“Teteh?” Aku spontan menoleh, berputar hadap lalu membentangkan kedua tanganku. Adalah Bunda Hana – adik bontot Mami – yang memanggilku. Nampak ia melirik sesaat ke Puri, namun aku tak peduli, aku tak perlu merasa tak enak hati. Bunda memelukku di titik temu, mendelik pada Mas Rio. “Masih harus Teteh kenalin, Bund?” “Kenalin dong. Siapanya Teteh, bukan siapa namanya.” Mas Rio pastinya mengenal Bunda dan Ayah Edo berhubung pernikahan Nina dan Bisma beliau berdua yang langsung turun tangan. “Kenalan dong, Mas Rio,” pintaku pada yang kucinta. Tangan yang kerap membelaiku lembut itu lalu terulur, menyalam Bunda takzim. Saat ia menegakkan tubuhnya kembali, barulah suara khas seraknya terdengar. “Rio, Tan. Yang sayang sama Reina.” Aku sontak tergelak, begitupun Bunda. Agak beda ya