Persiapan untuk Malam yang Dinantikan

1902 Kata

Inara menutup wajahnya setelah pertanyaan yang cukup sensitif meluncur dari bibirnya sendiri. Untuk masalah ini, dirinya merasa hanya bisa berbagi dengan dua sahabatnya itu. Tidak mungkin bercerita pada Marisa atau Bu Ahmad. Apalagi pada suaminya. “Aku nyimak aja kalau pembahasan ini. Takut salah ngomong. Kita serahkan pada Yasmin.” Resta mengangkat kedua tangan. Ia memilih untuk tidak memberikan respon. Dirinya memang tidak tertarik dengan hal semacam itu. Yasmin manggut-manggut seraya memegang dagu. Lagak gadis yang mengenakan hot pants itu seolah sedang menganalisis dengan serius permasalahan Inara. Ia tersenyum penuh arti. Yasmin menunggu saat ini datang. Dirinya paham siapa Inara dengan kekhawatirannya tentang aktivitas di ranjang itu. “Oke, kita mulai sesi konsultasinya.” Yasmin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN