Berkonsultasi Ke Dokter Spesialis Kandungan

1518 Kata
Hari ini rencananya aku dan mas Wawan akan pergi ke dokter spesialis kandungan untuk berkonsultasi. Jarak rumahku dengan Klinik tempat Dr.Irsyad buka praktek lumayan cukup jauh. Oleh karenanya kami berangkat lebih awal sekitar jam tujuh pagi karena takutnya nanti terlambat. "Bu aku dan mas Wawan pamit ya". Ucapku kepada ibu sambil mencium tangannya dan diikuti oleh mas Wawan. "Iya kalian hati-hati ya. Semoga ada kabar baik buat kalian berdua". Jawab ibuku. Lalu kami bergegas keluar rumah dan menaiki kuda besi yang sudah terparkir di depan rumah. Mas Wawan pun mulai menarik tuas gasnya dan melajukan sepedah motornya. Sesampainya di sana, aku langsung mengambil nomor antrian. Kebetulan belum banyak pasien yang datang. Aku kebagian nomor antrian tiga. Aku duduk di kursi ruang tunggu. Perasaanku sangat tidak karuan. "Mas Aku degdegan" ucapku pada Mas Wawan. "Kamu tenang ya, kamu rileks tidak usah banyak pikiran yang macam-macam. Apapun nanti hasilnya kita harus siap menerimanya, kita harus yakin dengan apa yang sudah Tuhan takdirkan kepada kita". Jawab Mas Wawan sembari memegang tanganku. Kemudian aku mengambil gawaiku dari tasku dan memainkannya untuk sekedar menenangkan rasa gugupku. Hingga tak berasa tibalah giliranku. Aku dipanggil oleh seorang perempuan yang masih muda. Kemungkinan dia adalah asisten dari dokter kandungan itu. "Mbak Elia Raharja" sahutnya dari depan pintu kamar pemeriksaan. "Iya saya Mbak" jawabku sambil bergegas menghampirinya dan diikuti oleh Mas Wawan. "Ayo Mbak silahkan masuk" ucapnya lagi sambil membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk. Kemudian aku dan Mas Wawan masuk ke ruang pemeriksaan. Di sana sudah ada seorang laki-laki yang aku perkirakan usianya dua tahun di atas Mas Wawan. Dia adalah Dr.Irsyad, dokter spesialis kandungan yang akan memeriksaku. "Silahkan duduk." Ucapnya ramah. Kami berdua pun duduk di kursi yang sudah disediakan di depan meja yang berhadapan dengannya. "Ada yang bisa saya bantu Mbak, Mas ?" Tanyanya. "Iya pak Dokter. Saya ingin berkonsultasi sekaligus ingin memeriksakan kondisi kami, karena sudah satu tahun kami menikah belum juga dikaruniai seorang anak." Jawab suamiku. Aku menundukan kepalaku. Banyak do'a dan harapan yang aku nantikan. Sedih sekali berada di posisi seperti ini. Jujur aku merasa sangat tertekan dengan keadaan ini. "Baiklah ayo biar saya periksa satu-satu ya. Mbaknya dulu silahkan". Jawab Dr. Irsyad membuyarkan lamunanku. "Iya dok". Jawabku. Kemudian aku membaringkan tubuhku di hospital bed yang telah disediakan. Dr.Irsyad pun mulai mengecek kondisi rahimku dan sebagainya. Setelah selesai memeriksaku lalu dilanjutkan dengan mengecek keadaan Mas Wawan. "Kalian berdua baik-baik saja, tidak ada kelainan apapun. Rahim Mbak sehat. Tinggal menunggu waktunya saja. Biar nanti saya kasih s**u dan vitamin untuk membantu meningkatkan kesuburannya." Jelas Dr.Irsyad "Baik dok". Jawabku. Aku merasa lega dengan jawaban dokter Irsyad. Berarti aku masih punya harapan untuk mempunyai seorang anak. Semoga setelah ikhtiarku ini, ada kabar baik yang datang kepadaku. Aamiin. "Ini resep obatnya sudah saya tuliskan. Kalian tinggal ambil saja di bagian farmasi" ucap Dr.Irsyad seraya memberikan selembar kertas. "Baik Dok. Terimakasih". Jawab mas Wawan dan mengambil kertas resep yang telah diberikan oleh Dr.Irsyad. Kami pun pamit dan segera menuju ke bagian farmasi untuk mengambil obat. Setelah itu kami pun langsung pulang. *** Hari ini tepat dua bulan setelah aku berkonsultasi ke dokter kandungan. Pagi hari saat aku menyiapkan bekal untuk Mas Wawan yang akan berangkat bekerja, aku merasa pusing dan mual. Mungkin aku sedang tidak enak badan. Aku duduk sejenak untuk meredakan rasa pusingku. Tapi rasa mualku semakin menjadi dan rasanya ingin muntah. Aku segera pergi ke kamar mandi. Beberapa kali aku mondar mandir ke kamar mandi karena berasa ingin muntah terus. "Kamu kenapa dek ?." Tanya mas Wawan sambil menghampiriku. "Gak tahu mas dari tadi aku pusing dan mual banget. Kayanya aku masuk angin deh". Jawabku sambil memegangi perutku. "Ada apa nak ?" Tiba-tiba ibu datang menghampiri kami. "Gak apa-apa bu. Aku hanya kurang enak badan saja" "Yakin kamu gak papa ? Dari tadi ibu perhatikan kamu mondar mandir ke kamar mandi kaya muntah-muntah". Ibu mulai mengkhawatirkan keadaanku. "Kita periksa ke dokter saja yuk." Sambungnya lagi. "Tidak apa-apa bu. Tolong buatkan aku teh manis hangat saja nanti juga baikan. Sepertinya aku masuk angin" Kemudian ibu bergegas membuatkan aku teh manis dan menyiapkan bekal untuk mas Wawan yang tadi sempat tertunda. "Kamu beneran tidak apa-apa Dek ? Mas khawatir kamu kenapa-kenapa. Kita ke dokter saja ya" Tanya mas Wawan yang mulai khawatir dan sembari memegangi tanganku. "Tidak usah mas aku gak apa-apa kok cuma butuh istirahat saja, nanti juga baikan" "Ya sudah kalau begitu Mas berangkat kerja dulu ya. Kalau ada apa-apa langsung kabari Mas". Aku menganggukkan kepalaku dan Mas Wawan pun langsung bergegas mengambil tas dan bekal yang sudah ibu siapkan. Lalu dia pun berangkat kerja mengendarai kuda besinya. Setelah mas Wawan berangkat, aku kembali ke kamar untuk beristirahat. Sementara pekerjaan rumah ibu yang mengerjakan. Bukannya membaik, keadaanku malah tambah parah. Aku tak henti mondar mandir ke kamar mandi. Rasa mualku semakin menjadi ditambah pusing. "Nak, kita pergi ke dokter saja yuk, sepertinya kondisi kamu malah tambah parah" ajak ibu sambil menghampiriku yang tengah terbaring lemas di kasur. Aku menganggukkan kepalaku tandanya setuju. Tadinya aku tidak ingin pergi ke dokter tapi karena kondisiku yang makin parah, akhirnya aku memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. "Ya sudah tunggu sebentar ya ibu mau ganti baju dulu sembari memanggilkan tukang ojek" "Iya bu". Setelah siap, kami langsung pergi ke dokter. Jarak antara rumah dengan klinik lumayan cukup jauh. Kami diantar oleh Pak Darman tetangga kami yang biasa mengojek di kampungku. Sesampainya di klinik, aku langsung diperiksa oleh dokter. Kebetulan sedang tidak ada pasien yang mengantri disana, jadi aku bisa langsung diperiksa. "Silahkan duduk" ucap asisten dokter. Kami pun duduk di kursi yang telah disediakan. "Apa yang anda rasakan ?" Tanya pak dokter yang sedang menanganiku. "Pusing dan mual dok" jawabku lemas dan sambil menahan rasa ingin muntah. "Baiklah silahkan berbaring biar saya periksa terlebih dahulu". Aku pun membaringkan tubuhku di hospital bed. Pak dokter langsung memeriksaku. Tidak ada kata yang ia ucapkan, dia hanya mengangguk-nganggukkan kepala sambil sedikit tersenyum. "Sudah Mbak" ucap dokter itu dan kembali duduk di kursinya. Aku segera bangun dan kembali duduk di kursi samping ibu. "Anak saya kenapa dok ?" "Tidak apa-apa buk. Selamat ya sebentar lagi Mbak