Pertemuan Dengan Mas Wawan

1087 Kata
Hari hari berikutnya aku sudah terbiasa melakukan aktivitas di rumah Bude Yati. Untuk berangkat sekolah pun sekarang aku langsung ke rumah Dila sendiri tanpa diantar lagi oleh Bude Yati. Suatu hari sekolah sedang libur. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, aku pergi ke rumah Bu Salma untuk sekedar bermain bersama Dila. Sebelumnya kami sudah janjian kalau ada waktu senggang mau main bersama. "Mau bertemu Dila ya ?" Tanya seorang laki laki yang sedang duduk di terlas rumah Bu Sukma. "Iya Mas, Dilanya ada ?" Jawabku. "Ada, tadi dia sedang menonton televisi, silahkan masuk saja". Sambungnya sambil mempersilahkan aku masuk. Aku langsung masuk ke rumah Bu Sukma untuk menemui Dila. Ternyata dia sedang berkumpul bersama keluarganya. Kebetulan ini adalah hari minggu jadi semua keluarga Dila ada di rumah termasuk kakaknya yang laki laki. Mas Wawan dia bekerja di sebuah pabrik rokok di luar kota dan selalu pulang sekali dalam sebulan. Sementara suami Mbak Sarah bekerja di Dealer motor dan suami Mbak Sinta bekerja sebagai seorang guru PNS. Tak heran jika semua keinginan Dila selalu dituruti oleh kakak kakaknya. "Assalamu'alaikum" ucapku. "Wa'alaikumsalaam" jawab semua orang yang ada di ruangan televisi tersebut sambil menengok ke arahku. "Eh Lia, ayo sini masuk gabung bersama kami" ajak Dila. Aku pun ikut bergabung bersama mereka. Kami menonton televisi bersama sama seraya benbincang bincang. Banyak hal yang kami bicarakan sampai mengundang tawa. "Lagi pada ngomongin apa nih kayanya seru banget" tanya laki laki tadi yang sedang duduk di terlas rumah seraya menghampiri kami. "Eh sini Nak gabung bareng kita. Nak Lia kenalin ini namanya Wawan kakak laki laki Dila satu satunya". Ucap Bu Sukma sambil menarik tangan anaknya itu. "Oh iya Mas salam kenal ya" jawabku sambil menganggukkan kepala. Tak terasa waktu sudah hampir jam dua belas siang. Aku harus segera pulang, aku harus memasak untuk nanti makan siang Bude Yati dan keluarganya. Aku juga harus mengangakat jemuran yang sudah kering takutnya nanti keburu hujan. "Dil aku pamit dulu ya sudah mau dzuhur, nanti kapan kapan aku main lagi ke sini" ucapku pamit kepada Dila dan keluarganya. "Iya Li, kamu hati hati ya dijalannya". Jawab Dila. *** Waktu terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa besok sudah mulai ujian sekolah. Aku harus lebih giat lagi belajarnya supaya bisa mendapatkan hasil nilai yang memuaskan. Malam harinya setelah shalat isya, aku langsung buka buku pelajaran yang besok akan diujiankan. Aku mempelajari poin poin penting didalamnya. Hingga tak terasa waktu sudah hampir larut malam. Aku menutup buku ku dan langsung tidur takutnya besok kesiangan. Pagi harinya seperti biasa aku berangkat bersama Dila. Hari ini kami berangkat sepuluh menit lebih awal dari biasanya supaya ada sedikit waktu untuk kembali membuka buku pelajaran di sekolah. Sesampainya di sekolah, aku menghafal kembali poin poin penting yang semalam aku baca takutnya nanti lupa lagi. Teng! Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Semua murid langsung memasuki kelasnya masing masing. Sebelum ujian dimulai kami membacakan do'a terlebih dahulu supaya diberi kelancaran dalam mengerjakan soal ujiannya. Setelah berdo'a ibu pengawas ujian pun langsung membagikan soal ujian kepada kami. Dan semua murid mengerjakan soal ujian dengan khusu. *** Seminggu setelah ujian sekolah kini tiba waktunya kelulusan. Aku tak sabar ingin segera melihat hasilnya. Semua murid sudah berkumpul di depan papan pengumuman untuk melihat hasil kelulusan. Aku langsung bergegas