Chapter 3

1766 Kata
Mati. Bruk! Tubuh yang mati itu jatuh tergeletak ke lantai. Semua orang terbelalak kaget, mereka takut di tempat setelah melihat kematian orang itu. Orang yang baru saja mati itu bukanlah Mendaline yang disandera dan hendak dibunuh oleh ketua bajak laut, namun orang yang mati itu adalah ketua bajak laut sendiri. "Menunduk!" perintah Askan dalam bahasa inggris. Orang-orang tersadar dari kekagetan. Teet! treet! treet! Bunyi tembakan-tembakan yang diarahkan oleh para tentara Indonesia ke arah para bajak laut terdengar. Panglima TNI memberi isyarat militer. Isyarat ini untuk menghabisi orang-orang perompak di dalam kapal pesiar itu jika para perompak tidak ingin menyerah. Di dalam ballroom itu penuh dengan darah campuran dari para sandera yang sebelumnya telah mati dan dari para perompak yang baru saja mati. Dua teman Askan yang telah mengamankan sisi bilik kapal pesiar yang lain ikut masuk ke dalam ballrom, mereka dengan sangat lincah menembak ke arah para perompak. Gerakan mereka sangat lincah dan terlatih. "Semua, menunduk! jangan berdiri!" Askan memberi perintah dengan menggunakan bahasa Inggris. Semua orang menunduk mereka menutup telinga dan kepala mereka seakan mereka takut bahwa kepala mereka akan tertembak dan termakan timah panas. Dengan kecepatan kilat hanya satu menit saja, kapal pesiar Cora telah dikuasai oleh Angkatan Laut Tentara Militer Republik Indonesia. Semua perompak dinyatakan mati karena mereka memilih melawan dan tidak ingin menyerah. Setelah kapal pesiar kembali aman, Askan berkata kepada para sandera. "Kapal ini telah aman, kami dari Angkatan Laut Tentara Republik Indonesia telah mengambil alih kapal pesiar Cora," ujar Akan. Para sandera tidak lagi menutup telinga dan kepala mereka, mereka melirik ke arah sekeliling. Tidak ada lagi perompak. Askan mendekat ke arah Panglima TNI sambil memberi hormat, dia melapor pada komandan TNI. "Lapor Komandan, situasi dinyatakan aman, misi penyelamatan selesai!" ujar Askan. Panglima TNI mengangguk. "Kerja bagus. Kumpulkan semua orang dan data semua orang yang mati lalu segera beritahu kepada pimpinan dan negara dari orang-orang yang menjadi korban!" perintah Panglima TNI. Askan mengangguk. "Siap, laksanakan!" dia memberi hormat. Tatapan mata Mendaline menatap kosong ke arah orang yang baru saja mati. Orang itu hendak mengirimnya ke dunia bahwa yaitu alam baka, namun Tuhan masih berkata lain. Tuhan memberikan dia nyawa,Tuhan tidak ingin mengambil nyawanya pada saat ini, dengan perlahan mata Mendaline melirik ke arah orang yang baru saja melapor kepada Panglima TNI bahwa misi penyelamatan selesai. Pada saat itu Askan tidak sengaja melirik ke arah Mendaline, dia melihat wajah Mendaline yang penuh dengan tamparan, bekas tamparan dari ketua bajak laut membuat wajah Mendaline merah dan membengkak, karena dia ditampar kuat dengan lima jari dari ketua bajak laut yang besar. Bekas lima jari itu sangat besar di wajahnya, selain merah dan bengkak, wajah Mendaline juga penuh dengan ludah dari ketua bajak laut yang baru saja dia tembak. Langkah kaki Askan mendekat ke arah Mendaline, dia dengan gerakan yang sangat keren berkata, "Nona apakah kau baik-baik saja?" (Dialog dianggap dalam bahasa Inggris.) Mendaline tidak berkata apapun, dia syok atas apa yang baru saja dia lihat. Meskipun dia tidak bereaksi karena mendapat tamparan dari ketua bajak laut namun dia sama sekali sangat terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat yaitu peluru panas menembus tengkorak dari orang yang baru saja hendak membunuhnya, dan orang yang baru saja menembak kepala bajak laut itu berada di depannya, entah Mendaline harus berkata apa dia hanya terlihat syok. Askan tahu bahwa wanita ini mengalami syok karena dia baru saja mengalami suatu hal yang sangat mengerikan. Askan berkata, "Nona, situasi telah aman, Anda tidak perlu lagi menangis dan jangan takut saya di sini akan melindungi Anda." Mendaline hanya diam, seorang teman Mendaline datang. "Mendaline, kamu baik-baik saja?!" ujar temannya dengan bahasa Inggris. Mendaline tidak berkata apapun dia hanya