Prolog
Ranjang itu menjadi saksi bisu kedua manusia yang masih terlelap dalam satu selimut yang sama. Satu kejadian yang akan mengubah nasib kedua anak adam itu di detik-detik selanjutnya.
Walau dengan cara yang salah, tapi Tuhan pasti mempunyai alasan dalam setiap rencananya, entah itu sebuah takdir yang akan membawa duka atau bahagia. Kita hanya perlu percaya, bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik dari yang terbaik untuk umatnya, bahkan jika harus ada luka dan air mata.
Salah satu dari kedua anak adam itu menggeliat dan perlahan terjaga dari tidur panjangnya, belum menyadari jika ada seseorang lain yang menemani tidurnya tadi malam.
Lalu, saat terjaga sepenuhnya, pria itu melotot tajam dengan raut terkejut luar biasa, melihat seorang perempuan yang tidur di sampingnya hanya dengan menggunakan bra yang bahkan tidak menutup setengah dari payudaranya.
“b*****t!! What the hell are you doing here?!” Teriakan yang penuh emosi itu menyentak sang gadis yang masih terlelap, ia langsung membuka matanya dan terduduk dengan pening yang menyerangnya karena terkejut. Lebih terkejut lagi saat menyadari jika pria yang selama ini memenuhi hati dan otaknya, ada di depannya, satu ranjang dengannya dan bertelanjang d**a.
“Fa ... Fares.... Ke ... kenapa kamu di sini? Kenapa ... aku di sini?” Gadis itu terlihat bingung, wajahnya pelan-pelan berubah pucat dengan mimik ketakutan, apalagi saat melihat tatapan nyalang Fares yang seolah siap membunuhnya saat itu juga.
“Lo sengaja kan?! Iya kan?!” Fares mendekat pada gadis itu, mencengkram kuat dagu gadis itu dengan wajah penuh amarah. “Jawab gue Ayya! Lo sengaja kan?! Lo ngejebak gue?! Iya?! Semua orang tau kalo lo naksir sama gue?! Dan semua ini rencana lo?! b*****t. Lo. Lebih rendah dari p*****r, Ayya.” Fares langsung melepaskan cekalan tangannya dengan kasar. Ayya menahan tangis dengan semua tuduhan Fares juga kata-kata yang sangat menyakiti dan juga merendahkannya.
“Aku ... aku juga ngga tau kenapa bisa di sini, Fares. Aku ngga tau.” Ayya sudah terisak, membuat Fares yang mendengar hanya menyunggingkan senyum sinis.
“Bullshit. Nothing happen beetwen us. Jadi, jangan pernah coba-coba ngambil kesempatan dari kejadian ini. Keluar dari kamar gue sekarang,” ujar Fares dengan nada dingin.
Ayya berusaha menahan isak tangisnya, gadis itu bangkit dengan hati berdenyut sakit atas setiap ucapan yang dikeluarkan Fares, tubuhnya juga bergetar ketakutan melihat bagaimana marahnya seorang Fares yang selama ini terkenal begitu tenang di kampus.
Baru saja Ayya akan beranjak, pintu kamar Fares terbuka lebar, membuat Ayya dan Fares reflek mendongak, dan Ayya hanya bisa menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, juga mencengkram erat selimut yang menutupi tubuhnya melihat dua orang paruh baya yang ia yakini jika itu adalah orang tua Fares. Dirinya dalam masalah besar sekarang.
“Faresta Elvan Adinata!! Kekacauan apa yang kamu buat di rumah?!” teriakan itu membuat Fares hanya bisa memejamkan matanya dan menghembuskan napasnya panjang, orang tuanya sudah pulang dan menemukannya di waktu yang tidak tepat.
“Pah, Fares bisa jelaskan. Ini bukan seperti yang Papah lihat.” Fares beranjak, namun ayahnya mengangkat tangannya. Meminta Fares untuk berhenti di tempat.
“Mah. Minta teman-teman Fares yang lain pulang sekarang. Kita harus membicarakan masalah ini secara pribadi.” Mama Fares, Sekar. Hanya mengangguk menuruti permintaan suaminya, sekilas ia menatap Fares dengan sorot kecewa, membuat kilat kebencian di mata Fares semakin jelas terlihat untuk seorang Ayyara.
“Ikut papah ke ruang keluarga, Fares. Dan kamu, cepat gunakan pakaianmu lalu ikut saya ke ruang keluarga. Memalukan.” Ungkap Bagas, ayah Fares, membuat Ayya sekali lagi hanya bisa menelan sakit dari rasa direndahkan dengan begitu hina.
***
“Pah. Nothing happen. Kita cuma....” ucapan Fares terputus saat Bagas melayangkan tamparan keras pada anaknya itu.