menghampiri papan pengumuman itu untuk melihat apakah namaku tertera disana atau tidak. Aku menyeret barisan siswa yang tengah antri melihat papan pengumuman. Wow alhamdulillah ternyata aku lulus. Semua siswa bersorak riang ketika mengetahui bahwa dirinya lulus tidak terkecuali aku dan Dila. Kami berpelukan sambil loncat loncat kegirangan. Selang beberapa minggu setelah kelulusan kami pun mengadakan acara perpisahan di sekolah. Bahagia, sedih, terharu semua bercampur aduk. Kami harus berpisah dengan teman teman yang selama ini selalu bersama menjalankan aktivitas di sekolah. Setelah aku menyelesaikan sekolah di sini, aku harus kembali lagi ke rumah ibuku. Aku sangat sedih harus berpisah dengan Dila. Bagaimana tidak dia adalah teman baik aku selama aku tinggal di sini yang selama ini selalu ada buat aku. Pastilah aku akan sangat merindukan momen momen kebersamaan bersama dia. Keesokan harinya aku sudah bersiap siap untuk pulang ke rumah ibu. Rencananya hari ini aku akan dijemput oleh ibu dan bapak. Sebelum berangkat, aku menyempatkan diri untuk menemui Dila sahabatku dan berpamitan kepadanya. "Dil aku pamit ya mau kembali lagi ke kampung halamanku, terimakasih ya kamu sudah mau menjadi sahabat aku selama aku tinggal disini. Maafkan aku jika selama aku berteman denganmu banyak perkataanku yang mungkin menyakiti hati kamu" ucapku sedih seraya menggenggam tangan Dila. "Iya Li sama sama. Kalau ada waktu senggang mainlah ke sini". Jawab Dila. "Sampaikan salamku kepada kedua orangtuamu" sambungnya lagi. Aku menganggukkan kepalaku seraya mengusap sudut mataku yang mulai mengembun. Lalu kembali lagi ke rumah Bude Yati untuk menunggu ibu dan bapa. Setibanya di rumah Bude, ternyata ibu dan bapak sudah ada di sana. Mereka sedang berbincang bincang di ruang tamu. Aku pun masuk ke rumah Bude untuk ikut gabung bersama mereka. "Dek makasih ya kamu sudah mau merawat Lia. Maafin Lia kalau selama dia tinggal disini sering menyusahkan dan merepotkan kalian yang ada disini" ucap bapakku kepada Bude Yati. "Iya dek, maaf ya kami sudah merepotkan kalian. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah" sambung ibuku. "Sama sama Mbak, Mas. Aku gak merasa direpotkan ko. Justru aku senang Lia tinggal disini. Kalau Lia mau main ke sini main aja ya jangan sungkan". Jawab Bude Yati Aku langsung bersiap siap untuk berangkat. Tiba tiba Mas Yayan dan Bu Sukma muncul dari ruang tv. "Kamu mau pulang hari ini ?" Tanya Bu Sukma dengan tatapan sinisnya. "Syukurlah kalau kamu pulang hari ini jadi aku bisa bernafas lega dan gak pengap lagi karena terlalu banyak orang disini" sambungnya. Sementara Mas Yayan hanya mengangguk nganggukkan kepala sambil menatap sinis ke arahku. Dia selalu menyetujui apa yang ibunya katakan. Tak ingin terpancing emosi akhirnya kami pun segera berpamitan untuk pulang. "Ya sudah kalau begitu kami pamit ya" ucap ibuku sambil mengambil barang barang bawaanku. "Ya udah sana, jangan sering sering datang kesini ya hanya merepotkan saja" hardik Bu Sukma. Bude Yati yang mendengar ucapan Bu Sukma barusan terlihat sangat geram dengan ucapannya. "Ibu kenapa bicara seperti itu ? Ibu ingat kan ini rumah aku jadi aku berhak mengajak siapapun untuk tinggal di rumah ini. Lagi pula Lia ini keponakanku bukan orang lain jadi wajar saja aku mengizinkannya untuk tinggal disini" jawab Bude Yati dengan nada marah Wajah Bu Sukma terlihat memerah dan seketika diam membisu. Entah karena dia marah mendengar ucapan Bude Yati atau karena dia merasa malu yang jelas Bu Sukma tidak bisa berkutik saat Bude berkata seperti itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN