PART. 5 APA YANG ADA DI DALAM HATIMU

1209 Kata
Resepsi pernikahan Denava, dan Ray, Keduanya adalah artis sinetron stripping. Mereka artis papan atas ,teman Melissa. Abizar, dan Melissa ke luar dari dalam mobil. Puluhan kamera wartawan langsung mengabadikan kehadiran mereka. Melissa mengaitkan tangannya di lengan Abizar. Dalam stelan jas warna abu-abu tua, Abizar terlihat sangat gagah, dan tampan. Sedang Melissa sendiri, mengenakan gaun tanpa lengan. Panjang gaunnya semata kaki, warna gaunnya senada dengan stelan jas yang dipakai Abizar. Rambut Melissa digelung ke atas kepalanya, ada hiasan jepit mungil bertabur berlian tersemat di kepalanya. Pasangan sempurna, begitulah gumam tiap mata yang memandang mereka berdua. Pertanyaan para wartawan, hanya dijawab dengan senyuman keduanya. Melissa dengan bangga berjalan di sisi Abizar. Salah satu pengusaha muda tersukses negeri ini. Melissa yakin, berita dan foto-foto mereka berdua, akan segera menjadi topik panas di berbagai media. Ataupun di sosial media. Melissa menatap wajah Abizar yang berjalan di sampingnya. Wajah itu datar saja, tak Melissa membaca apa yang ada dipikiran Abizar. Tapi Melissa cukup senang, karena Abizar menemaninya malam ini, meski tak sedikitpun mulut Abizar terbuka, untuk menjawab pertanyaan wartawan. Setidaknya hubungan mereka ada kemajuan, begitulah pikir Melissa. * Pagi hari, di rumah Oma Arnita Sesudah mandi, sebelum sarapan, Ziya iseng menyalakan televisi. Matanya melotot melihat berita di televisi. Arnita mendekati Ziya. "Itu kan Bang Ezar, Zi? Ya Tuhan, jadi pacar Bang Ezar artis ngetop itu. Aduuh beruntung ya Abi, dan Arini, punya calon mantu artis paling top saat ini." Oma Arnita berdecak kagum. Ziya tak bersuara, ia merasa marah, tapi tidak tahu marah karena apa. Ziya yakin, pasti berita hangat di televisi pagi ini, akan jadi berita terpanas di kampus. Ziya merasa ia akan jadi korban dari semua ini. "Kenapa diam, Saya?" Arnita memperhatikan wajah cucunya. "Jangan bilang kamu cemburu ya, Ziya," kata Arnita. "Eeh, Oma apa sih. Aku mau sarapan dulu, nanti telat ke kampus." Ziya menjauh dari ruang tengah, ia masuk ke ruang makan. Arnita menatap cucunya dengan hati bertanya-tanya, ada apa dengan cucunya. Tapi, Arnita memilih diam tidak bertanya. Baru saja Ziya menyelesaikan sarapan. Saat terdengar suara salam dari pintu depan. "Assalamuallaikum." Arnita, dan Ziya saling pandang. Suara yang sangat mereka kenal. "Waalaikum salam," sahut mereka berdua. Abizar melangkah masuk ke ruang makan. Ia mencium punggung tangan Arnita. "Selamat pagi, Oma," sapa Abizar. "Pagi, Bang Ezar sayang. Waah selamat ya." "Selamat apa, Oma?" Abizar mengernyitkan kening, tidak mengerti kenapa Arnita mengucapkan selamat padanya. Arnita tersenyum. "Calon istrimu ternyata artis ngetop yaa. Cantik sekali, kapan-kapan ajak ke sini. Eeh, sudah sarapan belum?" Abizar tertawa pelan. "Terima kasih, Oma. Sudah sarapan tadi. Soal Melissa dia, cuma teman, Oma." Abizar menjelaskan pada Arnita, tapi matanya melirik Ziya yang sudah berdiri dari duduknya. "Masa cewek secantik itu cuman dijadikan teman. Cepat dilamar, Zat. Nanti keduluan orang lain, menyesal kamu." Abizar tersenyum. "Jodoh pasti bertemu, Oma," sahur Abizar, ia kembali melirik Ziya yang diam saja. Lirikan yang tidak bisa Ziya artikan maksudnya. "Aku ke sini mau jemput Ziya, Oma. Kebetulan aku hari ini ada jadwal mengajar, jadi sekalian saja berangkatnya. Boleh ya, Oma?" Arnita menganggukkan kepala. Ziya ingin protes, tapi diurungkannya, karena tidak ingin berdebat dengan omanya. "Tentu saja boleh. Kalian bukan orang lain, tapi saudara dekat." "Terima kasih, Oma." "Ya sudah, berangkat sana." "Baik, Oma. Kita pamit dulu." Abizar mencium punggung tangan Arnita, diikuti Ziya juga. "Assalamualaikum." "Waalaikum salam, hati-hati di jalan ya." "Iya, Oma." Di dalam mobil. Abizar diam tak bersuara, ia fokus pada jalan di depannya. Ziya melirik Abizar, lalu perhatiannya beralih pada majalah yang dilihatnya ada di samping kursinya. Diambil majalah itu, dilihat ada foto Melissa, berpose dengan busana kebaya yang indah, dan wajahnya yang cantik terpampang sebagai sampul majalah wanita itu. 