Setelah Davin memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, ia mulai berjalan. Namun, baru beberapa langkah, langkahnya terhenti ketika seseorang tiba-tiba muncul di depannya. Davin mengangkat alis, terkejut melihat Virly, teman sekelasnya yang pernah mencoba mendekatinya di awal perkuliahan. "Virly?" tanya Davin dengan nada ingin tahu. "Kenapa kamu menghalangi jalanku?" Virly, dengan senyum percaya diri, menjawab, "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, Davin. Ini penting." "Penting?" Davin mengulangi kata itu dengan nada sedikit ragu. Ia tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, apalagi dengan cara Virly tiba-tiba muncul di hadapannya. Virly mengangguk, matanya penuh harap. "Ya, penting. Kita bicara di cafe depan kampus saja, bagaimana?" Davin berpikir sejenak, lalu setuju. "Bai