Bab 4. RDK

1201 Kata
Ayahnya memutuskan jalan terlebih dahulu. Hassel menganggap, jika apa yang dilakukan ayah dan dirinya adalah buang-buang waktu semata. Langit sudah meluai senja, tetapi mereka tak menemukan satu tanda apapun keberadaan Alberic. Dalam hati Hassel campur aduk antara bahagia dan kesal. Dia bahagia sebab tak akan ada Alberic lagi yang menggangunya, tetapi di sisi lain dia kesal sebab ayahnya berkata jika mereka tidak aka pulang jika Alberic tak ditemukan. “Ya, langit sudah mau gelap. Apa nggak sebaiknya kita pulang saja? Kita meminta bantuan para prajurit untuk membantu mencarinya.” Hassel berhenti sembari mengatakan itu. “Alberic belum kita temukan. Bagaimana kita akan menjawab pertanyaan Ibunda jika Alberic tak pulang bersama kita?” tanya ayahnya. Beliau hanya ingin tahu jawaban Hassel jika keadaan seperti ini. “Ya, bilang saja dia membantu orang yang tidak penting. Toh, kejadian ini memang kesalahan diakan, Yah. Bukan begitu? Jikalau, tadi dia tak mementingkan wanita tua renta yang tak tahu dari mana asalnya, pasti dia masih bersama kita. Bener-bener buat orang lelah saja.” Hassel menjawab begitu dengan entengnya. Rasa kepedulian Alberic dianggap Hassel hanya hal yang begitu menyusahkan bagi dirinya. Ayahnya hanya menatap Hassel dengan mulut yang enggan berbicara. “Ya, kok diam. Apakah ada yang salah dengan ucapanku?” tanya Hassel lagi. “Oke, kita pulang. Mulai dari sekarang Ayah tahu, siapa yang berhak mendapatkan tahta ini,” ujar ayahnya dengan suara lantang. Hassel tersenyum merekah dengan ucapan ayahnya. Dia tahu, jika tahta itu pasti jatuh ke tangannya sebab Alberic sudah hilang dan saat itu juga ayahnya mengatakan hal seperti itu. Dengan sekali membaca mantra, mereka pun sampai di tempat yang sudah di tuju. Rumah besar milik keluarganya pun terpampang jelas. Saat mereka datang, gerbang pun otomatis dibuka oleh para penjaga yang berdiri di sana. “Hormat Tuan, Aden,” ujar para penjaga sembari membungkukkan badan tanda menghormati. “Hari ini dan saat ini juga, kumpulkan semua orang yang ada di rumah ini ke Aula. Lima belas menit lagi, saya akan segera ke sana.” Beliau memerintahkan itu ke penjaganya, lalu menatap ke arah Hassel. “Kamu, saat ini juga langsung ke Aula.” "Baik, Ayah." Hassel bergegas menuju aula dengan hati yang bahagia. Dia merasa kemenangan ada dalam dirinya. Sedangkan ayahnya masuk ke dalam dan bergegas mencari Alberic. Beliau menuju kamarnya sebelum dia keluar. "Alberic," panggil ayahnya saat masuk ke dalam kamarnya. "Iya, Yah," jawabnya. "Kamu sudah mendengar perintah ke aula, kan? Ayah minta tolong, kamu datang paling akhir. Sebelum ayah memanggil namamu, jangan pernah datang ke sana. Paham maksud Ayah?" tanya ayahnya. "Paham, Yah. Maaf sebelumnya, ada apa sebenarnya?" tanya Alberic yang merasa penasaran. "Ini waktu yang tepat menurut Ayah untuk mengumumkan siapa pewaris tahta yang sebenarnya," jawab ayahnya. "Maksud Ayah, aku yang akan mewarisi ini semua?" tanya Alberic. Ayahnya hanya merespon dengan menganggukkan kepalanya. Alberic membungkukkan badannya, untuk menghormati ayahnya. "Ayah ke aula dulu. Terima kasih, semoga Ayah tak salah untuk memilihmu." "Semoga aku bisa menjaga segala amanahmu, Ayah." Alberic merengkuh kembali tubuh ayahnya sebelum beliau berjalan menuju aula untuk melakukan pertemuan. Ayah Alberic berjalan dengan ketukan pasti. Saat beliau masuk ke dalam aula, suasana yang sebelumnya terdengar riuh, mendadak hening seketika. Orang yang di lewati beliau saat berjalan membungkukkan badannya. "Selamat malam semuanya," sapa ayah Alberic sebagai pemimpin di kota ini. Dengan serempak mereka yang hadir menjawabnya dengan lantang. Hassel yang menatap ayahnya hanya tersenyum lepas. Baginya malam ini adalah malam yang selalu ditunggu-tunggu baginya. Dalam hatinya terbesit jika menduduki tahta yang saat ini di miliki ayahnya, dapat dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan. "Malam ini, saya sebagai pemimpin di kota ini akan mengumumkan hal yang penting. Kalian aku istimewakan untuk mendengarkan terlebih dahulu pengumuman ini dari pada yang lainnya." Hassel yang saat ini duduk di dekat ibundanya, hanya tersenyum. "Mulai hari ini, saya umumkan dan saya tetapkan jika pewaris tahta adalah ....." Ayah Alberic pun menggantungkan ucapannya. Hassel yang sudah merasa bangga, sontak membusungkan d**a dan menatap angkuh ke semua orang. "Alberic!" teriak ayahnya dengan lantang. Seketika raut wajah Hassel pun berubah drastis. Dia yang tadinya tersenyum lebar, saat ini tercengang dengan apa ia dengarkan. "Ayah! Kenapa Alberic?" sanggah Hassel. Dia merasa tak terima dengan perkataan ayahnya. Seharusnya, malam ini ia yang mendapatkan tahta itu, bukan saudara laki-lakinya itu. Alberic sesuai perintah ayahnya, dia pun masuk setelah mendengar namanya di panggi. Dia tersenyum begitu ramah ke semua orang yang ia lewati dan pandang saat ini. Ayah mereka tak kunjung menjawab pertanyaan Hassel, sebab menganggap semua sudah terlihat jelas apa alasannya. "Mulai hari ini, Albericlah akan yang memimpin kalian. Saya sudah tua dan sekalian saya akan mengumumkan perihal pernikahan Alberic dan Lynn yang akan diadakan satu minggu lagi. Anggap, ini kado pernikahan untuk mereka berdua sebagai Raja dan Ratu baru di kota ini. Sebagai tanda kebahagiaan ini, kalian semua diwajibkan datang untuk meramaikan di pernikahan itu," pinta ayah Alberic. Hassel yang merasa kecewa, saat itu juga dia meninggalkan tempat duduknya. Dia di susul ibundanya, untuk menenangkan anaknya itu. "Hah! Siallan! Kenapa harus Alberic!" Hassel memukul tembok kamarnya. "Hassel Sayang. Sudahlah jangan bersedih. Inikan belum pelantikannya. Kamu yang tenang, dong," ujar ibunda Hassel dengan mengelus bahu anaknya. "Nggak, Ibunda. Aku nggak bisa tinggak diam dengan masalah ini. Aku nggak akan terima!" Hassel wajahnya memerah. Dia merasa dipermainkan oleh ayahnya. Rasa bangga menjadi rasa amarah dan dendam yang ada dalam diri Hassel saat ini. "Aku harus menyingkirkan semua orang yang merebut tahta yang harusnya kumiliki," ujar Hassel dengan penuh amarah. Ibundanya mengajak Hassel duduk di sofa yang ada di kamarnya. "Sayang, apa ada yang bisa Ibunda bantu?" Hassel menatap ibundanya dengan tersenyum. "Bolehkan aku menyingkirkannya?" Ibundanya tanpa Hassel mengatakan nama siapa yang akan di musnahkan, saat itu juga ibundanya seketika paham. "Dengan senang hati. Siapapun itu, Ibunda izinkan. Kalau perlu, kita berdua yang mengusai seluruh kota ini. Kita adalah Raja dan Ratu sesungguhnya." "Akan aku wujudkan, Ibunda. Apa yang menjadi keinginan kita, harus terlaksana dan tercapai. Jika dengan jalan magic kutempuh, oke akan aku lakukan. Sekali mengecewakanku, maka selamanya tak akan aku biarkan kalian tenang di atas penderitaanku. Aku Hassel, bersumpah untuk memusnahkan kalian semua!" teriak Hassel yang tak akan di dengar siapapun, sebab mmsemua penghuni sedang di aula, yang mana tempatnya berbeda gedung dengan rumah utama. ---- Setelah kejadian itu, Alberic pun bahagia sebab mendapatkan tahta di saat menjelang pernikahannya dengan kekasih yang ia idamkan selama ini. Dia adalah Lynn, wanita cantik dari keturunan bangsawan. Dia dan Alberic yang sama-sama memiliki jiwa sosial yang tinggi dan rasa kasih yang amat begitu tulus, membuat ayah Alberic yakin jika tahta itu di milikinya. Sedangkan Hassel dan ibundanya, mereka malam itu berkelana entah kemana tujuannya. Menyusuri hutan, untuk menuju rumah kecik yang berada di tengah hutan Ibundanya sangat hafal ke rumah siapa saat ini sedang bertamu. "Ibunda, ini rumah siapa?" tanya Hassel. "Ini rumah seseorang yang juga memiliki dendam ke ayahmu. Kami bersedialah jadi muridnya dan kamu balaskan semua dendam yang ada di dalam hati."Ibunda Hassel, bukan merayu anaknya agar reda. Dia malah meminta dan mendukung Hassel melakukan kejahatan kepada keluarganya sendiri. Tanpa mengetuk pintu dan mengucapkan salam, pintu rumah ini pun dengan sendirinya terbuka. "Ibunda," ujar Hassel yang terperanjat karena dengan cepat pinru itu terbuka. "Mari, masuk!" ajak ibundanya. Mereka perlahan masuk, mereka di sambut dengan seseorang yang berdiri kokoh menghalanginya berjalan. ☆☆☆
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN