aku cemburu?

1065 Kata
Setelah menikah dengan Mas Al, aku memang belum pernah menginap di rumah orang tua nya, sebab setelah resepsi, kami langsung pulang ke rumah baru yang di beli oleh Mas Al untuk kami. Itu juga karena surprise, padahal aku sudah menyiapkan diri dan juga barang-barang ku untuk menginap di sana. “Terakhir kesini kamu malah nyerang aku di kamar.” Ucap Mas Al ketika kami baru saja turun dari mobil, aku kemudian menatapnya dengan tatapan sinis, lalu berjalan masuk menuju rumah nya. Suasana di rumah orang tua Mas Al tidak jauh berbeda dari rumah orang tua ku, yang membedakannya adalah hanya perihal ART di rumah ku, ada ART yang juga ikut tinggal dengan kami, sementara di rumah Mas Al, tidak ada. “Assalamualaikum.” Ucap ku sembari membuka pintu rumah, namun tidak ada siapa-siapa, di sana sangat sepi, bahkan beberapa lampu pun sudah mati. “Loh, ibu sama bapak kemana mas?” Tanya ku kepada Mas Al yang sibuk menggeret koper kami menuju kamar. “Paling udah tidur, sekarang juga sudah jam sembilan kan? Capek banget paling mereka.” Jawab Mas Al. aku mengangguk, sementara menunggu Mas Al mengunci pintu rumahnya. “Ayo.” Sambung Mas Al ketika ia sudah selesai mengunci pintu rumah. Aku jadi tidak enak sendiri, sebab datang terlalu malam, bodohnya di saat buru-buru, aku malah minta makan dulu saat di jalan, maklum saja, walaupun mertua ku baik, tetap saja aku masih malu jika makan tanpa di tawari di rumah nya. Aku dan Mas Al menaiki satu per satu anak tangga, belum sampai kami menginjak anak tangga terakhir, tiba-tiba ibu mertua ku keluar dari kamar nya, kamar yang persis bersebelahan dengan kamar milik suami ku. “Eh kalian sudah datang, maaf ya, ibu ketiduran.” Ucap ibu mertua ku. Aku tersenyum lalu mengangguk “Gapapa bu, aku sama mas juga barusan sampai, ibu lanjut istirahat aja.” Jawab ku, ibu mengangguk kemudian kembali ke kamarnya, setelah itu kami masuk ke dalam kamar milik mas Al, suasana nya masih sama dengan yang dulu, di saat aku terakhir kali masuk ke sana dan menyerang mas Al agar mas Al mau membatalkan perjodohannya. Astaga mengingat hal itu aku jadi malu sendri, kenapa aku bisa berpikiran sependek itu dan menjatuhkan harga diri ku sendiri? “Don’t u remember the last time you come, and…” “Mas ih!” Ucap ku sembari menatap nya yang sedang menatap ku dengan jahil. Aku merapihkan barang-barang kami, ya walaupun hanya sehari aku tetap saja tidak nyaman melihat barang-barang kami berantakan. “Mau di ulang?” Bisik nya tepat di telinga ku. Aku melotot mendengarnya, bisa-bisa nya ia menggoda ku di saat kami berdua begitu dekat dengan orang tua nya. “Nggak, jangan ngaco, kalau kedengeran ibu ntar gimana?” Ucap ku seakan tidak peduli dengannya, aku tetap fokus merapihkan barang-barang kami yang ada di koper, namun Mas Al tetaplah Mas Al, ia dengan gampang nya mengangkat tubuh ku, lalu di gendong dan di jatuhkan di atas kasur. Aku bersumpah, pasti ibu mertua ku dengar suara kami. “Mas, jangan ih, di rumah ajaa.” Ucap ku berusaha kabur dari nya, tapi Mas Al semakin di larang semakin bersemangat, ia menindih ku, mengunci ku dengan kedua tangannya hingga membuat ku bahkan tak mampu untuk sekedar bergerak. “Kenapa kalau di sini? Kita belum pernah loh main di sini.” Jawab nya dengan senyum licik. Ternyata perkiraan ku tentang Mas Al yang polos itu salah, ia jauh lebih nakal dari yang aku bayangkan. “Kedengeran sama ibu, malu.” Jawab ku. “Jangan bersuara.” Balas nya santai. Ia kemudian menyerangku, mencumbu ku dari atas hingga bawah, tak memberiku ampun. Namun belum jauh Mas Al melanjutkan kegilaannya, tiba-tiba pintu kamar kami di ketuk oleh seseorang, Mas Al langsung menatap ku dengan tatapan kecewa. “Kamu aja yang buka.” Ucap Mas Al, ia berguling ke samping ku, menutup dirinya dengan selimut, aku tahu ia sedang tidak ingin di ganggu. Aku kemudian berdiri, merapikan pakaian ku sedikit yang sudah terlihat berantakan akibat perbuatan mas Al, lalu setelahnya aku berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu malam-malam. “Eh?! Siapa?” Ucap ku kaget ketika melihat sosok perempuan berjilbab panjang, dengan cadar yang menutupi wajah nya, perempuan itu seketika berlari melewati ku dan langsung memeluk Mas Al ketika melihat Mas Al bangun dari tempat tidur. “Masss aku kangen.” Ucap nya sembari terus memeluk suami ku, ia bahkan tidak peduli dengan keberadaan ku di dekat mereka. Mas Al terlihat mematung, tidak membalas pelukan perempuan itu namun mata nya menatap ku. “Aisyah... tolong lepas.” Ucap Mas Al sembari berusaha melepaskan pelukan perempuan bernama Aisyah itu, aku tidak tahu siapa perempuan itu dan dari mana asal nya, tapi kenapa ia bisa langsung masuk ke rumah mertua ku sementara pintunya saja sudah di kunci oleh Mas Al. siapa yang membukakannya pintu? “Mas aku kangen.” Ucap nya lagi, Aisyah melepas cadarnya kemudian ia semakin mempererat pelukannya, namun seketika Mas Al mendorongnya hingga ia sedikit menjauh dari suami ku. “Loh kok mas gak mau di peluk lagi sih? kenapa?” Tanya nya. Oke, aku sudah jengah, apakah ia benar-benar tidak tahu kalau pria yang baru saja ia peluk itu ternyata sudah punya istri? Aku menatap Mas Al dengan tatapan tajam, kenapa ia malah diam saja? “Aisyah, kamu kenalan dulu sama istri saya, namanya Celine. Sayang, dia Aisyah, sepupu ku, anak dari adiknya ibu, dulu tinggal di sini, setahun kemarin dia belajar di Malaysia.” Ucap Mas Al, ia menghampiri ku, kemudian merangkul ku, mengenalkan ku kepada sepupu nya. “Istri?, oh mas beneran nikah ya? Aku kira Cuma bohongan.” Jawab nya dengan nada ketus. Raut wajah nya begitu tak bersahabat, ia bahkan terlihat begitu cemberut begitu mendengar bahwa Mas Al sudah menikah. “Iya, kamu tidak lihat di grup keluarga?” Tanya Mas Al. Aisyah menggeleng. “Yasudah kalau begitu kamu ke kamar kamu saja, saya sama Celine mau istirahat dulu.” Ucap Mas Al. Aisyah tidak mengatakan apa-apa, namun ia langsung pergi begitu saja. Aku penasaran, kenapa raut wajah nya tiba-tiba berubah ketika tahu bahwa sepupu nya sudah menikah, bukankah respon yang seharusnya ia tunjukan adalah ekspresi yang menunjukan bahwa ia senang? “Kenapa muka nya dia tiba-tiba jadi bete gitu?” Tanya ku, setelah kami berdua sudah kembali ke tempat tidur. “Sedih mungkin.” Jawab Mas Al, ia memelukku, menenggelamkan tubuh ku di dalam pelukannya. “Kenapa? Kan harusnya senang.” “Dia itu paling dekat sama aku, di banding sama Bang Fathur sama Fariz, mungkin sedih apa lagi ibu bilang ke keluarga juga tiba-tiba.” Jawab Mas Al. aku mengangguk, namun dalam hati seperti ada sesuatu yang mengganjal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN