Suara desahan yang di dengar oleh Farah sampai ke dalam kamarnya. Membuat Farah perlahan membuka pintu kamarnya, lalu dia menatap pada tante Rami dan Om Maven yang masih berada di ruang makan dan dengan pelayan yang sudah tidak ada berkeliaran di dalam rumah.
Tante Rami yang menungging di depan Om Maven. Gerakan pinggul Om Maven yang keluar masuk dan berputar membuat Tante Rami mendesah kenikmatan.
“Ouhh…. Milikmu memang sangat besar sekali sayang. Lebih dalam! Aku mau dimasuki lebih dalam lagi. Yeah! Seperti itu. Sangat nikmat sekali.”
Tubuh Farah menegang dengan gelas yang dipegang erat di tangan Farah. Farah berusaha untuk tidak menjatuhkan gelasnya, dia tadi sedang minum saat mendengar suara desahan yang terdengar ke dalam kamarnya. Sehingga Farah keluar, dan melihat semua yang dilakukan oleh Tante Rami dan Om Maven.
Farah dengan cepat menutup pintu kamarnya, tidak mau ketahuan kalau dirinya melihat semua yang dilakukan oleh kedua orang itu.
Maven menoleh ke belakang dengan seringai sinisnya. Dia tahu, kalau Farah melihat apa yang dilakukan oleh dirinya dengan Rami. Ahh…, gadis kecil itu ternyata penasaran juga.
***
Farah gelisah dalam tidurnya, bibirnya yang terbuka mengeluarkan suara desahan, dan tubuhnya terasa disentuh oleh seseorang.
Farah merapatkan pahanya, ketika merasakan sebuah jari yang bermain di vaginanya. Namun kaki Farah ditahan untuk tidak merapat, dan kini Farah merasakan benda lunak dan basah yang bermain di vaginanya.
“Ashhhhhh….” Tubuh Farah melengkung dan bagian bawahnya terasa berkedut dan sesuatu cairan perlahan keluar dari bagian intim Farah.
Maven pelaku yang membuat tidur nyenyak Farah yang gelisah dan Farah yang o*****e pertama kali. Karena kelakuan dari Maven. Lidah Maven masih menyapu dan menarik k******s Farah membuat tubuh Farah menggelinjang dan suara desahan Farah terdengar.
Tangan Maven tidak tinggal diam. Tangan Maven perlahan naik ke atas, lalu meremas p******a Farah perlahan, yang tidak muat di telapak tangannya. Maven merasa bersyukur, karena Farah terjebak dalam hutang yang banyak, lalu Farah meminta bantuan pada dirinya untuk meminjam uang.
Farah perlahan mengerjapkan matanya, dan membuka matanya perlahan. Farah terkejut ketika melihat kepala seseorang yang berada di v****a Farah, dan tangan lelaki yang meremas p******a Farah sekarang.
“O-om Maven?” Farah berucap sedikit terkejut.
Maven mendongak, dan tersenyum sinis. “Ya, ini saya Farah. Kenapa? Kau tidak seharusnya kau tidak perlu terkejut Farah, karena sesuai dengan aturan. Saya bisa kapan saja memakai tubuhmu yang sangat menggoda ini sayang.”
Tangan Maven meremas kasar p******a Farah. Farah menggigit bibirnya dan tidak mau mendesah, lalu dia menatap pada Maven dengan pandangan meminta penjelasannya pada lelaki itu. Bukan apa? Tante Rami di rumah.
Bagaimana kalau Tante Rami tahu tentang hal ini. Farah tidak mau membuat Tante Rami marah padanya, dan malah membenci dirinya. Farah tidak mau Tante Rami memandangnya dengan mata penuh kecewa dan juga kemarahan.
“Om! Tante Rami, dia di rumah.”
“Ssttt… dia sudah tidur Farah. Sekarang saya akan menikmati tubuh kamu sayang. Kamu tahu, kalau Rami itu kalau sudah tidur, maka dia seperti mayat yang mati. Dia tidak akan terbangun dengan mudah.” Maven tertawa kecil dengan apa yang dikatakan oleh dirinya barusan.
“Ta-pi-”
“Jangan berbicara lagi Farah. Sekarang turun dari atas ranjang, lalu kau berlutut di depanku, dan mengulum kejantananku yang sudah berdiri tegak dan begitu ingin sekali masuk ke dalam lubangmu yang sempit itu. Namun saya tidak bisa memasuki dirimu dulu Farah. Karena kau tahu sayang?”
Farah memejamkan matanya dan menelan salivanya kasar, ketika jari Maven membelai perut telanjang Farah. Membuat Farah tidak bisa menjawab apa yang dikatakan oleh Maven pada dirinya.
“Karena saya bisa bermain sangat lama sekali Farah. Saya tidak cukup hanya bermain satu atau dua jam saja. Apalagi kalau milikmu ini—”
“Asshhhhh…” Farah mendesah dengan melengkungkan tubuhnya ke atas saat Maven membelai jari Maven menarik k******s Farah.
“Begitu sempit dan masih perawan Farah. Sekarang kau turun dari atas ranjang, dan berlutut di depanku Farah. Saya mau kau untuk memuaskan milik saya dengan bibirmu uang yang mungil ini.” Maven mengusap bibir Farah lembut, membuat Farah terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Om Maven.
Dia tidak mau melakukan itu. Farah … tidak bisa! Farah tidak pernah memegang milik lelaki dan memainkan milik lelaki ke dalam mulutnya. Dia tidak bisa melakukan itu. Dia tidak bisa!