“Kenapa batu banget hatimu, Yah? Di mana hati nuranimu sebagai Ayah dan Kakek, hah? Muak aku melihat kelakuanmu seakan-akan seperti orang yang tak pernah melakukan kesalahan. Hei, Jovanka itu manusia, begitu pun juga dengan kita. Cukup kau mengasingkannya, jangan ditambah beban hidupnya dengan memisahkannya.” Nyonya Nesa marah-marah dan beranjak dari tempat duduknya. Beliau melangkahkan kaki keluar kamarnya. Nyonya Nesa malam ini kekeh hendak menuju pengasingan walaupun tanpa persetujuan dari suaminya. Namun, saat meminta pertolongan ke beberapa pengawalnya tak berani tanpa ada persetujuan dari Ayah Jovanka. “Antarkan aku ke tempat pengasingan Jovanka,” pinta Nyonya Nesa. Pengawal hanya saling bertatap mata dengan temannya, terlihat dari raut wajah mereka ketakutan. “Kenpa kalian diam,