Bab 1: Pertemuan
Di sebuah klub malam nampak tiga perempuan yang sedang duduk sambil menikmati minuman yang telah di pesan. Salah satu diantara mereka tengah kesal dan meminum satu gelas vodka dengan sekali teguk.
Keramaian di sekeliling mereka tak di hiraukan seolah semua sudah biasa.
"Hey, Mo. Kau meminumnya!" Agnes berseru kaget, pasalnya teman mereka Monica tidak bisa minum terlalu banyak.
Agnes memesan Vodka dengan kadar alkohol yang tinggi, dan akan di pastikan jika Monica akan segera mabuk, dia bahkan akan mabuk hanya dengan bir berkadar rendah.
Monica mengeryit saat merasakan tenggorokannya terasa terbakar.
Melihat itu Sofia hanya bisa mencebik "Mo, kita baru saja datang dan kau berencana segera mabuk?"
Monica menggeleng "Tidak aku baik- baik saja." namun matanya mengerjap dan akan segera mabuk.
"Kau yakin?" tanya Agnes, gadis itu mulai meneliti wajah Monica yang mulai merah.
Monica mendesis, menyingkirkan tangan Agnes "Rasanya tidak buruk, aku mau lagi." Monica kembali meraih minumannya.
"Wuah, Mo, kau keren." Sofia bertepuk tangan.
Diantara mereka bertiga Monica adalah yang paling payah jika minum, dengan satu gelas saja dia akan mabuk.
"Bagaimana jika kita melakukan permainan," kata Sofia sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Monica dan Agnes.
"Apa itu?" tanya Monica. Gadis itu bertanya dengan mata sayunya.
"Kalian lihat pintu itu, yang pertama kali keluar kita akan menciumnya." Sofia menunjuk sebuah pintu di ujung koridor yang mengarah pada ruang VIP.
"Hey, bagaimana jika pria itu dengan kekasihnya?" tanya Monica dengan terkejut.
"Ah, itulah kehebatannya, dan itu akan sangat menarik."
"Aku tidak mau." Monica berkata dengan keryitan di dahinya, sepertinya dia mulai mabuk.
"Kau takut?" tanya Agnes dengan menyeringai. "Ayolah Mo, jika beruntung kau akan mendapatkan pria malam ini, bukankah sudah kubilang kau harus mencari kekasih." Sofia mengangguk.
"Ya aku setuju dengan Agnes, selama ini kau selalu menolak setiap pria yang menyatakan cinta padamu di kampus."
Monica diam, dia memang selalu menolak setiap pria yang mendekatinya, bahkan menyatakan cinta sekalipun, dan itu karena dia punya alasan yang kuat, mengapa melakukan itu.
Agnes mencibir sebab Monica tetap diam, seharusnya dia tak perlu berpikir di saat mereka sedang bersenang- senang seperti sekarang.
"Baiklah." Sofia bertepuk tangan saat Monica sudah setuju.
"Baiklah, kita mulai dengan batu, kertas, gunting."
"Batu, kertas, gunting."
"Batu, kertas, gunting."
"Batu, kertas, gunting."
"Ah, aku lebih dulu, baiklah ayo kita lihat siapa yang keluar." Sofia melihat ke arah pintu dan menunggu siapa yang akan keluar.
Seorang pria paruh baya muncul dengan pakaian formalnya yang sedikit berantakan, jasnya sudah terlepas dengan beberapa kancing kemeja yang sudah terbuka. Ruang VIP biasanya memang lebih banyak di isi pengusaha untuk rapat bisnis atau ingin suasana yang tidak terlalu formal seperti restoran maka mereka memilih klub untuk melakukan rapat
"Ah, aku harus menciumnya kah." Sofia mengeluh "Kenapa yang keluar malah pria tua."
Agnes mengangguk, dan dengan pasrah Sofia meminum minumannya lalu beranjak "Kau serius?" tanya Monica, dahinya mengeryit menatap tak percaya saat Sofia benar- benar pergi.
Agnes terkekeh "Bukankah sudah kubilang, meski pria itu dengan kekasihnya kau harus tetap menciumnya."
"Ah, kalian gila." Monica memijat pelipisnya, dia sungguh pusing "Bahkan jika yang keluar adalah seorang perempuan?" tanya Monica lagi, Agnes hanya mengeryit dan mengedikkan bahu acuh.
.
.
Sofia berjalan ke arah pria tua tersebut. Semakin dekat jantung Sofia semakin berdebar mana kala melihat jika pria tua itu ternyata sangat tampan tubuhnya tegap dengan bahu lebar dan rahang tegas terlihat gagah dan b*******h. 'Pria tua yang tampan.' Sofia membatin, meski cahaya di dalam club cukup remang, namun Sofia masih bisa melihat ketampanannya.
Meski sudah ada keriput di beberapa titik di wajahnya,pria tua itu masih sangat tampan, rambut putih di beberapa bagian pun membuatnya semakin seksi.
Sofia berdiri tepat di depan pria tua tersebut hingga si pria tua hanya mampu mengeryit.
Sofia hanya tersenyum, mengalungkan kedua tangannya di leher si pria, dan mendekatkan dirinya, lalu memberi ciuman.
Satu detik ...
Dua detik ...
Tiga detik ...
Empat detik ...
Pria tua itu masih terdiam tanpa membalas ciumannya, mungkin karena terkejut.
Di detik ke lima Sofia melepas ciumannya lalu menyeringai setelah menjauhkan diri, namun diluar dugaannya si pria tua justru menahan tengkuknya dan membalas ciumannya.
Sofia tertegun merasakan ciuman yang terasa manis dengan aroma minuman bercampur tembakau dari mulut si pria tua.
"Kau membangunkan singa yang kelaparan, Nona." Si pria tua berdesis.
"Jika begitu aku akan menjadi kancil," ucap Sofia dengan senyum menggoda.
"Dan itu berarti aku harus menikmati mu." Pria tua itu meraih pinggang Sofia dan mendekapnya erat.
Sofia menahan dengan menekan dadanya. "Aku tidak tidur dengan pria beristri."
Si pria tua menyeringai "Dan aku tidak memilikinya."
...
"Ayo sekarang giliran kalian!" Monica mendongak dan melihat Sofia sudah kembali ke meja mereka, cepat sekali, bukan kah baru saja Sofia sedang menggebu- gebu mencium pria tua yang Monica kira mungkin usianya 50an.
"Cepatlah pria tadi seorang duda rupanya." Sofia berkata antusias seolah dia mendapat jackpot.
"Ah." Agnes mengangguk karena tau apa yang di maksud Sofia "Kau sudah tidak sabar," kata Agnes lagi "Tidak masalah ayo kita mulai."
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Monica, dahi gadis itu mengeryit bodoh, Monica sudah mulai linglung efek minuman yang di teguknya.
Agnes terkekeh, menjawab pertanyaan Monica "Dia tidak akan pulang malam ini." Agnes tahu sekali kebiasaan Sofia, maka dia sudah tidak merasa heran jika Sofia berkata demikian, dan sudah di pastikan Sofia tidak pulang malam ini.
Mereka memang selalu pergi ke club tanpa Monica, maka Monica hanya mengeryit melihat Sofia dan Agnes karena tidak mengerti apa yang di maksud Agnes.
"Kau tahu Ons, " kata Agnes lagi hingga Monica membelalakan matanya, sedangkan Sofia hanya tersenyum seolah itu bukan hal besar.
Permainan di lanjutkan dengan Monica yang kalah dan harus mencium seorang yang keluar dari pintu tersebut, beruntung yang keluar bukan pria tua seperti Sofia, dia bahkan terlihat tampan, namun Sofia malah mengeryit melihat ekspresi Monica yang tertegun.
Meski merasa heran tapi mereka tak bicara dan bertanya lebih jauh, karena Monica berjalan maju ke arah pria tampan tersebut.
Sofia terkekeh saat melihat Monica mengecup bibir pria itu lalu segera pergi.
Meski begitu itu adalah kemajuan bagi Monica yang di kenal sebagai anak rumahan, dan mereka menganggap jika itu adalah ciuman pertama Monica.
"Baiklah aku pergi lebih dulu."
"Kau akan kemana?" tanya Monica.
"Bukankah, sudah kubilang jika pria tua itu seorang duda." Sofia tersenyum.
"Ag, jaga Monica jangan sampai dia mabuk berat, jika itu terjadi kau tak bisa membawanya pulang." Agnes mengibaskan tangannya dan Sofia pun pergi kemana pria tua tadi menunggunya.
Tiba di parkiran Sofia melihat pria tua itu berdiri bersandar di depan mobilnya dengan sebatang rokok di sela jarinya "Aku kira kau membual, " ucap Sofia dengan tersenyum, terlihat pria tua itu membuang puntung rokoknya dan membuka pintu mobilnya.
Sofia sungguh beruntung malam ini, selain mendapat pria tua yang hot, ternyata pria tua ini juga sangat kaya.
"Aku tidak pernah mengingkari janjiku."
Sofia memasuki sebuah mobil mewah, dan si Tuan tua kaya raya itu mulai melajukan mobilnya.
"Aku belum tahu namamu?"
"Horison."
...