'Benar kata Oma, Melissa cantik sempurna, tidak ada yang bisa dicela dari penampilannya. Tidak seperti aku. Orang selalu memandang aneh rambut merahku, kulit pucatktu, juga mata biruku. Ya ampun, Ziya, untuk apa kamu membandingkan diri dengan Melissa?' Ziya menghela nafas, untuk menghalau hal negatif dari pikirannya. Tiba di kampus. Ziya membuka safety belt. Ia ingin membuka pintu mobil, tapi lengannya dipegang oleh Abizar. "Ingat, Zi, di tempat ini kamu adalah kekasihku. Bersikaplah sebagaimana mestinya seorang kekasih," kata Abizar tegas, dengan tatapan seakan mengintimidasi Ziya. Hal itu membuat Ziya marah. "Abang! Berita Abang dengan Melissa pasti sudah sampai ke kampus. Sudah tersebar ke seluruh Indonesia Raya, kenapa ...." "Melissa bukan pacarku, kami hanya sebatas teman," potong Abizar cepat. "Apa Abang berpikir orang-orang akan percaya, kalau dia hanya teman Abang. Omong kosong, Bang!" "Kamu yang akan membuat mereka percaya." Jawaban Abizar tidak dimengerti Ziya. "Maksud Abang?" iya menatap Abizar tidak mengerti. "Nanti juga mengerti," jawab Abizar, sambil ke luar dari mobil. Ziya mengikuti Abizar ke luar dari mobil. Ia berjalan di sisi Abizar, masih menuntut penjelasan maksud ucapan Abizar tadi. "Bang, apa maksud, Abang. Jangan membuat aku bingung!" Abizar menghentikan langkah, ia memandang Ziya. "Ini kampus, Sayang. Nanti saja kalau sudah di rumah aku jelaskan, oke." Abizar sengaja berucap dengan suara sedikit nyaring, sembari dicubitnya pipi Ziya. Abizar lalu melangkah pergi, meninggalkan Ziya dengan pipi yang memerah. Ziya hanya bisa menatap Abizar, dengan perasaan kesal. "Aduh, sepagi ini sudah disodori pemandangan indah. Pak Abizar ternyata sweet ya, Zi. Tapi, kenapa cuma dicubit. Tidak sekalian minta dikiss tadi, Zi." Suara Dian menyadarkan Ziya dari terpana. "Apa sih, Di?" Ziya memukul pelan lengan Dian. "Eh, Zi, kamu sudah melihat tayangan infotainment hari ini?" tanya Dian bernada hati-hati. Ziya menganggukkan kepala. "Kenapa?" tanya ziya. "Kamu tidak cemburu?" Dian meneliti wajah Ziya. "Cemburu? Buat apa?" Dian semakin lekat menatap wajah Ziya. "Melissa itu cantiknya kebangetan, Zi. Kamu tidak takut Pak Abizar terpesona sama dia?" tanya Dian. "Kalau dia terpesona ya biar saja. Aku tinggal cari ganti cowok lain," jawab Ziya asal saja. "Hah!" Dian terkejut mendengar jawaban Ziya. "Aku minta kita tidak usah bahas ini, Di. Aku sudah pusing dengan pandangan orang. Mereka seperti ingin menguliti aku, setelah tahu aku ada hubungan dengan Bang Abizar," pinta Ziya "Oke, maafkan aku ya. Kita masuk kelas saja yuk!" Dian menarik lengan Ziya. Saat masuk ke dalam ruang belajar, Abizar hanya melirik sesaat ke arah Ziya, selebihnya ia fokus mengajar. Saat pulang kuliah, Ziya berusaha agar tidak pulang bersama Abizar. Tapi Abizar sudah berdiri di pintu ke luar menunggunya. Tanpa peduli pandangan orang lain, Abizar meraih jari Ziya ke dalam genggamannya. Di parkiran kampus, tampak beberapa orang, dengan kamera di tangan mengarah ke arah mereka. Abizar terlihat tetap tenang, tapi Ziya justru jadi cemas. "Ingat kamu kekasihku," bisik Abizar di telinga Ziya. Hembusan nafas Abizar membuat tubuh Ziya terasa hangat, sehingga memerahkan pipinya. "Mas Abizar, kami ingin konfirmasi soal kedekatan Mas dengan Melissa." "Maaf, saya, dan Melissa tidak lebih dari teman," jawab Abizar cepat. Telapak tangannya masih menggenggam telapak tangan Ziya "Oh, kalo Mbak ini siapanya Mas Anizar?" Wartawan itu menunjuk ke Ziya. Abizar menoleh ke arah Zita, lalu ia tersenyum. "Ini kekasih saya," jawab Abizar tegas. Ziya hanya diam meski ia bertanya di dalam hati, kenapa Abizar bermain-main dengan hal penting seperti ini. Hal yang mungkin akan menjadi masalah bagi mereka berdua, bahkan bisa jadi masalah bagi keluarga besar mereka nantinya. Namun terdengar tidak ada keraguan dalam suara Abizar, saat memperkenalkan Ziya sebagai kekasihnya. "Oh, ini kekasih, Mas?" "Iya, kami permisi pergi dulu." Abizar membukakan pintu mobil untuk Ziya. Ziya masuk ke dalam mobil, disusul oleh Abizar. Ziya merasa dimanfaatkan oleh Abizar, tapi masih belum jelas untuk apa.*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN