Baekhyun mengambil segelas wine yang ada di meja lalu membawanya ke sudut ruangan ballroom tersebut. Dimanakah Baekhyun saat ini? Ballroom? Ah Baekhyun saat sedang menghadiri pesta pertunangan mantan pacarnya, ya pertunangan Changmin dan Victoria.
Suasana ballroom itu sangat meriah. Pesta megah yang berhiaskan warna putih yang sangat cantik. Dari kejauhan Baekhyun masih dapat melihat pasangan yang sedang berbahagia itu menaiki panggung khusus untuk memulai acara. Changmin terlihat sangat tampan berbalut tuxedo putih yang sangat pas di tubuhnya sedangkan Victoria sangat cantik memakai gaun mewah berwarna putih dan terlihat sangat anggun dan sexy jika di kenakan olehnya.
"Jadi inilah akhirnya. Changmin hyung akan berbahagia bersama orang lain" Baekhyun menyesap segelas wine di tangannya itu sambil menyandarkan tubuh mungilnya di pilar ballroom itu. Kedua mata Baekhyun terus menatap sepasang manusia yang saling bertukar cincin itu dengan wajah bahagia.
"Berbahagialah dengannya hyung"
Baekhyun membalikkan tubuhnya saat tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya pelan.
"Baekhyun?" Kedua mata Baekhyun sukses melebar dengan ekspresi terkejut.
"Nyonya Shim?" Baekhyun langsung membungkukkan tubuhnya dalam saat menyadari siapa yang menyapanya itu. itu ibu Changmin, Shim YooJung.
"Baekhyun" Baekhyun menegakkan tubuhnya dengan ragu. Baekhyun menatap wanita paruh baya itu dengan gugup, tanpa sadar Baekhyun menggigit bibir bawahnya.
"Ya nyonya"
"Kau terlihat berbeda" Baekhyun hanya menundukkan kepalanya terlalu gugup untuk menatap lawan bicaranya itu.
"Aku sedang berbicara denganmu. Kenapa kau tidak menatapku?"
"Ma..Maafkan aku" Baekhyun langsung mengangkat kepalanya. Rahang Baekhyun seperti akan jatuh ke lantai saat melihat nyonya Shim tersenyum padanya. Senyum yang tidak pernah di dapatkannya saat dulu dirinya masih menjadi kekasih Changmin. Tapi sekarang? Baekhyun tidak percaya jika wanita di depannya itu tersenyum padanya.
"Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Sepertinya terlihat itu"
"Ya aku baik" Baekhyun tersenyum tipis dengan canggung.
"Ah kau sudah bertemu dengan tunangan Changmin?"
"Ya nyonya. Aku bahkan sudah berkenalan dengannya"
"Baguslah. Aku pikir kau akan bertindak berlebihan setelah mengetahui mereka akan bertunangan" Baekhyun tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu nyonya" Nyonya Shim hanya menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, nikmati pestanya Baekhyun" Setelah itu nyonya Shim meninggalkan Baekhyun. Baekhyun menghela nafas berat lalu mengacak-ngacak rambut nya pelan.
"Baekhyunnie~" Baekhyun kembali menghela nafasnya saat mengetahui siapa yang menghampirinya dengan senyum lebar di wajahnya.
"Hyung, selamat atas pertunanganmu" Changmin tersenyum manis kearah Baekhyun.
"Terima kasih. Bagaimana pestanya? Tidak buruk bukan?"
Baekhyun menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis
"Ini hebat. Dimana Victoria? Aku ingin mengucapkan selamat padanya"
"Ah dia bersama ibuku" Changmin menolehkan kepalanya kearah dimana Victoria dan ibunya berada lalu kembali menatap Baekhyun.
"Kalau begitu sampaikan salamku untuknya hyung"
"Tentu saja"
"Changmin selamat atas pertunanganmu" tiba-tiba seorang laki-laki tinggi muncul dan langsung berdiri di antara Baekhyun dan Changmin.
"Yo Kris kau datang. Terima kasih" Changmin merangkul bahu Kris like a brother.
"Tentu saja, bagaimana mungkin aku tidak datang di acara pertunangan temanku" laki-laki tinggi yang di panggil Changmin dengan nama Kris itu hanya tersenyum kecil.
"Haha kau jauh-jauh dari China hanya untuk ini? ini tidak seperti dirimu tuan Wu"
"Hey kau meremehkanku" Kris tersenyum miring dan memukul pelan bahu Changmin.
"Tidak, hanya saja jika tidak mendesak kau tidak akan mau menghadiri pesta-pesta seperti ini" Changmin terkekeh geli saat melihat wajah kesal Kris.
"Aku hanya ingin mengucapkan selamat untukmu" Changmin akhirnya berhenti tertawa dan menganggukkan kepalanya mengerti.
Baekhyun yang seperti di acuhkan oleh kedua laki-laki tinggi itu hanya diam dan berencana untuk pergi meninggalkan mereka.
"Ah hyung sebaiknya aku pergi" Kedua laki-laki tinggi itu langsung menolehkan wajahnya kearah Baekhyun membuat laki-laki mungil itu sedikit gugup, hanya sedikit. Hell bagaimana kau tidak gugup jika dua orang laki-laki tampan menatap kearahmu secara bersamaan.
"Ah kau akan pergi? Tidak perlu terburu-buru Baek. Nikmatilah pesta ini dulu"
"Aku masih memiliki pekerjaan hyung. Maafkan aku" Baekhyun tersenyum kecil tapi Changmin masih melarangnya untuk pergi.
"Tapi Baek..."
"Changmin, kemarilah" Tiba-tiba ibu Changmin memanggil Changmin. Laki-laki yang baru bertunangan itu hanya menghela nafasnya lalu kembali menatap Baekhyun.
"Jangan pulang dulu oke" Changmin langsung menghampiri ibunya setelah mengatakan perintah mutlak yang di tujukan untuk Baekhyun itu. Laki-laki mungil itu hanya menghela nafasnya lalu berjalan menjauhi keramaian.
"Hey.."
Sepertinya Baekhyun melupakan sesuatu. Masih ada satu laki-laki lagi disana. Lengan Baekhyun di tahan oleh laki-laki itu agar tidak pergi
"Maaf tuan" Baekhyun sepertinya merasa pernah bertemu dengan laki-laki tinggi ini. tapi dia lupa kapan dan dimana tepatnya
"Tidak perlu seformal itu Baekhyun" Baekhyun menatap laki-laki tinggi itu dengan raut wajah bingung. Bagaimana dia mengetahui namanya?
"Ah maaf tuan" Baekhyun sedikit membungkukkan tubuhnya di depan laki-laki tinggi itu. Mungkin saja laki-laki tinggi ini adalah salah satu kolega Direktur Park.
"Kau masih mengingatku? Aku laki-laki yang kau tabrak di pesta Park Corp waktu itu" Mata Baekhyun melebar sempurna saat mengingat kejadian itu. Astaga bagaimana bisa dia melupakannya.
"Maafkan aku tuan" Baekhyun kembali menundukkan kepalanya sebentar.
"Tidak masalah. Aku Kris Wu"
"Baekhyun. Byun Baekhyun" Baekhyun menjabat dengan ragu uluran tangan Kris.
"Nama yang manis" Baekhyun hanya bisa menundukkan kepalanya. Enggan menatap wajah tampan laki-laki tinggi di depannya itu.
"Kau bekerja di perusahaan Park Corp bukan?"
"Ah benar tuan Wu" Baekhyun menganggukkan kepalanya pelan. Kris tersenyum kecil melihat laki-laki manis di depannya itu.
"Jangan memanggilku seperti itu Baekhyun. Panggil aku Kris"
"Tapi tuan.."
Hell bagaimana bisa dia memanggil seorang CEO seperti Kris tanpa embel-embel tuan atau apapun. Bagaimanapun juga Baekhyun hanya seorang sekretaris.
"Tidak Baek, aku tidak ingin mendengar protes apapun"
Baekhyun hanya menghela nafasnya. Kenapa orang-orang di sekelilingnya selalu tidak ingin di bantah ataupun diprotes sedikitpun.
"Ba..baiklah Kris"
"Begitu lebih baik. Dua hari lagi aku akan mendatangi perusahaan mu untuk membahas produk baru yang akan di luncurkan, hasil kerjasama perusahaan kita"
"Ah aku mengingat itu" Ya tentu saja dia ingat jika dua hari lagi akan ada rapat dengan perusahaan Wu Corp.
"Bagaimana jika kita..."
Baekhyun mengalihkan perhatiannya kepada keributan yang terdengar tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kris yang berada di depan Baekhyun menghentikan ucapannya saat dirasa Baekhyun tidak memperhatikan apa yang dia katakan.
"Baek.."
"b******k! AKU AKAN MENGHANCURKAN PERUSAHAANMU. LIHAT SAJA!! AKU AKAN MEMBUAT KAU HANCUR ORANG TUA!!" Baekhyun langsung melebarkan kedua matanya saat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Park Chanyeol!
Tanpa sadar kedua kaki laki-laki mungil itu melangkah menerobos kerumunan orang yang berdiri melingkari tempat kejadian.
"Permisi" Baekhyun berhasil menerobos kerumunan orang itu dan berdiri di depan. Baekhyun menatap tidak percaya melihat pemandangan yang ada di depannya. Chanyeol sedang menghajar seorang laki-laki tua yang sudah tampak kewalahan menghadapi Chanyeol.
Baekhyun hanya bisa menghela nafasnya kasar. Bagaimana bisa Chanyeol ada disini dan menghajar seseorang, terlebih lagi orang yang di hajarnya sudah cukup tua.
Dengan langkah pelan Baekhyun mendekati Chanyeol dan langsung menarik dengan kasar kerah belakang jas yang di kenakan Chanyeol membuat laki-laki tinggi itu menghentikan pukulannya.
Chanyeol yang merasa seseorang menarik kerah bajunya langsung menolehkan kepalanya kesal dan ingin menghajar siapapun itu yang berani mengganggunya kegiatannya.
"Baekhyun!" Chanyeol membeku saat mengetahui Baekhyun ada disana, berdiri di belakangnya. Laki-laki mungil itu menatap tajam Chanyeol lalu dengan satu tarikan kasar langsung menarik tubuh Chanyeol meninggalkan ballroom itu. Tapi sebelum itu Baekhyun sempat berpapasan dengan nyonya Shim.
"Maafkan kelakuan bodohnya nyonya Shim, aku akan membawanya pergi" Baekhyun menundukkan tubuhnya hormat setelah itu Baekhyun benar-benar meninggalkan ballroom itu. Chanyeol hanya pasrah saat di tarik oleh Baekhyun. Dia masih sangat terkejut saat melihat Baekhyun tadi. Baekhyun disana, melihatnya menghajar seseorang. Pasti sebentar lagi berita dia menghajar seseorang akan sampai di telinga ayahnya.
**
Luhan keluar dari supermarket yang terletak tidak jauh dari apartemennya dengan membawa dua kantung plastik besar di kedua tangannya. Dia baru saja berbelanja untuk sebulan kedepan.
Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, dengan susah payah laki-laki cantik itu meraih ponsel di saku celananya.
"Aiisshh siapa yang menghubungiku?! Dia tidak tau apa aku sedang membawa beban berat"
Luhan terus mengeluh hingga berhasil mengambil ponselnya dan menempelkannya di telinga menggunakan bahu kanannya.
"Halo"
'Luhaaan' Luhan menghela nafas saat mendengar suara Kyungsoo.
"Kyungsoo? Kenapa?"
'Kau dimana? Aku di apartemenmu'
"Kenapa kau di apartemenku?"
'Aku bosan dirumah. Cepat kembali Luhan, aku sendirian disini'
Luhan hanya memutar bola matanya malas sambil terus berjalan.
"Aiishh iya iya aku akan.. "
BRUKK
"Arrgghhhh" Luhan mengerang keras saat dirinya menabrak sesuatu lebih tepatnya seseorang. Ponselnya terjatuh bersamaan dengan kantung belanjaan di kedua tangannya. Tubuh mungilnya bahkan lebih dahulu menyentuh tanah.
"Aiiishh apa kau tidak punya mata!" Teriak Luhan dengan kasar sambil mengelus telapak tangannya yang sakit akibat menahan beban tubuhnya saat terjatuh tadi. Luhan meraih ponselnya yang terjatuh dan memutuskan panggilan Kyungsoo tanpa mengatakan apapun pada laki-laki bermata bulat itu.
"Kau menyalahkanku?" Tanya– Ah dari suaranya itu adalah seorang laki-laki. Luhan mengangkat wajahnya dan matanya melebar dengan kesal menatap laki-laki tinggi yang sedang berkacak pinggang di depannya tanpa ingin membantu sedikitpun.
"Sial! Laki-laki menyebalkan ini lagi" Luhan mengumpat pelan sambil mengalihkan pandangannya dengan kesal.
Sehun, ya laki-laki yang di tabrak Luhan tadi adalah Sehun. Sehun masih berdiri di depan Luhan yang masih terduduk di atas tanah itu seperti tidak ingin bangkit sedikitpun.
Laki-laki albino itu terkekeh dalam hati saat mendengar u*****n Luhan itu. Dia merendahkan tubuhnya mendekati wajah Luhan.
"Hey kau tidak ingin minta maaf?" Tanya Sehun tepat di depan wajah Luhan. Saat Luhan kembali menatap Sehun, laki-laki cantik itu sangat sangat terkejut saat ternyata wajah mereka sangat dekat. Luhan meneguk ludahnya dengan gugup, dia tidak bisa mengatakan apapun saat melihat kedua bola mata hitam Sehun yang tidak tau kenapa begitu menghipnotisnya.
"Mi..Minta ma..maaf? Aku..aku tidak melakukan ke..kesalahan apapun!" Jawab Luhan gugup. Dia merutuki dirinya karena sangat gugup saat ini. Sial!
"Kau menabrakku cantik. Itu kesalahanmu" Luhan langsung mengernyit kesal karena Sehun menyebutnya cantik.
"Apa kau buta? AKU LAKI-LAKI!" Luhan langsung bangkit dan Sehun menegakkan tubuhnya mengikuti pergerakan Luhan.
"Aku tau. Jadi apa masalahnya?"
"Jangan memanggilku cantik tuan muda Oh, jika tidak ingin aku memotong lidah mu itu!" Luhan mengambil kedua kantung belanjaanya itu lalu pergi meninggalkan Sehun dengan kesal. Kenapa setiap kali bertemu dengan laki-laki itu Luhan selalu saja emosi.
Sehun hanya menatap kepergian Luhan dengan bingung. Apakah dia salah mengatakan sesuatu? Bukankah Luhan memang cantik. Jadi kenapa laki-laki itu marah padanya?
Ponsel Sehun berdering, laki-laki albino itu segera menerimanya.
"Ya Kkamjong. Kenapa?"
'Kau dimana bodoh?'
Sehun memutar bola matanya malas, sudah beberapa kali Jongin menghubungi hanya untuk menanyakan dimana dirinya saat ini.
"Aku di jalan. Kenapa?"
'Kau sudah mengatakan hal itu satu jam yang lalu b******k! Chanyeol menghajar seseorang disini!'
"Apa? Siapa?"
What?!!! Chanyeol menghajar seseorang? Sehun melebarkan matanya tidak percaya mendengar informasi yang di berikan Jongin padanya.
'Pemilik perusahaan Koran terbesar di korea. Tuan Jung'
"Bagaimana bisa? Aissh si bodoh itu!" Sehun memasuki mobilnya masih dengan ponsel di telinganya.
'Baekhyun sudah membawanya pergi'
"BAGAIMANA BISA BAEKHYUN ADA DISANA? KAU MENGHUBUNGINYA?"
‘Kau ingin merusak telingaku?!! Jangan berteriak! Aku tidak tau bagaimana bisa si manis itu bisa berada disini. Saat aku datang ada keributan di sudut ballroom, saat aku mendekat Baekhyun sudah menyeret si bodoh itu pergi’
"Haahh lagi lagi dia membuat masalah. Aku akan segera kesana"
Sehun memutuskan panggilan itu. Matanya kembali menatap kearah perginya Luhan, laki-laki cantik itu sudah tidak terlihat disana. Lalu tanpa mengulur waktu lagi Sehun langsung pergi ke tempat dimana pesta pertunangan Changmin diadakan.
**
"Jangan bergerak!" Baekhyun menekan kapas yang sudah di berikan sedikit alkohol itu kearah sudut bibir Chanyeol yang terluka. Entah bagaimana bisa Chanyeol mendapatkan luka itu Baekhyun tidak mengetahuinya. Dan dia juga tidak perduli dengan itu.
"SAKIT! Apa kau tidak bisa bertingkah lembut sedikit?" Chanyeol berteriak kesal. Baekhyun benar-benar sadis pikirnya. Chanyeol menahan nafasnya berulang kali karena jarak wajahnya dan Baekhyun hanya tinggal beberapa inchi saja. Bisa saja Chanyeol langsung meraup bibir tipis dan menggoda itu yang selalu hadir di setiap mimpinya. Ya Chanyeol selalu saja bermimpi tentang dirinya yang mencium Baekhyun sejak kejadian dia mabuk waktu itu. Dia benar-benar ingin melumat bibir tipis itu terus dan terus lagi. Tapi Chanyeol masih sayang dengan nyawanya, dia tidak ingin mati muda. Aku belum menikah pikirnya.
"Tanyakan itu pada sikapmu b******k!" Baekhyun kembali menekan kapas itu membuat Chanyeol menjerit sakit.
"Berhenti melakukan itu!" Teriak Chanyeol dengan kesal tapi Baekhyun hanya menatap Chanyeol dengan tajam lalu menempelkan plester luka di sudut bibir itu.
Baekhyun segera membereskan semua peralatan yang di gunakannya untuk mengobati Chanyeol lalu meninggalkan Chanyeol di kamarnya.
Chanyeol menatap kepergian Baekhyun dengan kesal lalu melepaskan jas nya dengan asal. Dia masih merasa kesal kepada laki-laki tua yang sudah di hajarnya tadi.
Setelah beberapa menit mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai, Chanyeol keluar dari kamarnya dan menghampiri Baekhyun yang sedang memasak sesuatu di dapur apartemen Chanyeol.
"Apa yang kau lakukan?"
"Apa kau buta?" Jawab Baekhyun dengan nada dingin tanpa melihat kearah Chanyeol sedikitpun. Chanyeol menghela nafas kesal, walaupun dirinya ingin menghabisi bibir Baekhyun tapi tetap saja dia kesal dengan sikap laki-laki manis itu.
"Aku hanya bertanya Byun. Apa kau tidak bisa menjawabnya dengan lebih manis?"
"Apa itu perlu?"
Chanyeol lagi lagi hanya bisa menghela nafas kesal lalu duduk di kursi meja makan sambil menatap punggung Baekhyun.
"Baek.."
"Jangan menggangguku. Bersihkan saja tempat sampah ini"
"Apa yang kau maksud tempat sampah?" Chanyeol mengernyit bingung dengan ucapan Baekhyun. Tempat sampah?
"Apartemenmu"
"Sialan kau Byun!" Chanyeol langsung bangkit dari duduknya dan mendekati Baekhyun. Dia sangat kesal karena Baekhyun menyebut apartemennya tempat sampah. Hey apartemennya tidak separah itu. hanya banyak sampah dan pakaian-pakaian kotor saja, ini tidak seperti tempat sampah!
"Jangan membantah b******k! Itu hukuman dari kelakuan burukmu itu"
"Apa yang kau katakan?" Chanyeol semakin mendekati Baekhyun. Baekhyun menatap Chanyeol tajam dan dingin.
"Apa kau lupa kejadian beberapa menit yang lalu? Cepat lakukan perintahku atau kau yang akan ku potong menggantikan ayam ini"
Chanyeol hanya berdecih malas lalu berbalik dan mulai mengambil pakaian-pakaiannya yang tergeletak di lantai.
"Ini terlalu banyak Baek~"
Baekhyun menghela nafasnya kesal.
"Bukankah itu semua bajumu! Jangan banyak mengeluh b******k!" Teriak Baekhyun kesal.
Bel apartemen Chanyeol berbunyi berulang kali membuat laki-laki tinggi yang sedang mengambil bajunya yang berserakan itu mengeram kesal. Dia beranjak kearah pintu dan ingin menghajar siapapun yang membunyikan bel apartemennya itu.
"Yo Chanyeol" wajah Sehun dan Jongin lah yang dilihat Chanyeol setelah membuka pintu itu.
"Kau mau mati?!"
Chanyeol mengeram kesal saat melihat kedua temannya yang berdiri dengan santai tanpa merasa bersalah sedikitpun setelah membunyikan bel apartemen itu berulang kali dengan brutal.
"Aku belum menikah. Jadi aku belum ingin mati" Jongin menjawabnya dengan santai lalu melewati Chanyeol yang menatap mereka kesal. Sehun menatap Chanyeol lalu menggelengkan kepalanya.
"Apa?" Tanya Chanyeol. Sehun hanya mengedikkan bahunya acuh lalu masuk kedalam apartemen Chanyeol.
"AKU TIDAK MENGIZINKAN KALIAN BERDUA MASUK b******k!!" Teriak Chanyeol kesal lalu membanting pintu itu.
"Jangan membantingnya bodoh! Aku sudah menyiapkan makan malam mu" Baekhyun memakai sepatunya dan ingin membuka pintu.
"Kau mau kemana?"
"Pulang"
"Temani aku makan" Chanyeol langsung menarik tangan Baekhyun dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat kedua temannya sedang asyik menyantap makanan yang di masak Baekhyun tadi.
"b******k! Siapa yang mengizinkan kalian memakan makanan itu!! Baekhyun membuatkannya untukku!!"
"Kenapa? Kau tidak akan bisa menghabiskan semua ini" Jongin masih melahap makanannya sedangkan Sehun tidak peduli dengan protesan Chanyeol.
"Aku akan menghabiskan semuanya! Pergi dari apartemenku sekarang!"
"Baek bolehkah kami ikut makan?" Tanya Sehun dengan seringai kecil di wajahnya. Dia melirik Chanyeol yang menatapnya kesal.
"Tentu"
"See? Baekhyun bahkan tidak keberatan sama sekali"
Chanyeol hanya bisa menghela nafas kesal. Lalu menarik Baekhyun untuk duduk di sebelahnya.
"Ah Baek bagaimana bisa kau berada disana?" Tanya Jongin kearah Baekhyun saat laki-laki mungil itu mengambilkan beberapa potong daging dan meletakkannya di mangkuk Chanyeol. Sedangkan laki-laki mungil itu tidak memakan apapun.
"Changmin hyung mengundangku" Baekhyun masih sibuk mengambil beberapa sayur memasukkan potongan daging dan yang lainnya dan memberikannya ke Chanyeol yang di sambut Chanyeol dengan baik. Sehun dan Jongin tidak terkejut dengan sikap Baekhyun karena Baekhyun selalu melakukannya untuk Chanyeol.
"Hyung? Kau mengenalnya?" Tanya Sehun masih penasaran dengan hubungan antara Baekhyun dan Changmin.
"Tentu"
"Bagaimana bisa kau mengenalnya?" kali ini Jongin yang bertanya.
"Bertemu di kampus. Berkenalan"
"Kau tidak pernah mengatakan jika kau dekat dengan laki-laki itu" Baekhyun mengusap sudut bibir Chanyeol yang terkena saus.
"Apa kita memiliki hubungan yang dekat sehingga aku harus mengatakannya padamu tuan muda?"
Chanyeol langsung tersedak makannya karena ucapan telak Baekhyun tadi. Laki-laki tinggi itu langsung meminum minumannya dengan brutal. Baekhyun menghela nafasnya lalu menepuk pelan punggung Chanyeol.
"Bodoh"
Sehun dan Jongin hanya tertawa melihat Chanyeol. Sedangkan Baekhyun masih mengelus punggung laki-laki tinggi itu.
"Dan kau Chanyeol bagaimana bisa kau menghajar tuan Jung?" Tanya Kai sambil menggelengkan kepalanya.
"Jangan salahkan aku. Orang tua itu yang minta ku hajar" Chanyeol berdecih kesal dan lanjut memakan makanannya sedangkan Baekhyun hanya memutar bola matanya malas.
"Apa yang terjadi?" Sehun bertanya sambil menatap Chanyeol.
"Orang tua itu mengatakan jika aku hanya akan menghancurkan perusahaan ayahku sebentar lagi dan dia ingin aku menyerahkan Baekhyun padanya. Cih! Dalam mimpi pun aku tidak akan melakukannya"
Jongin dan Sehun tertawa geli melihat ekspresi kesal Chanyeol. Dia sangat bodoh!
"Jadi kau menghajarnya?"
"Dia yang menghajarku terlebih dahulu saat aku mengatakan jika sebentar lagi dia akan mati dengan mengenaskan mengapung di sungai Han"
"Bodoh!" Baekhyun memukul kepala Chanyeol. Sedangkan Jongin dan Sehun sudah tertawa dengan hebohnya sejak tadi.
**