Davin duduk di hadapan Nana, tatapannya lembut namun serius. "Mbak," katanya perlahan, "sepertinya jika menunggu aku lulus kuliah akan terlalu lama. Bagaimana kalau kita menikah tahun depan saja?" Nana terkejut mendengar pernyataan tersebut. Ia menatap Davin dengan ekspresi campur aduk, antara terkejut dan bingung. "Menikah tahun depan?" tanya Nana, mencoba mencerna kata-kata Davin. Davin mengangguk dan menjawab dengan mantap, "Ya! Jujur saja, aku takut ada yang menikungku, misalnya Chandra." Nana terkejut karena hanya karena ia jalan dengan Chandra menciptakan ketakutan pada diri Davin. Ia pun terdiam, berusaha menyusun kata-kata untuk menjawab permintaan yang terkesan bar-bar dari lelaki yang kini menjadi pacarnya itu. Akhirnya, ia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Begini ya, Da