terdiam, temannya melirik Askan. "Terima kasih karena telah menyelamatkan teman saya, terima kasih karena telah menyelamatkan saya dan semua orang di kapal pesiar ini, Pak." Ucapan dari teman Mendaline ini terdengar sangat tulus dan penuh dengan rasa terima kasih. Askan mengangguk. "Teman saya baru saja dianiaya oleh ketua bajak laut itu, Pak," ujar teman Mendaline. Askan mengangguk mengerti, dia melihat sendiri betapa banyaknya Mendaline disiksa oleh ketua bajak laut itu. "Mari ke ruang medis! petugas medis akan segera mengobati luka yang ada pada wajah Anda Nona," ujar Askan. Teman dari Mendaline mengangguk. "Ayo!" dia hendak membantu tubuh Mendaline untuk berdiri, namun tubuh Mendaline cukup berat. Askan berkata, "Nona, saya tahu ini kurang sopan, tetapi mohon izinkan saya untuk menggendong Anda ke ruang medis." Mendaline tidak berkata apapun, namun teman Mendaline yang mengangguk memberikan izin. "Silakan, Pak," ujar teman Mendaline. Di ruang medis banyak orang yang terluka diobati oleh tenaga medis. "Tolong obati Nona ini! dia mengalami cedera pada bagian wajah," ujar Askan. Seorang petugas medis perempuan mengangguk. "Baik," sahut petugas medis itu. Dia sangat menghormati Askan karena Askan, nyawanya selamatkan, juga nyawa orang-orang yang berada dalam kapal pesiar diselamatkan, meskipun ada beberapa orang yang meninggal dan tidak dapat diselamatkan karena hal yang tak terduga namun sebagian besar nyawa dapat diselamatkan. * Di dalam kapal Royal Navy sinyal masuk. Seorang prajurit buru-buru berlari cepat menghadap ke arah komandan Angkatan Laut kerajaan Inggris. "Lapor Pak, kami menerima kabar dari kapal pesiar Cora bahwa tim penyelamat dari Letnan Askan telah berhasil mengambil alih dan mengamankan kapal pesiar Cora!" ujar prajurit itu. Wajah komandan angkatan laut Inggris terlihat terbelalak, dia tidak menyangka bahwa dalam kurun waktu 15 menit saja operasi penyelamatan sandera pada kapal pesiar Cora berhasil. "Apakah ini benar?" tanya komandan angkatan laut Inggris. "Benar, Pak." Prajurit mengangguk. "Beri kabar pada otoritas Kerajaan Inggris!" perintah komandan angkatan laut Inggris. "Siap, Pak!" sahut prajurit itu. * Askan membawa Madeline ke ruang perawatan, Askan berpamit diri. "Saya akan berpamit diri, masih ada urusan yang ingin saya selesaikan," ujar Askan. Teman Mendaline mengangguk. "Terima kasih," ujarnya. Askan membalas, "Sama-sama." Namun Mendaline hanya melihat kepergian Askan dia masih syok, teman Mendaline melirik ke arah Mendaline. "Kamu baik-baik saja? oh syukurlah aku sangat khawatir, aku pikir kamu akan mati ditembak oleh ketua perompak itu. Tuhan masih baik pada kita, kami masih diberikan kesempatan hidup, terima kasih Tuhan! setelah ini aku akan pergi ke gereja untuk bertobat atas dosa apa yang telah aku lakukan," ujar teman Mendaline. Teman Mendaline memperbaiki rambut Mendaline, sementara itu perawat di kapal pesiar itu membersihkan luka Mendaline. Bibirnya berdarah karena tamparan keras dari ketua bajak laut. "Nona, saya akan mengobati luka Anda, ini agak perih karena ada alkohol yang akan mengenai luka Anda, mohon bersabar dan menahan sakit ini," ujar perawat. Mendaline tidak berkata apapun dia hanya diam, petugas medis mengerti bahwa Mendaline masih syok, namun dia tetap meminta izin memberitahukan mengenai resiko dari pengobatan. Perawat itu mengaplikasikan alkohol dan membersihkan luka di bibir dan wajah Mendaline. Mendaline hanya meringis sakit namun dia tidak berkata apapun. Memang perih lukanya hingga air matanya tumpah namun dia harus tetap menjalani perawatan ini sebab wajahnya benar-benar sakit dan bengkak, mati rasa di dua pipinya, dia merasa kebas karena tamparan dari bajak laut itu sangat membekas dan sangat kuat pada pipinya. * Kabar mengenai keberhasilan Askan dan enam teman Askan yang menyelamatkan sandera dari kapal pesiar Cora segera disiarkan di berbagai media massa, mulai radio, televisi dan siaran langsung. Hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi tentara Republik Indonesia yang telah mencetak sebuah prestasi luar biasa dengan menyelamatkan para pimpinan negara dan ratusan orang dari kapal pesiar Cora. Kapal pesiar Cora menuju ke pelabuhan terdekat yaitu kembali ke pelabuhan Krikwall untuk mengurus jenazah yang telah meninggal. Sesampainya di sana, masing-masing negara turun tangan dan mendata warga negara mereka, bajak laut yang telah mati ini diamankan oleh pihak militer Kerajaan Inggris pada saat itulah Askan turun dari kapal pesiar Cora. Askan bertemu dengan komandan Angkatan Laut kerajaan Inggris yang telah lebih dulu merapat ke pelabuhan itu. Komandan angkatan laut kerajaan Inggris melihat dengan penuh rasa terima kasih kepada Askan, timbul satu rasa hormat pada Askan karena Askan berhasil menyelamatkan putri Eugenie yang berada dalam kapal pesiar itu. "Terima kasih Tuan Askan," ujar komandan angkatan laut Inggris. Askan mengangguk, dia berkata, "Sama-sama, itu adalah tugasku sebagai seorang tentara menyelamatkan para sandera, tidak harus mengenal warga negara manapun." Komandan Angkatan Laut kerajaan Inggris tersenyum kecil, sungguh pemikiran yang sangat bijak. Askan bertanya, "Dimana Kapten Green?" Wajah komandan Angkatan Laut kerajaan Inggris terlihat kurang baik. "Kapten Green dalam masa perawatan, dia kehilangan banyak darah." Askan mengangguk mengerti. Askan dan komandan angkatan laut kerajaan Inggris berpisah. Askan berjalan ke arah Panglima TNI, dia berkata, "Komandan, saya meminta izin ingin mengunjungi teman saya seorang tentara Inggris dia adalah Kapten Green, sebelumnya melakukan operasi penyelamatan kapal pesiar Cora, namun terluka ketika bertugas." Panglima TNI mengangguk dia tidak keberatan. "Diizinkan." "Terima kasih, Komandan," ujar Askan. Komandan mengangguk. Askan berjalan mencari tumpangan ke rumah sakit terdekat. Dalam perjalanannya mencari tumpangan dia bertemu dengan Bintang. "Ingin ke mana?" tanya Bintang. "Aku ingin melihat Kapten Green," jawab Askan. "Oh Kapten Green, kalau menurutku, aku cukup menyukai Kapten Green tapi aku tidak menyukai anak buahnya. Mereka terlalu arogan dan menyombongkan diri, lihat saja tanpa kami mereka mungkin sudah mati di laut," ujar Bintang mengeluarkan kekesalannya. Bintang memang tidak suka dengan perlakuan dari tentara Inggris kepada mereka. Askan berkata, "Aku juga tidak suka dengan mereka, mereka itu adalah anak-anak yang sombong, kemampuan mereka sangat nol, mereka sangat membanggakan kemampuan mereka sementara itu mereka saja tidak bisa menyelamatkan diri mereka sendiri apalagi orang lain." Askan tertawa sumbang, sementara itu Bintang tersenyum geli. "Aku juga ingin pergi melihat Kapten Green," ujar Bintang. "Baik, mari kita pergi," balas Askan. "Bagaimana dengan teman-teman yang lain?" tanya Bintang. "Biarkan mereka sibuk mengevakuasi penumpang dan menjaga panglima," jawab Askan. "Baiklah, ayo kita berdua pergi!" ujar Bintang. * Pada saat tiba di rumah sakit terdekat, Askan dan Bintang mencari ruang Kapten Green, mereka pergi ke ruang gawat darurat. Ketika memasuki ruang gawat darurat, mereka bertemu dengan banyak orang yang sedang melakukan perawatan medis di antaranya para tentara Inggris ada juga orang-orang yang baru datang mereka adalah beberapa korban dari bajak laut. Saat mencari keberadaan Kapten Green Askan melirik ke segala arah, dia tidak melihat keberadaan Kapten Green. "Di mana dia?" gumamnya masih mencari keberadaan Kapten Green. "Ayo kita tanya saja pada perawat." Bintang menyarankan kepada Askan. Askan hendak mengangguk setuju namun ketika melihat betapa sibuknya para perawat yang merawat para prajurit yang sedang terluka dan juga para korban dari kapal pesiar Cora, dia mengurungkan niatnya. "Jangan mengganggu kerja dari para perawat, mereka sudah cukup lelah dan sudah cukup repot untuk mengurusi korban-korban dari kapal pesiar Cora," balas Askan. Bintang mengangguk. "Baiklah, ayo kita cari saja sendiri." Namun pada saat akan hendak melangkah suara seseorang terdengar, ini adalah seorang gadis. "Terima kasih." Askan berhenti melangkah begitupun juga Bintang. Askan menoleh ke arah suara itu, tatapan dua pasang mata saling menatap. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN