Tiba di apartmentku Dira tidak mengatakan apapun, kami tiba-tiba jadi saling diam satu sama lain. Sampai kemudian tiba-tiba saja ponsel Dira berdering. Dia menatap agak lama kearah ponselnya, lalu melirik kearahku selama beberapa detik sebelum pada akhirnya dia mengambil inisiatif untuk mengangkat panggilan telepon tersebut. Untuk beberapa alasan entah mengapa aku merasa diberi tahu oleh semesta mengenai siapa gerangan orang yang melakukan panggilan telepon itu. “Ya… Nancy,” seketika dadaku serasa dihantam beban berat. Meski aku sudah mengupayakan banyak hal untuk tidak berfokus pada pembicaraan mereka. Tetap saja secara tidak sadar aku memperhatikan Dira melalui ekor mataku. Melihat bahwa punggungnya secara perlahan menjauh dari sisiku. Lucu sekali, untuk sesaat aku berpikir bahwa aku