BERUSAHA MENCARI TAHU

1021 Kata
Karla benar-benar penasaran, jika memang Amelia yang datang, kenapa penjaga makam mengatakan bahwa yang datang gadis cantik. Bahkan, setelah hampir dua tahun menghilang, Amelia membalas pesan yang ia kirim lewat aplikasi f*******: miliknya. Tiba-tiba, Karla teringat kepada Jasmine. "Dia ... tapi tidak mungkin dia Amelia," gumam Karla. Ia sedang berusaha mengira-ngira persamaan wajah Jasmine dan Amelia. "Sepertinya aku harus mencari tau tentang Jasmine." Karla kembali bergumam. Tiba di lokasi syuting, Karla tidak begitu terkejut saat melihat kehadiran David di sana. Ia melangkah perlahan dan menghampiri David. "Ada apa? Kau masih membutuhkan aku, Dave?" tanya Karla tanpa emosi sedikit pun dalam nada bicaranya. David menatap Karla tajam, belum pernah ia melihat wanita itu tampak tenang dan tidak berapi-api. "Kau tidak sayang kepada Davila?" tanya David. "Pertanyaan yang sama, Dave. Kau tidak sayang kepadaku? Dave, aku wanita, Davila anak kita juga kelak akan tumbuh menjadi wanita dewasa yang akan memiliki tambatan hati. Coba kau bayangkan jika ada lelaki yang memperlakukan Davila sama seperti kau memperlakukan aku. Apa yang akan kau lakukan, Dave? Kau akan diam saja? Membiarkan begitu saja? Jika saja ayahku masih hidup mungkin beliau akan membunuhmu saat ini, Dave." David terdiam, Karla mengucapkan hal yang sama persis dengan apa yang Patricia ucapkan. "Dave, jika kau memang mencintai aku, kau akan menikahiku. Tapi, jika memang kau tidak pernah mencintaiku, tolong biarkan aku mengambil jalan hidupku sendiri. Aku juga berhak untuk bahagia." David mendecih sambil menatap Karla tajam, "Bahagia? Dalam pikiranmu hanya ada kemewahan, Karla!" Jika ada pisau atau pistol atau apapun itu ingin rasanya Karla menghujamkannya ke tubuh David. Biar lelaki itu mati saja sekalian. Tetapi, Karla sadar jika pada awalnya memang itu yang menjadi tujuannya, kemewahan. Wanita berwajah cantik itu menghela napas perlahan. Ia berusaha untuk mengontrol emosinya, alih-alih memaki, Karla justru tersenyum pada David. "Kau benar ,David sayang. Awalnya saat kau pertama kali mengatakan bahwa kau mencintaiku dan hari di mana aku menyerahkan kesucianku kepadamu, aku sedang menjual diriku. Aku tidak lebih dari seorang p*****r, hanya mungkin aku lebih elegan dan ekslusif. Tapi, itu semua aku lakukan demi kehidupan yang lebih layak. Aku dan Amelia kehilangan orangtua, dan hidup kami susah. Tapi, aku sadar ketika Davila lahir , bahwa kebahagiaan yang sejati bukan dari harta dan kemewahan. Saat itu juga aku sadar, Dave , sadar bahwa aku juga adalah wanita biasa yang menginginkan cinta dan kehidupan yang normal. Jadi, maaf jika aku memutuskan untuk pergi. Sekarang , aku harus syuting. Jika kau masih ada perlu, kau bisa menunggu." Karla pun langsung melangkah menghampiri kru yang lain karena syuting akan segera dimulai. Sementara itu David hanya bisa terdiam dan berdiri terpaku selama beberapa lama. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Karla yang melihat kepergian David hanya tersenyum, "aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan," gumamnya. "Kau baik-baik saja, La?" Tepukan di bahunya menyadarkan Karla, ia menoleh dan tersenyum pada Ranu, lawan mainnya dalam film. "Aku baik- baik saja," jawab Karla dengan suara yang riang. Syuting hari itu benar-benar lancar, bahkan Karla mampu bersikap profesional dengan melupakan semua masalah yang sedang ia hadapi. Tepat pukul lima sore , Karla pun melangkah untuk pulang. Namun, langkahnya terhenti ketika ia baru saja hendak naik ke mobilnya. "Karla!" Panggilan Ranu membuat Karla menoleh dan menunggu. "Kau belum mendapat manager dan asisten baru?" tanyanya. "Iya, mungkin aku akan menghubungi Patricia. Mungkin dia bisa membantuku," jawab Karla dengan ramah. Ranu tersenyum sambil mengetuk- ngetukkan jarinya ke kaca mobil. Ia seperti ragu untuk menyampaikan sesuatu. Karla yang menyadari hal itu hanya tertawa kecil. "Kau katakan saja jika memang ada yang ingin kau katakan," ujar Karla. Merasa tertangkap basah, Ranu pun tertawa geli. "Aku takut kau marah, maaf jika mungkin pertanyaanku sedikit menyinggung dirimu. Apa kau dan David ... maksudku, kalian masih berhubungan? Kau tidak perlu menjawab jika memang tidak mau." Ranu tampak salah tingkah , ia merasa tidak enak untuk menanyakan hal yang sedikit pribadi kepada Karla. Tetapi, ia juga tidak bisa menahan dirinya sendiri. "Hubunganku dan David sudah menjadi rahasia umum, bahwa kami tidak menikah tetapi memiliki anak. Tapi, aku rasa hubungan kami tidak akan bisa untuk dilanjutkan." "Jadi ...." "Aku harus pulang, ada beberapa hal yang harus aku selesaikan. Besok atau lusa kita bicara lagi." Karla langsung mengakhiri pembicaraan dan segera masuk ke dalam mobilnya. Untuk sementara waktu , cukup hal itu yang bisa ia ceritakan kepada orang lain. Karla tidak mau menjadi bahan gosip infotainment. Bagaimanapun juga film barunya akan segera launching. Karla tidak ingin masalah pribadinya dianggap berita hot untuk membuat filmnya laris manis. Wanita cantik itu tidak langsung pulang, ia mengemudikan mobilnya ke sebuah komplek perkantoran yang ada di Jakarta Pusat. Ada sesuatu yang harus ia pastikan. Tiba di sebuah studio, Karla langsung masuk dan tersenyum pada pria yang sedang duduk di balik meja. "Hai, Mbak Karla," sapa pria itu ramah. "Halo, Tim. Pras ada? Dia sedang sibuk?" tanya Karla. "Mas Pras sedang mengedit foto- foto di ruangannya , Mbak, masuk sajalah." "Ok, terima kasih, ya." Karla pun langsung masuk ke dalam dan menuju ke sebuah ruangan yang terletak di ujung. Setelah mengetuk pintu, ia pun masuk. Tampak seorang lelaki gagah dengan rambut gondrong sedang fokus menatap ke layar laptopnya. Tanpa mengangkat wajahnya, lelaki itu menyapa Karla. "Angin apa yang membawamu ke studioku?" Karla tertawa geli, ia pun berjalan dan duduk dikursi kosong yang ada di samping lelaki itu. Prasta adalah seorang fotografer profesional. Ia dan Karla sudah sangat lama bersahabat. Biasanya, David memakai jasanya untuk memotret Karla demi kepentingan albumnya. "Kau sibuk?" tanya Karla. Prasta tidak langsung menjawab, ia menggerakkan tangannya yang sedang memegang mouse beberapa kali , setelah itu, ia baru berpaling dan menatap Karla. "Ok, sudah selesai. Nah, sekarang apa yang bisa aku bantu?" "Pras, kau paling jago urusan edit mengedit. Kau masih menyimpan foto adikku, Amelia?" tanya Karla. Prasta mengangguk, "Ada, kenapa?" tanyanya. "Ada di laptop ini?" "Iya, ada." "Coba kau buka dan ikuti apa yang aku mau." "Kau ini aneh-aneh saja , tapi, baiklah." Prasta pun membuka file yang ada di laptopnya dan memperlihatkan foto Amelia kepada Karla. "Coba kau edit supaya tubuhnya menjadi langsing, hilangkan pipi bakpaonya," pinta Karla. Meski dengan dahi berkerut dan juga rasa penasaran , Prasta melakukan juga apa yang diminta oleh Karla.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN