Selama beberapa hari ini Sofia sangat frustasi karena terus memikirkan Horison yang kini tiba- tiba menjadi atasannya, meski satu minggu dia bekerja tak pernah bertatap muka bahkan bertemu lagi dengannya, namun Sofia justru semakin gelisah mengingat Horison yang bahkan tak pernah hilang dari kepalanya.
Ini sangat tidak baik, jika terus begini Sofia bisa saja menjadi tidak waras, dia harus segera melakukan sesuatu untuk melupakan si tua bangka menyebalkan itu.
Bagaiman bisa pesonanya tak hilang, dan bagaimana bisa dia tak bisa lupa, apa pria tua itu memiliki kekuatan magic hingga dia terus saja terbayang wajahnya.
Sofia menghela nafasnya dia butuh hiburan, mungkin club bisa sedikit membuatnya lupa akan Horison, jadi saat jam pulang kerja habis Sofia memutuskan untuk menghubungi Agnes dan mengajaknya pergi bersama. Namun, sayang saat ini Agnes justru sedang sibuk dan tak bisa ikut bersamanya.
"Maafkan aku, Darl. Aku tak bisa pergi, pekerjaanku banyak dan besok pagi- pagi aku harus pergi ke kantor." Sofia menghela nafasnya lagi.
"Okey, tak masalah, aku akan pergi sendiri."
"Ada apa denganmu, kau punya masalah?"
"Tidak," Sofia masih enggan untuk bercerita, bagaimana jika Agnes tahu jika dirinya tergila- gila pada pria tua, dia pasti akan mengejeknya habis- habisan "Aku hanya lelah dengan pekerjaan, jadi aku butuh hiburan."
Agnes terkekeh, "Baiklah, bersenang- senanglah, tapi jangan sampai kau kesiangan di pagi hari, jadi jangan berencana tidur diluar, saat kau selesai pulanglah, mengerti." Yang Agnes tahu Sofia belum terbiasa dengan dunia kerja, gadis itu yang dulu hanya bermanja dan menikmati uang pemberian ayahnya mungkin sedang terkejut sekarang karena baru tahu bekerja itu sangat melelahkan.
"Ya."
...
Club Malam ...
Sofia menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik di tengah- tengah para manusia yang juga sudah mulai hilang kewarasannya karena minuman yang mereka teguk sebelumnya, Sofia sendiri dia tidak berencana mabuk jadi dia hanya minum satu gelas dan hanya menari, namun entah mengapa kepalanya justru mulai terasa pening sekarang, padahal biasanya dia kuat minum.
Seorang pria mendekat dan tersenyum "Kau sendiri?" tanyanya dengan antusias
"Ya," ucap Sofia tersenyum menggoda
Si pria tampan semakin mendekat dan merapat memeluk pinggang Sofia dari belakang.
"Bolehkah aku menemanimu." Sofia berbalik dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria tampan.
"Tentu." Benar, mungkin saja jika Sofia melakukannya dengan pria lain mungkin dia bisa menghapus bayangan Horison dari kepalanya, lagipula sudah tiga minggu ini Sofia tidak olah raga malam.
Sofia asik menggoyangkan tubuhnya dengan pria tampan yang semakin merapat ke arahnya tanpa menyadari seseorang memperhatikan tingkahnya dari kejauhan, meski cahaya remang namun mata tuanya masih jelas bisa melihat siapa wanita yang tengah menari dengan seorang pria di lantai dansa sana.
Horison berdecih.
"Terimakasih Tuan Barnes. Semoga semua berjalan lancar, bagaimana pun kita akan saling menguntungkan mulai sekarang." Rekan bisnis Horison menjabat tangannya sebelum pergi keluar Club.
Horison sendiri memilih pergi namun sebelum itu sekali lagi dia menoleh dan melihat ke arah Sofia yang masih asik dengan dunianya. "Harusnya aku tidak merasa bersalah."
Horison merenggangkan dasinya, kenapa tiba- tiba terasa panas.
Sofia mengerjapkan matanya dan berdecih, "Kenapa aku melihatnya dimana- mana, pria tua sialan." Sofia mendorong pria tampan yang bahkan dia tak tahu namanya lalu pergi begitu saja.
"Hey!" Sofia melanjutkan langkahnya tak peduli dengan protes yang di layangkan oleh pria itu.
Usahanya melupakan Horison sia- sia, bahkan saat dia hendak mencium pria tampan itu dia malah melihat bayangan Horison ada di sana, dan yang dia lihat tatapan Horison begitu tajam seolah ingin menusuknya, tidak mungkin bukan dia ada di sana, jelas- jelas Sofia pergi ke Club berbeda dengan tempo hari, untuk apa pria itu juga ada di sana.
Sofia harus memeriksakan dirinya, ini tidak baik untuk kesehatannya jika terus begini. Dia benar- benar akan gila.
...
Keesokan harinya, Sofia berlari terburu- buru menuruni tangga "Selamat pagi Mom."
"Hey, ada apa denganmu!" Sabrina memekik, merasa ngeri melihat sepatu hak tinggi yang di kenakan Sofia, bagaimana jika putrinya itu jatuh menggelinding dari tangga, karena berlari begitu.
"Aku terlambat, aku pergi dulu Mom." Sofia mencium pipi Sabrina lalu pergi ke luar rumah.
Melihat itu Sabrina hanya bisa menggeleng pelan. "Dasar ceroboh."
Tiba di perusahaan Sofia turun dari taksi dan berlari sambil merapikan rambut dan pakaiannya, berdiri di depan lift lalu menekan tombol.
"Seharusnya aku membuat peraturan baru, tidak boleh terlambat dengan alasan pergi ke club." Horison berdecih dan mendengus jijik.
Sofia menoleh dan tertegun, melihat Horison ada di sebelahnya tepatnya di depan lift eksekutif. Sofia mengeryit mendengar perkataan Horison barusan.
"Apa dia menyindirku? tapi tunggu bagaimana dia tahu aku pergi ke klub." Horison sudah pergi menggunakan lift khusus sedangkan Sofia masih mematung di tempatnya.
Sofia melihat sekitarnya "Tapi tidak ada orang lain disini," ucap Sofia, tentu saja karena ini sudah jam masuk kantor. "Apakah aku tidak berhalusinasi semalam? dan dia tidak melupakanku." Tiba- tiba terbit senyuman di bibir Sofia, jika benar Horison tidak melupakannya bukankah ada kemungkinan pria itu juga mengingatnya.
Satu minggu kemudian ...
Sofia menatap sekelilingnya, dia kini berdiri di lift tempat biasanya dia melihat Horison. Namun sudah satu minggu sejak terakhir pria tua itu menyindirnya Sofia tidak melihatnya lagi.
"Sudah satu minggu kenapa aku tidak melihatnya, sial rasanya aku ingin bertemu bahkan hanya melihat wajahnya saja, Aku merindukannya, kenapa aku masih mengingat kejadian itu, bahkan ini hampir satu bulan." Sofia menunduk lesu, memainkan kakinya dan menunggu lift terbuka. "Aku bahkan tak berselera melihat pria lain." beberapa kali Sofia pergi ke Club, namun bukannya bersenang- senang dia malah semakin murung setelah dari sana, karena terus mengingat pertemuannya dan Horison berawal dari Club malam.
Sofia mengangkat wajahnya saat mendengar percakapan antara resepsionis di meja sana, pintu lift yang terletak di dekat meja resepsionis membuat Sofia bisa mendengar ucapan kedua wanita itu "Hanna ini untuk CEO, kita?" Sofia menunjuk sebuah paket.
"Ya, dan aku akan menghubungi sekertaris untuk mengambil."
Mendengar itu senyum Sofia timbul "Biar aku saja yang berikan, aku juga akan ke lantai 20." Tentu saja Sofia berbohong, dia tak ada kepentingan sama sekali di lantai atas, tempat ruangan CEO mereka berada.
"Benarkah? jika begitu tolong berikan ini pada sekertaris agar bisa di berikan pada tuan Barnes." Hanna memberikan kotak paket itu pada Sofia.
Sofia tersenyum dan memeluk kotak paket yang akan mengantarnya bertemu Horison si pria tua yang sudah membuat dunianya serasa jungkir balik "Baik aku akan memastikannya selamat sampai tujuan." Sofia melangkah masuk ke dalam lift masih dengan senyum di wajahnya, berharap setelah melihat Horison, perasaannya sedikit terobati.