KECURIGAAN KARLA

1014 Kata
Prasta pun membuka file yang ada di laptopnya dan memperlihatkan foto Amelia kepada Karla. "Coba kau edit supaya tubuhnya menjadi langsing, hilangkan pipi bakpaonya," pinta Karla.Meski dengan dahi berkerut dan juga rasa penasaran , Prasta melakukan juga apa yang diminta oleh Karla. "Coba kau buat hidungnya menjadi sedikit mancung, lalu rambutnya kau buat sedikit panjang." Prasta melakukan apa yang Karla minta. Ketika Karla melihat hasil akhir dari editan foto itu ia merasa dadanya terasa sesak. "Ehm, satu lagi, hilangkan tahi lalat yang ada di dekat bibirnya," pinta Karla. Prasta mengangguk dan kembali melakukan apa yang diminta Karla. "Amelia jika tubuhnya langsing ternyata cantik sekali, dia mirip denganmu jika begini," komentar Prasta. "Bisa kau cetak foto itu untukku? sebelum dan sesudah kau edit." "Oh, Tuhan, Karla! Kau sebenarnya mau apa, sih? Membuat orang penasaran saja," ujar Prasta. "Aku hanya ingin melihat jika Amelia tiba- tiba menjadi langsing, akan secantik apa dia." Prasta hanya mengangguk- anggukkan kepalanya. "Baiklah, kalau tidak mau cerita tidak apa," ujar Prasta. Prasta mengenal Karla bukan sebulan atau dua bulan. Ia tau betul bagaimana sifat wanita itu. Karla menghela napas panjang dan menatap Prasta. Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja. Dan, lelaki gondrong itu pun tau bahwa sahabat dekatnya dalam masalah. Ia pun mendekat dan membawa Karla dalam pelukannya. "Menangislah, keluarkan semuanya sepuasmu," ujar Prasta. Merasa mendapat izin , Karla makin erat memeluk Pras dan menangis di d**a lelaki itu. Di hadapan Pras, Karla tidak akan pernah bisa menutupi sesuatu. Termasuk juga berpura-pura untuk selalu kuat. Hampir tiga puluh menit berlalu hingga akhirnya Karla mengangkat wajah dan menghapus air matanya. "Aku lelah, Pras. Kemarin, aku baru saja meninggalkannya." "Davila?" Tanpa menyebutkan nama, Pras sudah tau jika 'nya' yang dimaksud oleh Karla adalah David. Ia sudah sangat sering mengingatkan Karla untuk berhenti dan mundur dari hidup David. Dia pula yang menyarankan supaya Karla membeli apartemen dan hal lainnya. Pras tau bahwa cepat atau lambat semua akan terjadi. David akan meninggalkan Karla cepat atau lambat. "Davila aku tinggalkan bersamanya, saat ini aku belum bisa untuk membawa Davila bersamaku. Tadi, dia menemuiku di tempat syuting. Aku sudah mengatakan semua yang aku rasakan, biar sajalah dia memikirkan lagi. Tapi, sekarang yang mengganggu pikiranku adalah Amelia." "Dia pulang?" Karla menggelengkan kepalanya, "Tapi, aku yakin saat ini dia ada di Indonesia, Pras. Semalam saat aku mengatakan bahwa aku sudah membeli kembali rumah lama kami, untuk pertama kali dia membalas pesanku. Dan, tadi pagi saat aku berziarah ke makam kedua orangtuaku, ada buket bunga di sana. Hanya Amelia yang selalu berbuat begitu. Tapi, menurut penjaga makam ,yang datang gadis cantik yang mirip denganku." Pras mengerutkan dahinya, "Amelia operasi? atau sedot lemak?" "Bisa jadi, Pras. Dia bisa melakukan hal itu dengan uang yang dia miliki. Aku tau sekali bagaimana Amelia, dia cukup hemat dan selalu menabung uang yang didapat dari honor kami. Terlebih info terakhir yang David dapat bahwa ia kemungkinan berada di Kor-" Karla tidak meneruskan perkataannya, ia tiba-tiba menyadari sesuatu. "Dia dari Korea dan Amelia ...." "Bisa tidak kau menceritakan semua secara berurutan? Aku pusing!" omel Pras kesal. Karla tergelak , namun ia pun segera menceritakan apa yang menjadi