Kaki Lyra rasanya lemas. Ia hampir saja merosot ke lantai jika bukan karena tangan kekar yang melingkar di perutnya, menahannya untuk tidak jatuh. Rasa takut yang menjalari seluruh bagian tubuh Lyra mengalahkan rasa sakit di telapak kakinya yang terluka dan masih mengeluarkan darah. "Denger nggak? Ada suara dari arah sana," kata seorang pria dari arah ruang tamu. Rasanya Lyra ingin menjerit ketakutan karena ia merasa situasi saat ini terlalu mencekam sekaligus membingungkan. "Lyra, ini aku," bisik suara di belakang telinga Lyra dengan tenang dan lembut. Begitu lirih hingga Lyra hampir tidak mendengarnya. Meskipun begitu, Lyra mengenali suara itu. "Jangan berteriak. Dan ikuti aku. Mengerti?" Lyra menganggukkan kepala dengan tubuh lemas dan gemetaran. Perlahan tangan yang membekap mul