang telat untuk makan, terlalu banyak yang dikerja jadi melewatkan jam makan malam.
Pak Ari tadi pamit untuk melihat keadaaan Sofi, Ibu Anita juga belum kembali.
Semua karyawan sudah mulai bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi.
Menurut rekan kerja Sofi, Sofi ingin meracuni Roni, pacarnya karena Sofi merasa Roni menduakannya. Sofi ingin Roni mati saja, daripada dia ditinggalkan. Sarni selaku teman dekat, berusaha melerai, karena jika terjadi keracunan pasti semua akan berimbas. Mereka berdebat sengit, satu ingin meracuni, satu ingin semua diselesaikan dengan baik. Dibicarakan dengan baik-baik.
Sofi, terlihat menyetujui, awalnya hanya diam saja. Ternyata dia meminum racun itu sendiri, astaghfirullah
Itu yang membuat Sarni menangis, karena dia melihat langsung, saksi mata atas kejadian itu.
Sarni bersama pak Ari, pergi menengok di rumah sakit. Sebelum pergi, Sarni membocorkan cerita itu.
*
Sofi dan Roni adalah sepasang kekasih, mereka bertemu sewaktu Roni menghabiskan waktu untuk makan di warung ibu Anita.
Mereka saling menyapa selayaknya pembeli dan penjual. Bagaimana pun Sofi harus ramah dengan para pembeli.
Suatu hari, Roni bertanya
"Jam berapa pulang?"
"Jam 4, Mas".
Sejak saat itu, Roni memiliki hobi baru, Antar - Jemput Sofi.
Mereka semakin mesra, hampir semua orang mengenal Roni sebagai sepasang kekasih. Mereka selalu memastikan bahwa keduanya akan berlanjut ke jenjang pernikahan.
Akhir - akhir ini Sofi selalu berfirasat jika Roni memiliki perempuan lain, hal ini membakar hatinya. Rasanya tidak bisa menerima, jika itu benar.
Pada suatu hari, Sofi mendapati Roni sedang makan siang bersama seorang perempuan, dari seragamnya terlihat bahwa perempuan itu pegawai bank juga.
Sofi memilih diam, sepertinya hanya teman kerja saja. Sejak saat itu, Hobi Roni sudah tidak lagi antar jemput Sofi, selalu ada alasan, terutama mencari klien yang sulit. Sofi mulai curiga, dia mulai menginvestigasi Roni kalau sedang ada main dengan perempuan lain.
Ternyata, Roni memiliki banyak cewek,salah satunya Sofi. Yah, Sofi kepalang, cintanya yang hanya satu dan berharap dihalalkan, ternyata hanya sebagai cadangan dan candaan.
Akhirnya dia melabrak Roni, meminta komitmen dan Roni mengatakan belum siap dan tidak akan siap untuk menikah dengan Sofi.
Sofi mulai sedih dan tidak terima akhirnya dia berencana untuk menyajikan hidangan berac*n untuk Roni, sayang Roni sudah tidak singgah lagi di warung ibu Anita.
Selain itu, Roni juga sudah tidak pernah mau menemui Sofi, meskipun hanya untuk berbicara. Ini membuat Sofi kalang kabut, bagi Sofi, Roni adalah cintanya.
Hatinya yang lelah, pikiran yang rusak, raganya yang sudah terbang, membuat pikirannya pendek, akhirnya Sofilah yang menelan sajian beracun yang dia racik sendiri. Astaghfirullah, sungguh miris.
*
Jam 2 malam, Ibu Anita dan pak Ari kembali, semua karyawan terbangun menunggu penjelasan dari Ibu Anita. Mereka telah dimintai keterangan dari polisi, sehingga semua sangat lambat.
Ibu Anita menyampaikan bahwa Sofi telah berpulang, Innalilahi wa innailaihi rojiun. Semua orang berbela sungkawa. Jika ingin melayat,
Insyaallah besok kita akan pergi bersama, jam 05.30. Setelah melayat boleh pulang ke rumah masing-masing. Kalian boleh berdonasi masing-masing atau menjadi satu amplop. Boleh dikumpulkan di Pak Ari yang ingin berdonasi.
Sofi meninggal karena overdosis, Barang bukti sudah diserahkan ke polisi, jangan ada lagi pembicaraan yang menyudutkan siapapun, karena Sofi sudah berpulang. Jangan sampai ada salah kata yang membuat semakin runyam.
Mari lah kita sama-sama mengirimkan Alfatihah untuk Almarhumah Sofi.
Masing masing membaca Alfatihah dan beristirahat.
Tidak lama kemudian, datanglah seorang ustadz untuk melakukan doa, guna membersihkan hawa negatif di warung makan agar semua ternetralisasi. Setelah doa selesai, ustads undur diri dan langsung pulang. Ibu Anita memberikan 3 kotak nasi bungkus, dan sekantong kopi, gula dan teh dan amplop.
Tanpa Dara sadari, ternyata semua orang dipanggil satu-satu untuk memberikan keterangan terkait Sofi. Siapa - siapa yang berinteraksi dekat dengan Sofi. Saat giliran Dara,
"Dara, baru sebulan kerja disini ya?"
"Iya, Bu".
"Akrab dengan Sofi juga?"
"tidak, Bu. Hanya bertegur sapa saja"
"Sofi pernah cerita sesuatu ke kamu ?"
"Soal pribadi, saya tidak pernah".
"Ya sudah, kalau begitu itu saja yang Ibu tanyakan. Silahkan kembali".
Dara kembali bergabung dengan teman-temannya. Pikirannya masih memikirkan Sofi, mengambil jiwanya atas nama cinta.
Di pagi hari, Dara berangkat bersama rekan-rekan untuk melayat. Setelah mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan dan memberikan doa. Dara keluar dan mengambil duduk diantara para pelayat lainnya. Matanya menyapu para tamu lainnya, mungkin ada dikenalnya. Dara melihat sosok yang tidak asing, namun mengabaikan. Mungkin salah satu pelanggan Ibu Anita, bagaimanapun Warung makan Ibu Anita menerima banyak pelanggan setiap harinya. Mungkin itu membuat Dara tidak asing dengan orang - orang sekitar.
Seorang tersenyum dari kejauhan, namun Dara mengabaikan, jangan sampai dia salah orang, bagaimanapun dia juga tidak mengenali orang-orang disini kecuali yang bekerja di warung.
"Sama siapa ?" tanya orang tersebut, hmm Dara mengingat bahwa ini pria yang menegur di warung.
"Sama teman dari warung".
"Oh, teman dekat sama Sofi?" tanyanya lebih lanjut.
Sepertinya pria ini adalah keluarga dari Sofi, buktinya dia tahu namanya.
"Dara, Ayo sini". Panggil Yasmin
Dara pun pamit tanpa menjawab pertanyaan terakhir. Mungkin ini tidak sopan tapi bagaimana, Dara juga tidak mengenal pria random yang ditemui di rumah duka.
Atau dia penguntit?
Jiwa waspada Dara on, jangan-jangan. Rasanya tidak mungkin, bisa saja ?
Tidak.
"Kamu kenal ?"
"tidak". Jawab Dara mengernyit kan dahi.
"kamu kenal?" tanya Dara balik.
"Dia sering ke warung, kabarnya dia lagi cari istri. Hati-hati kamu". Tegas Yasmin sekan tidak ingin Dara dekat dengan orang
"Tahu dari mana?" selidik Dara
"semua orang tahu, kamu mau?". tanya Yasmin
"kamu mau?" tanya Dara balik
hush. keduanya menahan ketawa. sedang di rumah duka malah bergosip. Mana yang di gosip, ada di depan mata. Mereka sekali-kali melihat kearah pria itu. Membuat pria itu tidak nyaman dan pergi kedalam rumah. Sepertinya memang keluarga dari Sofi. Entahlah, hanya seorang pria random saja.
Acara pemakaman akan segera dilaksanakan, semua orang memberikan ucapan belasungkawa sekaligus berpamit pulang. Sekali lagi Dara melihat pria itu, berbicara dengan keluarga Sofi dan Dara mengabaikan saja.
Dara kembali ke rumah, sekujur tubuhnya lelah. Ingin mandi keramas tapi terlalu lelah bagaimana ini ?
Akhirnya Dara tetap mandi keramas dan segera istirahat setelah mengeringkan rambutnya.
Tidak lupa mengoleskan moisturizer agar wajahnya tetap cantik
Dara membaringkan badannya, hidupnya lelah hari ini, apalagi menyaksikan jiwa yang dibunuh tuanya sendiri, membuat jiwanya juga setengah melayang. Melayang hingga di alam mimpi.