kecurigaannya terhadap Jasmine. Pras mendengarkan apa yang dituturkan Karla dengan seksama. "Kau coba saja pancing dia, tapi, jika dia benar Amelia? Kau akan melakukan apa?" tanya Pras. "Kali ini aku akan melakukan yang benar. Aku akan melindungi dia dari David. Satu hal lagi, aku curiga David tau penyebab kepergian Amelia." Pras tersentak, "Kenapa kau bisa menyimpulkan hal itu?" "Malam itu dia kelepasan bicara, David mengatakan bahwa Amelia memiliki uang ratusan juta. Aku kenal adikku dengan baik, Pras. Aku juga tau siapa David dengan cukup baik." Pras menghela napas, "Kau selidiki pelan-pelan, La. Ingat, jangan gegabah jika kau ingin mengetahui ada rahasia apa di balik semua ini." "Baik, Pras. Aku janji akan menyelidikinya dengan hati-hati." "Kau sudah menempati apartemen itu?" tanya Pras. "Sudah, dan aku merasa nyaman. Tapi, bisakah kau mencari orang untuk bekerja sebagai asistenku juga managerku? Tapi, yang bisa aku percayai." Pras mengerutkan dahinya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. "Aku tau siapa yang bisa menjadi manager dan asisten pribadimu." "Dia harus tinggal bersamaku di apartemen. Bayangkan beberapa bulan ini aku syuting ke sana kemari menyiapkan segala sesuatu sendiri bahkan menyetir sendiri. Dan juga mengatur jadwal sendiri. Aku pusing , Pras." Prasta terkekeh mendengar curahan hati Karla. "Aku melamarmu kau menolak, ya sudah itu deritamu," ledek Prasta. "Haduh jangan mulai, kau melamarku, lalu Mbak Yuni istrimu datang melabrakku habis-habisan. Kalian itu seperti keluarga sendiri untukku , Pras." "Hahahha ... ya sudah, kau pulang sana, aku juga mau pulang, kasian Yuni. Kehamilannya sudah mendekati hari, jadi aku tidak bisa pulang larut lagi seperti dulu." Karla mengangguk, ia meraih tas dan juga foto Amelia yang dicetak oleh Prasta dan segera berpamitan. Rasanya lega setiap kali datang mengadu kepada lelaki itu. Karla memang sudah menganggap Pras sebagai kakak sendiri. Tiba di apartemen, Karla langsung mandi dan mengganti pakaiannya. Kemudian ia fokus pada foto Amelia. Hasil editan Pras tampak jelas Jasmine dan Amelia setelah proses edit sangat mirip. Karla yakin ia hanya perlu memancing Jasmine. Dan entah mengapa ia yakin bahwa Patricia terlibat dalam hal ini. Karla tau bahwa Patricia dan Amelia cukup dekat. Bahkan, sikap Patricia sangat berbeda ketika dengannya dan saat bersama Amelia. Patricia sangat ramah dan senang bicara dengan Amelia sementara padanya sikap Patricia amat sangat menyebalkan. Karla meraih ponselnya dan menghubungi Patricia dengan nomor baru miliknya. Karla hanya meninggalkan pesan bahwa ia ingin bertemu dan juga meminta Patricia untuk tidak memberi tahu David nomor barunya. Patricia yang kebetulan sedang bersama Amelia langsung memperlihatkan pesan Karla kepadanya. "Kakakmu mengajakku bertemu besok, entah apa yang akan dia bicarakan. Tapi, tadi David sempat mengamuk di apartemen. Markonah yang melaporkan kepadaku, dia baru berhenti membanting barang saat mendengar tangisan Davila. Sepertinya Karla menolak untuk kembali." Amelia menarik napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. "Dulu, aku dan Karla sangat dekat. Sebenarnya, dia sangat baik dan kakak yang bertanggung jawab. Sikapnya berubah sejak ayah dan ibu meninggal dunia. Dia menjadi kasar dan sering membentak aku sejak karirnya naik. Tapi, aku tidak pernah memasukkan ke dalam hati. Karena, aku masih melihat kasih sayang lewat sorot matanya."

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN