"Nggak papa, Pak. Bapak masuk angin, saya kerok mau?" "Duh, jangan. Saya nggak pernah dikerok. Ngeri, Nay. Merah-merah gitu," "Ini juga badan Bapak merah saya pijet," "Tapi kan nggak sakit," Nayra tertawa. Dia sudah bisa menguasai dirinya sekarang. Dia terus pijat badan Guntur dengan hikmad seakan-akan tubuh itu tidak akan bisa dia jamah lagi. "Balik, Pak," perintah Nayra ketika seluruh punggung Guntur sudah rata dia pijat. Guntur membalikkan tubuhnya menghadap Nayra. Nayra membimbingnya dengan perlahan. "Benar kata ibu saya, pijetan kamu berasa," komentar Guntur saat Nayra memijat bagian tangannya. Nayra hanya tersenyum ringan. "Padahal tanganmu kecil begini..." "Haha..., Bapak. Udah biasa mijet ibu sih di rumah. Kadang Farid juga. Tapi dia segan kalo buka baju semua. Cuma suka