“Cuma kamu bilang?! Cuma?! Kamu meniduri anak gadis orang dan kamu bilang cuma?!! Begini kelakuan kamu di luar pengawasan papah, Fares?! Kamu menjadi laki-laki b******k yang merusak wanita?!! Kapan keluarga Adinata pernah mengajarkan hal tak bermoral seperti ini?! Kapan Fares, jawab Papah!!” Bagas berteriak penuh emosi, membuat Sekar yang melihatnya berusaha menenangkan suaminya, juga menahan Bagas yang akan kembali menampar Fares.
“Nikahi gadis itu!!” Ucapan Bagas bagai lonceng kematian untuk Fares. Pria itu menatap tidak percaya pada sang ayah.
“Pah, Fares tidak mungkin ...”
“Kamu tidak memiliki hak membantah setelah apa yang kamu lakukan Fares! Nikahi gadis itu jika kamu masih menganggap papah ini ayahmu! Papah benar-benar merasa gagal mendidik seorang anak. Papah kecewa padamu, dan lebih kecewa lagi jika kamu tidak mau bertanggung jawab. Papah benar-benar merasa hina jika kamu lari dari tanggung jawab. Jadi nikahi dia, Fares.” Ucapan mutlak ayahnya yang tidak bisa diganggu gugat membuat Fares mengepalkan tangannya kuat dan menatap penuh benci ke arah Ayya yang masih menundukakn kepalanya.
Sekar yang melihat bagaimana emosi suaminya hanya bisa menatap Fares dengan tatapan memohon, wanita itu mendekati Fares dan mengusap lengan anaknya itu lembut. “Mama selalu mengajarkan tanggung jawab sejak kecil kepadamu, kan, sayang? Tolong kali ini jadilah laki-laki yang selalu menjadi kebanggaan Mama dengan tanggung jawabmu. Mama sama seperti Papah, kecewa denganmu, tapi lebih kecewa lagi jika anak Mama tidak bertanggung jawab, kami merasa gagal menjadi orang tua, dan luka akan kegagalan itu tidak akan pernah sembuh, sayang. Jadi tolong bantu kami, orang tua yang hina dan tidak bisa mendidik anaknya ini dengan baik. Tolong bertanggung jawab untuk perbuatanmu.” Sekar menangis, membuat Fares langsung menggelengkan kepalanya dan berlutut pada Sekar. Dirinya paling tidak bisa melihat ibunya menangis.
“Mama, ini bukan salah Mama dan Papah, kalian adalah orang tua terbaik yang pernah ada, yang mendidik Fares hingga seperti sekarang. Fares akan bertanggung jawab untuk kalian, Mama tenang saja. Mama bukan orang tua hina, kalian adalah orang tua paling mulia yang pernah ada, Fares bahagia memiliki kalian, maafkan Fares untuk kesalahan ini.”
Sedangkan Ayya yang melihat bagaimana semua drama ini terjadi hanya bisa menunduk dan menggigit bibir bawahnya, meremas ujung bajunya dengan perasaan takut luar biasa. Memikirkan tentang apa yang akan terjadi padanya setelah ini? Apa yang sebenarnya terjadi hingga dirinya bisa di kamar Fares? Dan benarkah pria itu akan bertanggug jawab walau Ayya yakin tidak ada yang terjadi di antara dirinya dan Fares selain tidur bersama, di ranjang dan selimut yang sama. Ayya tidak merasakan hal yang berbeda pada tubuhnya, dia bangun seperti biasa, yang berbeda hanya ada Fares di sampingnya.
“Siapa namamu?” pertanyaan Bagas membuat Ayya mendongak dan menatap dengan raut sungkan ke arah pria paruh baya itu.
“Ayya, Om. Reynata Kyla Ayyara.” Jawab Ayya dengan begitu pelan namun masih bisa didengar oleh Bagas dan Sekar.
“Jadi, kapan kami bisa menemui orang tuamu? Melamarmu untuk Fares.” Pertanyaan Bagas membuat Ayya mendongakkan kepalanya dan menatap penuh raut kebingungan pada Bagas.
“Maaf, Om?” Ayya berusaha memastikan, jika pertanyaan Bagas bukanlah pertanyaan yang menjurus pada pernikahan yang terjadi karena kejadian konyol ini.
“Fares akan menikahimu dan bertanggung jawab, jadi tolong katakan pada orang tuamu,” ujar Bagas, tegas dan tanpa keragu-raguan, membuat Ayya menelan ludahnya susah payah, lalu menatap Fares yang langsung melengos dengan tatapan benci. Ayya memejamkan matanya, tubuhnya bergetar dengan hati yang bertalu keras, tahu jika dirinya tidak akan bisa lari dari semua ini, dan mungkin semuanya akan berubah mulai detik ini, ceritanya dan Fares akan berubah sejak saat ini. Pria yang selalu mengacuhkannya, kini benar-benar akan membencinya karena kejadian konyol yang ia sendiri tidak tau bagaiamana asal muasalnya.