Garis takdirmu dan aku, telah Tuhan tentukan untuk saling bersinggungan, menjadi kita, walau harus mengukir luka.
-Ayyara-
***
Wajah-wajah lelah menahan kantuk itu membuat Fares menatap Melvin dengan raut putus asanya, lalu ia melirik arloji di tangan kirinya, waktu memang sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam.
"Lo terlalu asik ngasih arahan, sampe lupa kalo mereka juga butuh istirahat," ujar Aldo membuat Fares hanya bisa meringis mengiyakan ucapan Aldo.
Memang acara pensi yang akan digelar sebagai salah satu daya tarik yang akan menjadi pemasukan terbesar untuk program kerja tahunannya, membuat Fares dan panitia lainnya begitu sibuk dan gencar mempromosikan acara tersebut.
Malam ini, Fares sengaja mengajak panitia inti untuk rapat di rumahnya karena ia tau banyak sekali hal yang akan dibahas begitu mendekati hari-H, belum lagi semua perlengkapan dari mulai tata panggung hingga konsumsi, dia sengaja membuat rapat di rumahnya karena rumahnya tengah kosong. Ayah dan Ibunya baru saja bertolak ke Jogja tadi pagi untuk menghadiri pertemuan bisnis.
Fares berpikir jika di rumahnya, maka dia tidak perlu lagi khawatir dengan waktu karena di rumahnya tentu tak terbatas, dia bebas, bahkan bisa menggunakan dua puluh empat jam untuk berdiskui tanpa takut diusir seperti di gedung UKM, hanya saja dia lupa, jika tenaga teman-teman seperjuangannya tetap saja terbatas.
"Woy, bangun lo pada, tidur di kamar sono. Yang cewe ke sebelah kiri yang cowo ke sebelah kanan." Melvin memberi instruksi, memang sebelum rapat dimulai, Fares sudah berbicara padanya, termasuk menyiapkan kamar untuk teman-temannya mengingat begitu banyak hal yang harus dipersiapkan demi kesuksesan acara.
"Sorry ya, gue suka lupa waktu kalo udah bahas proker," Fares meringis dengan raut bersalah pada Aldo dan juga Melvin, dua orang yang masih terjaga hingga akhir.
"Nope. Dah paham gue gimana lo, ya udah lah, gue juga ngantuk, besok kita lanjut lagi gimananya." Fares hanya mengangguk menanggapi ucapan Aldo, lalu dia juga pergi menuju kamarnya sendiri. Membiarkan teman-temannya itu berisitirahat di kamar yang sudah disiapkan olehnya.
***
Gadis itu menggeliat dengan keadaan tidak sadar, terbangun dengan mata tertutup. Kebiasaan yang selama bertahun-tahun telah menjadi hal lumrah untuknya.
Ayya beranjak dari ranjang yang terasa asing namun nyaman itu. Berjalan dengan mata tertutup dan menabrak apapun yang menghalangi jalannya.
Langkah kakinya membawa gadis itu ke sebuah kamar dalam keadaan tidak sadar. Menabrak pintu namun tidak cukup untuk membangunkannya.
Ayya hanya menggumam, lalu tangannya reflek mencari pegangan, hingga menemukan handle pintu, tangannya reflek menarik handle pintu itu ke bawah, hingga pintu terbuka. Masih dengan mata tertutup, gadis itu berhasil membuka pintu kamar seseorang yang tengah terlelap dengan begitu damainya. Bahkan tidak terusik saat Ayya menjatuhkan diri di ranjangnya, tepat di sampingnya.
Gadis yang baru saja mengalami sleep walking itu kembali menemukan ranjang baru, yang terasa lebih nyaman. Membuatnya tersenyum dalam tidur, ikut terlelap dengan damai seperti seseorang yang tidur di sisinya.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama, Ayya kembali beranjak duduk, masih dengan mata terpejam tanda dia tidak terjaga, dengan terampil, tangannya melepas kaosnya hingga hanya menyisakan bra, kemudian dia beranjak, melepas jeans-nya hingga hanya menyisakan short yang memperlihatkan hampir setengah pahanya. Lalu gadis itu kembali membaringkan tubuhnya ke ranjang, memposisikan dirinya dengan begitu nyaman di sisi seseorang yang kini menggeliat dan menggeser tubuhnya hingga begitu dekat dengannya.
Fares bergerak, menggeser tubuhnya ke arah kiri, tangannya mencari apapun yang bisa ia peluk, hingga saat alam bawah sadarnya menemukan objek yang tepat, tanpa ragu pria itu membawa 'sang objek' lebih dekat ke arahnya, memeluknya begitu erat. Dalam tidur dia tersenyum, memeluk Ayya begitu erat dan mencari kenyamanan di tubuh mungil gadis itu.
Ayya juga menggeliat, namun tidak membuat ia tersadar sepenuhnya, dia justru memeluk Fares lebih erat, berusaha mencari kenyamanan dan kehangatan saat lengan berotot Fares mengungkung tubuhnya, kini keduanya saling berpelukan dan mencari kenyamanan masing-masing. Fares dan Ayya, seolah Tuhan memiliki cara yang unik menyatukan keduanya.
Ayya memiliki dua kebiasaan buruk saat tidur, dan itu diluar kendalinya. Dia memiliki sleep walking atau kebiasaan tidur sambil berjalan sejak umur sepuluh tahun, juga kebiasaan membuka pakaian tanpa sadar saat tidur.
