29. Bianca Tidak Sadar

1495 Kata
Jakarta Mimpi buruk yang dialami oleh Bianca semalam membuat Bianca terus memikirkannya. Sebenarnya Bianca tidak ingin memikirkan mimpi itu, entah kenapa itu terlihat sangat nyata sekali dan membuat pikiran Bianca terus terbayang-bayang. “Bu, mau belanja aja saja?” Tanya Bi Inah kepada Bianca yang sedang duduk di ruang makan. Tetapi Bianca masih dalam lamunannya sehingga dia tidak mendengar apa yang Bi Inah tanyakan. “Bu, Ibu” ucap Bi Inah memegang tangan Bianca. Bianca pun terkejut lalu tersadar dalam lamunannya. “Eh ada apa Bi?” Tanya Bianca terkejut. “Ibu lagi tidak enak bada ya?” Tanya Bi Inah. “Enggak” jawab Bianca menggelengkan kepalanya. “Wajah Ibu sedikit pucat” jawab Bi Inah. “Oh ini tadi saya lupa pakai pewarna bibir” jawab Bianca. “Saya mau ke pasar belanja bulanan. Ibu mau mau beli apa saja?” Tanya Bi Inah. “Seperti biasa saja Bi, sayuran, ayam, daging, buah-buahan” ucap Bianca. “Oh iya baik Bu itu sudah saya catat. Ada yang mau Ibu titip untuk dibelikan?” Tanya Bi Inah lagi. Bianca berpikir makanan ringan untuk cemilannya masih sangat banyak yang Mami bawakan beberapa hari lalu. Dan sepertinya tidak ada yang ingin Bianca beli dulu saat ini. “Tidak Bi” jawab Bianca. “Baik Bu. Saya jalan dulu ya” ucap Bi Inah. “Iya Bi” ucap Bianca menganggukkan kepalanya. Bianca menghela nafas panjang. Dia melihat s**u di atas meja belum tersentuh olehnya. Bianca mengambil gelas s**u itu lagi menegaknya hingga tandas. Bi Inah sudab jalan, jadi Bianca langsung mencuci gelas kotornya sendiri. Bianca menggosok gelas itu. Tiba-tiba Bianca terbayang saat dulu dia bersama Willy. Willy dulu sering sekali mengagetkannya jika sedang mencuci piring. Willy tiba-tiba datang lalj memeluk Bianca dari belakang. Bianca memejamkan matanya dan tersenyum. Bianca sangat merindukan Willy. Saat Bianca masih berharap bayang-bayang itu masih dia lihat entah kenapa wajah Bianca kini berubah menjadi wanita lain yang Bianca tidak tahu. Prank Gelas di tangan Bianca pun seketika terjatuh ke lantai. Bianca pun tersadar dalam lamunannya dan terkejut melihat gelasnya yang terjatuh. “Owek owek owek” terdengar tangis Aditya. Drrrrt drrrrt Ponsel Bianca pun ikut bergetar di saku bajunya. Entah kenapa Bianca menjadi panik dan bingung apa yang harus dia lakukan. Membereskan pecahan gelas dulu, atau ke kamar Aditya, atau mengangkat telepon ini. Tiba-tiba kepala Bianca pun berputar-putar dan penglihatannya seketika memudar. Bruuk Bianca ambruk seketika ke lantai dan tak sadarkan diri. Lengan Bianca tertancap pecahan gelas dan mengeluarkan darah. Karena Bianca tidak sadar sehingga dia tidak tahu. “Owek owek owek” suara tangis Aditya semakin kencang. Ponsel Bianca pun masih terus bergetar. Tetapi Bianca sudah tidak sadar dan tidak tahu apa yang terjadi. Bianca merasakan kepalanya sangat sakit dan juga tangannya. Perlahan Bianca pun membuka matanya. Bianca terkejut sekali melihat ada Naena duduk di sampingnya. “Bii, kamu sudah sadar?” Tanya Naena. Bianca mencoba bangun dari tidurnya. Naena membantunya dan meletakkan bantal di sandaran ranjang agar Bianca bisa duduk dengan nyaman. “Apa yang terjadi?” Tanya Bianca. “Kamu pingsan di dapur Bii” jawab Naena cemas. Bianca mencoba mengingatnya dan memegang kepala dengan tangannya. Bianca melihat tangannya diperban pun semakin bingung. “Tanganku kenapa?” Tanya Bianca lagi. “Saat kamu pingsan ada pecahan gelas dan tanganmu terkena pecahan gelas itu” ucap Naena. Bianca pun teringat tadi saat dia mencuci gelas, gelas itu terjatuh, lalu Aditya menangis, dan ponselnya bergetar. Setelah itu Bianca sudah tidak ingat lagi. “Aditya, dia menangis tadi” ucap Bianca panik. “Sssst kamu istirahat dulu ya. Aditya sedang digendong Icha. Aditya sudah tidak menangis” ucap Naena menahan bahu Bianca yang mau bangun. Ceklek Bianca dan Naena pun langsung menoleh ke arah pintu. Ternyata itu adalah Icha yang sedang menggendong Aditya. “Itu Icha dan Aditya” ucap Naena. “Mama sudah bangun sayang” ucap Icha kepada Aditya. Icha pun terus melangkah hingga kini sudah bergabung duduk di atas ranjang Bianca. “Lihat Aditya lucu sekali. Wajahnya kalau sedang diam seperti ini mirip sekali dengan Willy dulu ya” ucap Icha sedikit terkekeh memperlihatkan Aditya di dalam gendongannya. Bianca dan Naena ikut tersenyum melihat Aditya. Benar yang dikatakan Icha. Aditya sangat mirip dengan Willy. “Bii, ini minum dulu vitaminnya” ucap Naena memberikan tablet berwarna kuning dan segelas air. Bianca mengambil tablet berwarna kuning itu lalu memasukkanya ke dalam mulut. Bianca mengambil gelas dan meminum airnya hingga tandas. “Aku tadi pingsan ya” ucap Bianca. “Iya” jawab Naena sambil menganggukkan kepalanya. Icha pun ikut menganggukkan kepalanya. Icha meletakkan Aditya di atas ranjang di samping Bianca dan di tengah-tengah mereka bertiga. “Kalian bagaimana bisa kesini?” Tanya Bianca. “Tadi aku Willy menghubungiku. Dia bilang dia menghubungimu berkali-kali tidak diangkat, menelepon ke rumah juga tidak diangkat. Dia panik dan meminta aku sama Naena untuk mengecekmu ke rumah” jawab Icha. Bianca pun teringat jadi ponselnya bergetar tadi adalah Willy yang menghubunginya. Willy pasti sangat mencemaskannya. Bianca merasa bersalah sudah berpikir macam-macam. Padahal disana Willy sedang bekerja dan Willy pun masih memikirkannya. “Iya Bii. Saat kami datang Pak Eko bilang Bi Inah pergi ke pasar dan kamu ada di dalam. Kami pun langsung masuk karena kami juga menghubungi kamu tidak diangkat. Sampai di dalam kami mendengar suara Aditya menangis sangat kencang” ucap Naena menambahkan ceritanya. Icha pun ikut menambahkan ceritanya lagi. Saat dia masuk ke kamar Aditya dia tidak melihat Bianca disana hanya ada Aditya sendirian yang menangis sangat kencang. Lalu mereka berdua membagi tugas Icha menjaga Aditya dan Naena mencari Bianca. Mereka berdua juga panik karena tidak biasanya Aditya menangis sampai sekencang ini tetapi Bianca tidak tahu. Icha menggendong Aditya yang terus saja menangis, Icha memeriksa popoknya ternyata Aditya buang air besar. Icha pun segera menggantikan popok Aditya. Setelah itu Icha juga memberi Aditya s**u untungnya di kamar Aditya sudah ada s**u yang di panaskan Bianca. Naena juga menceritakan saat dia mengetuk kamar Bianca tidak ada jawaban. Naena pun meminta maaf karena masuk ke dalam kamar Bianca dan Willy. Di dalam kamar Naena tidak melihat Bianca, lalu dia mengecek ke kamar mandi juga kosong. Naena melangkah cepat keluar dan kembali menutup pintunya. Naena melangkah ke dapur lalu dia pun terkejut melihat Bianca tergeletak dengan darah di tangannya. Naena segera memapah tubuh Bianca dan membawanya ke dalam kamar. Naena pun memberitahu Icha bahwa Bianca pingsan. Dan mereka langsung menghubungi dokter ke sini. Tidak lama dokter datand dan memeriksa Bianca. Bianca hanya kelelahan dan butuh istirahat dokter hanya memberikan vitamin setelah itu dokter pun pergi. “Terima kasih ya, maaf sudah merepotkan kalian berdua” ucap Bianca. “Iya kami juga tidak direpotkan” ucap Icha. “Bii, kamu hubungi Willy ya. Dia sangat cemas kepadamu. Aku tadi mengabarinya juga kalau kamu pingsan, karena dia tidak berhenti menghubungi dan bertanya apa aku sudah sampai rumahmu” ucap Naena. “Kamu kenapa bilang kepada Willy kalau aku pingsan. Willy pasti sangat cemas” ucap Bianca. “Willy harus tahu keadaanmu Bii. Kasihan dia karena sangat mencemaskanmu. Aku yakin pasti dia akan memutuskan untuk pulang karena mendengarmu pingsan” ucap Naena. Bianca menganggukkan kepalanya. Naena dan Icha pun memilih untuk keluar dan membawa Aditya. Mereka tidak enak mendengar percakapan Willy dan Bianca. Bianca mengambil ponselnya. Benar sekali ada banyak panggilan tidak terjawab dan sebagian banyak itu adalah suaminya. Pesan pun juga banyak yang Willy kirimkan. Tanpa membaca pesan dari Willy yang pasti Bianca sudah tahu isinya, Bianca pun segera menghubungi Willy. “Halo, Will” ucap Bianca. “Bii, kamu sudah sadar. Kamu kenapa bisa sampai pingsan?” Terdengar suara Willy yang sangat panik. “Will aku sudah baik-baik saja” ucap Bianca. “Baik-baik saja bagaimana? Aku melihatmu pingsan dengan tangan berdarah terkena pecaham gelas. Aku sangat panik Bii. Aku saat ini sedang siap-siap pulang. Aku juga sudah meminta Doni untuk memesankan tiket penerbangan tercepat” ucap Willy. Entah mau senang atau sedih mendengar suaminya yang sudah lama tidak bertemu akan kembali. Yang jelas saat ini Bianca tersenyum senang. “Will, tapi bagaimana pekerjaanmu?” Tanya Bianca. “Kesehatanmu lebih penting. Aku pun meminta Doni dan tim segera terbang ke Bali. Jadi Doni tidak akan ke rumah untuk mengambil makanan untukku” ucap Willy. Bianca menggigit bibir bawahnya. Jujur saat ini Bianca sangat senang karena Willy mencemaskan dirinya dan akan pulang. Tetapi Bianca tidak enak Willy meninggalkan pekerjaannya disana. Bianca tidak ingin egois. “Will, aku sudah baik-baik saja” ucap Bianca. “Stop mengatakan kamu baik-baik saja. Aku tahu kamu tidak baik-baik saja. Aku akan berangkat ke bandara sekarang. Tunggu aku ya sayang” ucap Willy. “Iya, kamu hati-hati ya. Aku akan masak makanan kesukaanmu ya” ucap Bianca. “Tidak. Kamu istirahat saja. Kalau aku tahu kamu masak aku marah” ucap Willy. “Iya baiklah. Kamu hati-hati ya” ucap Bianca. “Iya, kamu juga istirahat ya” ucap Willy. Setelah mematikan ponselnya. Hati Bianca berbunga-bunga saat ini karena dia tahu Willy akan pulang. Bianca sudah tidak sabar menantikan kepulangan suaminya tercinta.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN