Bali
Pagi ini Willy harus menuruti kemauan luna untuk menjemputnya. Luna memaksa ingin mengatakan jalan kerja bersama Willy. Mau tidak mau Willy terpaksa harus menuruti kemauan Luna. Saat ini pikiran Willy masih saja tidak fokus.
Bulan depan Bianca akan ulang tahun. Willy seharusnya bisa merayakan ulang tahun Bianca bersama keluarga kecilnya. Willy pun berpikir bagaimana caranya dia bisa kembali ke Jakarta. Apalgi Willy sudah sangat merindukan Bianca dan putranya yang masih bayi.
Willy ingin sekali menggendong bayi laki-lakinya, menciumnya dan memeluk tubuh mungil hasil buah cintanya dengan Bianca. Lalu bagaimana caranya agar Willy bisa kembali ke Jakarta saat ini. Luna semakin lama memang menunjukkan perubahan. Kondisinya juga semakin membaik. Tetapi apa mungkin Willy bisa meyakinkan Luna dalam waktu dekat ini.
Tok
Tok
Kaca mobil Willy di ketuk oleh Luna. Willy pun tersadar dari lamunannya. Willy membuka kaca mobilnya.
“Kenapa tidak masuk?” Tanya Luna.
“Ayolah ini sudah hampir jam 8. Jangan sampai hari pertama kerja kamu telat. Berikan kesan pertama yang baik kepada karyawanmu” ucap Willy.
Luna hanya mencibir. Lalu dia melangkah menuju pintu penumpang samping kemudi. Luna membuka pintunya sendiri karena Willy tidak ada inisiatif untuk membukakannya. Ya, setelah malam itu mereka berciuman Luna terlihat lebih bahagia pagi ini. Dan berbeda dengan Willy, yang sedikit menjaga jaraknya.
“Kenapa denganmu?” Tanya Luna.
“Tidak ada apa-apa” jawab Willy.
“Pasang sabuk pengamanmu” ucap Willy.
Luna hanya menganggukkan kepalanya. Luna sempat berpikir apa dia melakukan kesalahan kepada Willy. Sikap Willy sangat tidak bersahabat dengannya. Ya, walaupun memang Willy selalu menunjukkan sikap yang cuek kepada Luna, tetapi kali ini lebih terbilang cuek.
“Apa aku ada melakukan kesalahan kepadamu?” Tanya Luna.
“Tidak” jawab Willy singkat.
“Lalu kenapa dengan sikapmu pagi ini?” Tanya Luna lagi.
“Aku harus menjaga jarak kepadamu Luna. Rasa rinduku kepada istriku membuat pikiranku kacau. Aku tidak mau terlibat dalam permainan api ini” batin Willy.
“Aku sedang banyak pekerjaan” jawab Willy.
“Apakah pekerjaanmu sangat banyak sekali? Karena selalu saja apapun itu jawabanmu karena pekerjaanmu yang sangat banyak” tanya Luna.
“Kamu juga akan mengerti jika kamu sudah mulai bekerja” jawab Willy.
“Aku ini bukan anak sekolah lagi yang masih harus disuruh berpikir. Aku butuh jawaban pasti dan jelas Willy. Ada apa denganmu yang sebenarnya?” Tanya Luna.
“Aku tidak apa-apa. Lalu aku harus jawab apa. Memang kenyataannya pekerjaanku sangat banyak. Aku sudah tidak menjalani model. Dan saat ini aku sedang mengembangkan usahaku sendiri” ucap Willy.
Luna pun terdiam. Willy melirik Luna. Wajahnya Luna terlihat sedih dan tidak bersemangat. Willy pun merasa bersalah. Willy tidak mau menyalahkan Luna.
“Maafkan aku” ucap Willy.
“Kamu tidak salah, akulah yang salah jadi tidak perlu meminta maaf” ucap Luna.
“Menjadi pemimpin perusahaan tanggung jawab kita sangat besar. Bukan berarti kita sebagai pemimpin bisa dengan seenaknya menyuruh anak buah kita. Kita harus berpikir kreatif, membuat strategi yang bagus agar perusahaan kita berkembang dan membuat semua karyawan kita nyaman” ucap Willy menjelaskan.
“Tetapi aku melihat kakek tidak selelah dirimu. Kakek selalu bisa menunjuk anak buahnya untuk melakukan ini dan itu” ucap Lina.
“Kakekmu sudah sangat tua. Apakah kamu pernah menanyakan bagaimana sewaktu dia masih muda dulu?” Tanya Willy sambil terus fokus menyetir.
Luna menggelengkan kepalanya.
“Kakek selalu mengatakan selama aku bahagia, aku bisa melakukan apa saja yang aku mau” ucap Luna.
“Jelas saja, kamu adalah cucu satu-satunya Kakekmu. Dia pasti sangat menyayangimu. Rubahlah cara pikirmu Luna. Aku lihat akhir-akhir ini kamu sudah semakin dewasa dalam bertindak” ucap Willy.
Luna menggigit bibir bawahnya. Dan bodohnya Willy melihat itu. Willy pun langsung menatap fokus ke depan. Setelah itu tidak ada percakapan lagi antara Luna dan Willy.
“Sudah sampai” ucap Willy.
“Terima kasih” ucap Luna.
Willy hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh kepada Luna. Luna membuka pintu mobil, lalu dia turun dari mobil Willy. Sebelum menutup pintu mobil Willy, Luna memunculkan wajahnya.
“Will, nanti siang kita makan siang berama ya” ucap Luna.
“Lihat saja nanti. Aku tidak bisa berjanji. Lebih baik kamu menyesuaikan diri di tempat kerjamu” ucap Willy.
Terdengar Luna menarik nafas panjang.
“Baiklah. Makan siang bersama masih bisa besok kita lakukan. Kamu hati-hati dijalan” ucap Luna.
“Aku pergi” ucap Willy.
Luna menutup pintu mobil. Willy pun langsung menjalankan mobilnya meninggalkan kantor Luna. Sepanjang perjalanan Willy hanya terdiam. Willy tidak ingin perasaannya tergoyahkan dengan kedekatannya kepada Luna.
Selama di Bali selain menjalankan tugasnya dari Gunardi, ternyata Gunardi juga menawarkan kerja sama dengan Willy. Ya, memang Gunardi tidak sejak awal menawarkan kerja sama ini. Baru sekitar tiga hari yang lalu.
Tiga hari yang lalu Gunardi mendatangi Willy. Dan meminta porto folio untuk iklan mobil terbaru dari perusahaannya. Awalnya Willy menolak, karena Willy merasa Gunardi akan menambahkan masalahnya disini. Tetapi Gunardi menjelaskan semua ini murni hanya bisnis dan mereka harus profesionalitas.
Selain Willy ada perusahaan lain yang akan menyerahkan porto folionya. Gunardi memberikan kesempatan kepada Willy untuk menerima kerja sama ini. Gunardi juga tidak akan langsung setuju begitu saja pada porto folio Willy. Gunardi akan membandingkan porto folio mana yang paling bagus perusahaan yang sudah menjadi rekanan Gunardi atau Willy.
Willy pun menyetujuinya. Setidaknya Willy tidak berbohong kepada Bianca kalau dia sedang mengerjakan proyek disini. Willy sudah meminta tim kreatif untuk membuat design sesuai dari rancangan yang Willy buat. Karena Gunardi hanya memberikan waktu tiga hari untuk Willy. Siang nanti Gunardi akan melihat porto folio Willy.
Willy sudah kembali ke Penthousenya. Ya, selama di Bali Willy mengerjakan semua laporan di penthousenya. Karena dia tidak mempunyai kantor tetap di Bali. Willy keluar jika dia ingin melihat lokasi untuk syuting iklan.
Willy membuka laptopnya. Tadi Willy melihat Doni mengirimkan email berisi porto folio yang sudah di buat oleh tim kreatifnya. Willy pun melihatnya. Willy harus detail dan jangan sampai ada kesalahan sedikit pun.
Hanya ada revisi sedikit dari letak logo perusahaan Gunardi yang kurang pas jika dilihat. Willy meminta Doni untuk menyampaikan kepada tim kreatif agar segera merapikannya. Tak butuh waktu lama revisi porto folio sudah kembali masuk ke email Willy. Willy melihatnya kembali dan dia puas dengan hasilnya.
Jam satu siang Willy sudah berada di kantor Gunardi. Awalnya mereka bertemu di kantor pusat. Tetapi Gunardi meminta Willy datang ke kantor cabang dimana Willy mengantar Luna tadi pagi.
Benar dugaan Willy pasti Gunardi mengajak Luna untuk melihat presentasi porto folionya. Willy sudah berdiri dan layar proyektornya juga sudah menyala. Gunardi, Luna dan dua orang pria berjas juga sudah duduk disana menunggu presentasi dari Willy.
Willy sudah terbiasa mempresentasikan porto folionya. Dan hasil porto folio yang Willy bawakan sangat bagus dan menarik. Semua orang pun menepuk tangannya dan terlihat menyukai hasil dari porto folio Willy.
Begitu pun dengan Luna sejak awal dia datang melihat Willy, Luna sudah senang dan tersenyum-senyum. Sejujurnya Luna tidak begitu paham yang Willy katakana. Luna hanya terpaku dengan penampilan Willy yang gagah saat presentasi tadi.
Willy sudah selesai. Gunardi dan dua orang pri berjas yang merukanpan para direksi pun sangat suka dengan presentasi Willy. Mereka pun akhirnya memilih Willy untuk memegang proyek iklan mobil terbaru mereak.
Willy senang sekali akhirnya dia berhasil mendapatkan proyek besar dari Gunardi ini. Willy pun pamit untuk pergi. Tetapi h=jelas saja Luna menahannya. Sepertinya keberuntungan sedang di tangan Luna. Ketika para direksi sudah pergi Luna langsung mendekati Willy.
“Presentasimu sangat bagus” ucap Luna
“Terima kasih” ucap Willy.
“Bagaimana kalau kita jalan makan siang?” Tawar Luna.