Dan kebiasannya itu, malam ini, mungkin akan membawanya pada cerita baru, bersama seseorang yang selama ini memenuhi hati dan otaknya, bersama dia yang selalu ia semogakan dalam doa, hingga kini Tuhan mengabulkannya, menyatukan dia dengam Fares melalui cara yang berbeda, yang akan membawanya pada kisah yang akan mendewasakannya, mengajarinya tentang bahagia dan terluka, tangis juga tawa.
Bersama Fares, Tuhan seolah telah menyiapkan skenario terbaik untuknya. Yang penuh liku dan menjadi perjalanan panjang untuk ke dua manusia itu.
***
Bagas mengernyit heran saat membuka rumahnya dan melihat kekacauan apa yang diciptakan oleh anak semata wayangnya itu. Di ruang tamu, begitu banyak bungkus makanan berserakan, juga tiga orang laki-laki yang tidur di permadani dengan posisi yang membuat Bagas mendecak kesal. Memang, tadi satpam rumahnya mengatakan jika Fares mengajak teman-temannya untuk menginap, namun Bagas tidak menyangka jika rumahnya akan sekacau ini.
"Ya Tuhan, Mah. Apa yang dilakukan anakmu dengan teman-temannya? Mereka tidak sedang berpesta dan melakukan hal negatif kan?" Tanya Bagas memijit pelipisnya dengan raut menahan kesal, Sekar yang sangat mengetahui jika Bagas sangat membenci kekacauan hanya bisa meringis, mengusap lengan suaminya itu untuk memberi ketenangan.
"Jangan berpikiran seperti itu, Pah. Anak kita tidak mungkin melakukannya, bukankah dia tengah sibuk dengan organisasinya, mungkin saja dia rapat semalam hingga larut dan teman-temannya terpaksa menginap di sini."
"Tapi bisakah mereka menjaga attitude? Ini bukan rumah mereka dan mereka membuat kekacauan. Itu sangat tidak sopan,"
"Pah, mereka masih muda. Seperti yang tadi Mama katakan, pasti mereka akan membereskan semua kekacauan yang mereka buat saat terbangun nanti. Mungkin semalam terlalu melelahkan bagi mereka." Sekar masih mencoba memberi pengertian, membuat Bagas hanya bisa menghembuskan napasnya panjang dan menggenggam tangan Sekar, mengajak istrinya itu menuju kamar anaknya.
***
Kedua manusia itu masih terlelap begitu damai dengan posisi saling memeluk. Begitu erat seolah tidak mau kehilangan kenyamanan itu. Sebuah kenyamanan yang mungkin akan menjadi pengantar cerita mereka ke depannya.
Salah satu dari kedua anak adam itu menggeliat dan perlahan terjaga dari tidur panjangnya, belum menyadari jika ada seseorang lain yang menemani tidurnya tadi malam.
Lalu, saat terjaga sepenuhnya, pria itu melotot tajam dengan raut terkejut luar biasa, melihat seorang perempuan yang tidur di sampingnya hanya dengan menggunakan bra yang bahkan tidak menutup setengah dari payudaranya.
“b*****t!! What the hell are you doing here?!” Teriakan yang penuh emosi itu menyentak sang gadis yang masih terlelap, ia langsung membuka matanya dan terduduk dengan pening yang menyerangnya karena terkejut. Lebih terkejut lagi saat menyadari jika pria yang selama ini memenuhi hati dan otaknya, ada di depannya, satu ranjang dengannya dan bertelanjang d**a.
“Fa ... Fares.... Ke ... kenapa kamu di sini? Kenapa ... aku di sini?” Gadis itu terlihat bingung, wajahnya pelan-pelan berubah pucat dengan mimik ketakutan, apalagi saat melihat tatapan nyalang Fares yang seolah siap membunuhnya saat itu juga.
“Lo sengaja kan?! Iya kan?!” Fares mendekat pada gadis itu, mencengkram kuat dagu gadis itu dengan wajah penuh amarah. “Jawab gue Ayya! Lo sengaja kan?! Lo ngejebak gue?! Iya?! Semua orang tau kalo lo naksir sama gue! Dan semua ini rencana lo?! b*****t. Lo. Lebih rendah dari p*****r, Ayya.” Fares langsung melepaskan cekalan tangannya dengan kasar. Ayya menahan tangis dengan semua tuduhan Fares juga kata-kata yang sangat menyakiti dan juga merendahkannya.
“Aku ... aku juga ngga tau kenapa bisa di sini, Fares. Aku ngga tau.” Ayya sudah terisak, membuat Fares yang mendengar hanya menyunggingkan senyum sinis.
“Bullshit. Nothing happen beetwen us. Jadi, jangan pernah coba-coba ngambil kesempatan dari kejadian ini. Keluar dari kamar gue sekarang,” ujar Fares dengan nada dingin.
Ayya berusaha menahan isak tangisnya, gadis itu bangkit dengan hati berdenyut sakit atas setiap ucapan yang dikeluarkan Fares, tubuhnya juga bergetar ketakutan melihat bagaimana marahnya seorang Fares yang selama ini terkenal begitu tenang di kampus.
Baru saja Ayya akan beranjak, pintu kamar Fares terbuka lebar, membuat Ayya dan Fares reflek mendongak, dan Ayya hanya bisa menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, juga mencengkram erat selimut yang menutupi tubuhnya melihat dua orang paruh baya yang ia yakini jika itu adalah orang tua Fares. Dirinya dalam masalah besar sekarang.
“Faresta Elvan Adinata!! Kekacauan apa yang kamu buat di rumah?!” Teriakan itu membuat Fares hanya bisa memejamkan matanya dan menghembuskan napasnya panjang, orang tuanya sudah pulang dan menemukannya di waktu yang tidak tepat.