akan menjadi seorang ibu" ucap dokter itu sambil menatapku dan tersenyum lebar. "A-apa dok saya hamil ? Itu beneran dok ? Saya gak lagi mimpi kan ? Bu tolong cubit tanganku" ucapku kaget. Bahagia, sedih dan terharu bercampur menjadi satu. Tak terasa air matapun terjatuh di pipiku. Penantianku selama satu tahun untuk bisa mempunyai anak akhirnya terwujud. "Dokter ini beneran ?" Tanya ibuku yang juga penasaran bercampur bahagia. "Benar bu. Anak ibu tengah mengandung. Usia kandungannya sudah memasuki enam minggu. Tolong jaga kesehatannya ya, istirahat yang cukup, pola makannya dijaga, harus banyak makan makanan yang bergizi dan vitamin, jangan terlalu capek karena usia kandungannya masih sangat muda" jelas pak dokter. "Baik dok, saya akan menjaga kandungan saya". "Bu alhamdulillah Lia senang sekali mendengarnya. Akhirnya penantian aku dan mas Wawan selama ini akan segera terwujud" "Ibu juga bahagia sekali nak. Semoga kamu dan bayi yang ada didalam rahimmu sehat selalu ya" ucap ibu dengan netra yang berkaca-kaca. Sepertinya dia terharu dengan kabar bahagia ini. Sepulang dari dokter aku langsung istirahat dan meminum obat yang diberikan oleh dokter. 'Alhamdulillah ya Allah akhirnya aku bisa hamil juga, rasanya gak sabar banget ingin segera memberitahu mas Wawan' gumamku sembari mengelus perutku. "Lia, mulai sekarang pekerjaan rumah biar ibu yang mengerjakan ya. Kamu harus banyak istirahat, ingat kata dokter kamu gak boleh kecapekan" "Iya bu. Tapi gak papa biar aku saja yang mengerjakan semampuhnya" "Tidak usah. Ibu tidak mau kamu kecapekan. Takutnya nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kamu kan sedang mengandung calon cucu ibu" jawabnya sambil tersenyum gembira. "Baiklah bu kalau itu mau ibu" *** Seminggu setelah aku dari dokter. Hari ini waktunya mas Wawan pulang. Aku sengaja belum memberitahu kabar gembira ini kepada mas Wawan dan keluarganya. Rencananya aku ingin memberikan kejutan kepadanya. Ibu juga sudah aku kasih tahu kalau jangan dulu memberitahu siapa-siapa, cukup aku dan ibu dulu yang tahu. Pagi ini aku mau memasak masakan kesukaan mas Wawan. Dengan penuh semangat aku bergegas ke dapur. "Mau apa nak ?" Tanya ibu yang sedang membereskan piring ke rak piring. "Hari ini mas Wawan pulang bu. Aku mau memasak masakan kesukaan dia sekalian mau ngasih kejutan perihal kehamilanku" ucapku sambil tersenyum bahagia. "Biar ibu saja yang masak ya, kamu duduk saja jangan melakukan pekerjaan apapun. Apalagi memasak akan cukup menguras tenaga kamu" ibu melarangku. Dari semenjak tahu aku hamil, ibu selalu melarangku melakukan pekerjaan rumah. Ibu juga selalu mengkhawatirkan keadaanku. "Ya sudah kalau begitu biar aku bantu menyiapkan bahannya saja ya" pintaku karena merasa tidak enak semenjak aku hamil selalu merepotkan ibu. Lalu aku mengambil bahan masakan yang akan dipasak dan menyiapkannya. Setelah itu aku langsung bergegas mandi dan berdandan untuk menyambut kepulangan suamiku. Karena ini adalah hari spesial jadi aku harus dandan cantik. Untungnya dikehamilanku ini aku tidak merasakan hal-hal yang aneh seperti malas mandi, bau masakan atau malas berdandan. Hanya kalau pagi-pagi saja aku merasakan mual itupun tidak berlebihan. Malah aku terlihat seperti orang yang sedang tidak hamil. Makan pun aku tetap lahap. "Bu ini bahan masakannya sudah aku siapkan. Aku mau mandi dulu ya". "Iya nak".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN