Di dalam rumah kontrakan berukuran sedang khas rumah petakan, terlihat dua gadis tengah mengobrol serius. "Kamu serius, Sabrina?" "Ya, aku serius." "Bukankah selama ini kamu selalu menolak, apa kamu akan mengorbankan perasaan kamu hanya karena merasa kebaikan Pak Arsa kamu anggap hutang?" "Aku sejak awal ingin membantu panti, Ta. Dan alasan Pak Arsa mengeluarkan uangnya begitu banyak karena ia ingin menolongku. Kalau kamu jadi aku, bagaimana kamu akan menanggapi situasi ini?" "Aku sendiri belum tahu harus bagaimana, tetapi apa harus dengan cara menikah dengannya dan menjadi istri kedua? Enggak juga 'kan Sab? Kecuali—?" seru Nita, dengan tatapan usil menggoda. "Kecuali apa?" "Kecuali kalau kamu juga sudah mulai jatuh cinta sama dia." "Jangan ngaco!" sahut Sabrina, dengan rona kem