Aku memang bukan siapa-siapa untuknya. Tapi dia, lebih dari apa-apa untukku. Tak apa, karena begini saja aku sudah bahagia. *** Anggia terus saja melamun. Padahal laki-laki tampan di depannya. Terus saja menatapnya lekat. "Lo lagi mikirin siapa?" Langit menyesap jus stroberry di depannya. "Eh, enggak," Anggia gugup. "Lo mikirin Gara! Lo enggak suka dia cuekin lo?" "Bukan gitu?" Anggia mengaduk bakso di depannya. "Lalu?" "Pokoknya bukan mikirin itu!" suara gadis itu terdengar meninggi. "Kalau bukan mikirin dia, lalu mikirin apa?" "Kak Langit tuh kepo banget sih, udah ah, gue ke kelas dulu." "Siapa yang nyuruh lo bangun?" Anggia yang sudah berdiri. Malah terdiam, ia tak melanjutkan langkahnya. "Bisa enggak sih, Kak Langit enggak usah ikut campur?" Langit berdecih, ia menghentik