9. Malam Indah Bersamamu

1576 Kata
Setelah Bumi memarkirkan mobilnya tanpa ia sadari, dengan tidak sabaran sang kekasih keluar dari mobil. Lalu berlarian seperti anak kecil memasuki taman. Di dalam taman kota sudah banyak muda-mudi yang menghabiskan malam minggu, ada yang bersama kekasihnya, ada pula dengan sahabat-sahabat mereka. "Sayang, jangan berlari nanti kamu jatuh," teriak Bumi, ketika melihat Kiara tengah berlarian karena saking antusiasnya. "Kiara tidak akan jatuh, 'kan Kiara sudah besar," jawab Kiara mengindahkan larangan sang kekasih. Bruk! "Aww ...," rintih Kiara, seraya memegangi kakinya yang terkilir. "Kiara! Sayang, apa kamu tidak apa-apa?" panik Bumi, seraya menghampiri sang kekasih yang tengah terduduk di rerumputan. "Sudah di bilangin jangan berlarian, jadi jatuh 'kan? Aku tau kamu itu ceroboh, makanya dari tadi aku melarangmu," omel Bumi, terselip rasa khawatir di raut wajahnya. "Maaf," bisik Kiara, taku. "Apa sangat sakit, di sini?" tanya Bumi seraya memegang pergelangan kaki Kiara yang terkilir. "Iya, sedikit," angguk Kiara. Hup! "Kak ...." Panggil Kiara ketika Bumi langsung membopong tubuh mungilnya, selain malu ia juga merasa bersalah karena menyusahkan kekasihnya. 'Kalau tadi aku tidak terlalu bersemangat dan langsung berlarian, mungkin aku tidak akan jatuh dan terkilir. Sekarang jadi menyusahkan Kak Bumi 'kan, aku,' dalam batin kiara menyesal. ''Sudah diam saja, kita duduk di bangku sana, ya," jawab Bumi seraya membopong Kiara ke arah bangku yang sedikit jauh darinya. "Maafkan Kiara telah menyusahkan, Kak Bumi," keluh Kiara seraya menyembunyikan wajahnya dalam d**a bidang Bumi. "Tidak apa, aku malah senang. Setidaknya saat ini aku bisa merasakan menggendong kamu," jawab Bumi dengan senyum tulusnya. Bumi pun sampai di bangku, lalu mendudukan Kiara di bangku dengan hati-hati. Setelah itu ia duduk kemudian mengambil kaki kanan Kiara dengan pelan, lalu meletakkan di pangkuannya ia pun mencoba mengurut kaki Kiara pelan agar tidak menyakiti sang kekasih. "Kak! Kiara bisa sendiri, rasanya tidak sopan Kakak memijit kaki Kiara," larang Kiara dengan tidak enak hati. "Jangan melarangku, Pacar. Karena saat ini aku adalah kekasihmu, jadi jangan pernah merasa malu dengan apa pun yang kulakukan padamu." "Kamu harus membiasakan diri jika sewaktu-waktu aku bisa melakukan hal yang mukin lebih dari ini, jadi jangan malu," tutur lembut Bumi, membuat Kiara tersentuh hatinya. Tanpa di sadari air matanya telah membasahi pipinya. Kiara terlihat begitu cengeng, karena ulah manis dari sang kekasih. Setelah ia kehilangan kedua orang tua, selama itu pula ia tidak pernah merasakan kasih sayang dan perhatian tulus dari seseorang seperti yang Bumi berikan saat ini padanya. Perhatian Bumi benar-benar membuatnya terharu sekaligus bersyukur. "Terima kasih, Kak," ujar Kiara tulus, di sela tangisannya. "Ssttt ... jangan menangis, Sayang. Aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu, dan sudah sewajarnya aku melakukannya," bisik Bumi lembut, seraya menghapus air mata sang kekasih. "Kak Bumi ternyata baik, Kiara pikir selama ini Kak Bumi itu orangnya dingin, kasar dan suka marah. Tapi saat ini Kiara sadar, kalau sifat Kak Bumi tidak seperti yang teman-teman bilang selama ini," ujar Kiara dengan nada polosnya. "Benarkah, menurutmu aku baik Sayang?" tanya Bumi untuk memastikan. "Iya, Kak Bumi benar-benar baik. Buktinya tanpa risih Kak Bumi mau memijit dan menggendong Kiara, padahal Kiara 'kan berat," jawab Kiara masih dengan nada polosnya. ''Senang rasanya jika kamu berpikiran seperti itu," senang Bumi. 'Padahal kamu belum tau saja bagaimana sifat asliku, Sayang. Aku bisa bersikap manis hanya padamu, tidak dengan orang lain maupun gadis lain. Hanya kamu gadis yang bisa menjadikan aku manusia normal, jika tidak ada kamu mungkin aku tidak akan pernah menunjukkan sisi lembutku,' monolog Bumi, seraya memandang Kiara dengan tatapan penuh cinta. "Apa sudah lebih baik sekarang?" tanya Bumi, masih dengan rasa khawatir. "Coba buat berjalan pelan saja," suruh Bumi, seraya melepas "Ah ... sudah lebih baik, Kak. Tidak sakit lagi," jawab Kiara dengan binar senangnya. "Syukurlah, sekarang sini. Duduk di sampingku. Bukankah tadi kamu ingin melihat bintang dan bulan denganku." "Tapi sayang bintang dan bulannya sedang malu menampakkan diri, karena mereka tidak suka melihatmu menangis," ajak Bumi, seraya menarik lembut tangan Kiara. Seketika Kiara duduk di samping sang kekasih, Bumi juga tidak sungkan lagi merangkul Kiara. "Bersandarlah sebentar,di sini," tunjuk Bumi di bahu kirinya. Tanpa menunggu ucapan dua kali, Kiara menaruh kepala di pundak kekar sang kekasih. Hatinya pun diliputi rasa bahagia yang teramat sangat. "Kak ...." "Hemm ...." "Boleh Kiara bertanya sesuatu, tapi Kak Bumi jangan marah, ya," ujar Kiara dengan nada hati-hati. "Boleh." "Sebenarnya apa hubungan Kak Bumi dengan Kak Jesica, soalnya Kiara masih sangat penasaran. Kiara takut menjadi perusak hubungan Kak Bumi dan Kak Jesica," tanya Kiara dengan nada takut. Bumi yang mendengar nada ketakutan, dan penasaran melepas rangkulannya lalu menghadap sang kekasih. "Apa kamu akan percaya padaku jika aku mengatakan hal yang sebenarnya, dan tidak meragukan atau pun penasaran lagi?" "Iya, Kiara akan percaya sama Kak Bumi," jawab Kiara tegas. "Baiklah, aku akan memberitahumu." "Aku dan Jesica hanya sekadar berteman, tidak ada hubungan yang spesial di antara kami. Jika kami jalan bareng, itu seperti layaknya teman yang lain. Jalan bareng, makan bersama, itu bukannya hal yang biasa bukan," jawab Bumi jujur. "Eemm ... tapi kenapa saat Kiara lihat waktu itu, Kak Bumi dan Kak Jesica mesra sekali? Bahkan Kak Bumi tidak merasa risih di peluknya, Kiara lihat Kak Bumi juga menikmati perlakuan manja Kak Jesica," tanya Kiara yang terselip rasa cemburu. "Apa kamu cemburu, Sayang?" tanya Bumi dengan kekehannya. "Iya," jawab Kiara tanpa sadar. "Ahh ... tidak-tidak, Kiara tidak cemburu. Kiara 'kan tadi cuma bertanya," elak Kiara seraya mengalihkan pandangannya. "Benarkah, tapi yang kudengar kamu cemburu tadi. Aku senang jika kamu cemburu, itu berarti kamu mulai mencintaiku." "Aku berjanji mulai sekarang tidak akan kubiarkan gadis atau wanita manapun menyentuh tubuhku selain kamu, Pacar. Sekarang apa kamu akan percaya padaku, dan tidak lagi meragukanku," janji Bumi, seraya meraih dagu Kiara agar sang kekasih menatapnya. Kiara pun mencari kejujuran di mata Bumi, tidak memungkiri dalam hatinya terselip rasa bahagia ketika kekasihnya mengatakan kebenaran hubungan dengan Jesica hanya sekadar berteman saja. "Kiara senang, dan percaya Kak Bumi tidak akan melanggar janji yang Kakak buat tadi." "Tapi aku ingin kamu juga menjaga dirimu, jangan sampai berdekatan dengan pria mana pun. Jika sampai kamu mengkhianatiku maka saat itu, kamu akan melihat diriku yang sebenarnya," tagas Bumi. 'Apa maksud Kak Bumi dengan melihat diriku yang sebelumnya?' batin Kiara penuh tanya. "Iya, Kiara janji tidak akan pernah mengkhianati Kak Bumi. Karena apa, cinta yang Kiara punya hanya untuk Kak Bumi," janji Kiara dengan nada sungguhan. "Akan kupegang janjimu, Sayang," ujar Bumi langsung membawa Kiara dalam pelukannya. Tapi siapa yang tau nanti, apakah kedua sepasang kekasih itu bisa menepati janji yang keduanya buat. *** Setelah menghabiskan malam yang indah dan mengetahui isi hati masing-masing, Bumi dan Kiara beranjak pulang. Dengan perhatian dan kasih sayang, Bumi tidak pernah melepaskan gengaman tangan Kiara. Saat ini hatinya penuh dengan bunga, kehidupannya yang sepi dan sunyi kini berwarna dengan kehadiran sang kekasih di sampingnya. "Terima kasih atas malam yang indah ini, Kak," ujar Kiara seraya memberhentikan langkahnya ketika ingin menuju parkiran. Bumi yang mendengar penuturan kekasihnya, merasakan hal yang sama. "Terima kasih juga telah hadir dalam kehidupanku, Sayang. Malam ini juga malam terindah dalam kehidupanku, ketika aku bersamamu," jawab Bumi, setelah itu ia mendekatkan wajahnya dan memberikan ciuman manis di bibir Kiara. Cup! Ciuman lembut, tanpa napsu di dalamnya Bumi berikan pada sang kekasih yang memenuhi hatinya. Kiara yang mendapatkan ciuman lembut, seketika memejamkan matanya. Ia pun menikmati momen indah di antara keduanya. Setelah beberapa detik keduanya terlarut dalam ciuman, Bumi pun melepaskan pangutannya dengan wajah berbinar. "Sekarang ayo aku antar pulang, sebelum itu kita makan malam bersama," ajak Bumi lembut. "Baiklah," jawab Kiara dengan nada malu setelah mengingat ia sudah berani membalas ciuman Bumi. *** Setelah mengantar pulang Kiara, kini Bumi telah sampai di rumah megahnya. Tanpa mengucapkan salam ia masuk ke dalam rumah meskipun ia tau kalau ada papanya di ruang tamu. "Di mana sopan santumu ketika masuk ke dalam rumah, Bumi!" teriak Pak Bayu yang mulai tersulut emosi. "Apakah saya harus mengucapkan salam, ketika seseorang di rumah ini tidak pernah mengajarkan bagaimana saya bersopan santun kepada orang lain," sindir Bumi yang terlihat tenang. Bumi berniat melangkah menuju tangga, ia sungguh tidak ingin berdebat dengan papanya ketika hatinya saat ini diliputi kebahagiaan. Namun, niatnya urung ketika sang papa mulai membahas gadis yang saat ini tengah membuatnya bahagia. "Kamu mulai berani sekarang?!" tunjuk Pak Bayu lalu melangkah menghampiri putra semata wayangnya. "Apa itu hasil pergaulanmu dengan gadis rendahan itu, sehingga kamu mulai membangkang Papamu sendir?!" sarkas Pak Bayu. "Maksud Anda gadis rendahan itu apa?" tanya Bumi seraya berbalik lalu menghadap Pak Bayu dengan tatapan tajamnya. "Siapa lagi kalau bukan Kiara Amanda, gadis miskin yang membuatmu lupa akan pekerjaan dan juga sopan santun," jawab Pak Bayu dengan nada tidak suka. "Jangan pernah berani menyentuh atau merendahkan dia, Anda tidak tau apa-apa tentang gadis itu. Jadi tutup mulut Anda, jika tidak ingin saya lepas kendali," ujar Bumi tegas, seraya mengepalkan kedua tangannya dan berharap ia tidak melayangkan pukulan ke arah papanya. "Kamu berani mengancamku, papamu sendiri Bumi?!" teriak Pak Bayu mulai dipenuhi amarah. "Saya bukannya mengancam Anda Tuan Bayu Mahendra, tapi saya memberiri peringatan. Jangan pernah mendekati gadis yang Anda maksud tadi, karena itu sama halnya Anda mencari maslah dengan saya. Camkan itu!" Setelah mengatakan itu, Bumi bergegas melangkah mana ini tangga menuju kamarnya dengan perasaan kesal. Malam indahnya seketika berubah karena ulah sang papa. 'Tidak akan kubiarkan kamu mendekati Gadisku, tua bangka,' monolog Bumi seraya mengepalkan kedua tangannya. Di saat Bumi tengah diliputi perasaan kesal, di bawah Pak Bayu mulai merencanakan hal buruk pada Kiara. 'Karena ulahmu gadis rendahan sekarang putraku lebih pembangkangku, akan kubuat kamu membayarnya,' desis Pak Bayu dengan serigainya. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN