Elsa berjalan masuk ke dalam restoran lebih dulu karena Adit sedang mencari tempat parkir.
Dengan menggunakan mididress tanpa lengan berwarna biru muda, membuat lengan putih mulus Elsa terlihat.
Dia mengikat rambut panjangnya menjadi satu dengan asal dan sedikit berantakan.
Setelah lebih dari tiga jam berkeliling Jakarta melihat berbagai perubahan yang terjadi setelah lebih dari 4 tahun dia tinggalkan untuk pergi ke Jerman.
Restoran itu terlihat belum begitu ramai, karena mungkin belum tiba waktunya jam makan siang.
Elsa menunggu Adit dengan berdiri di dalam restoran.
"Ayo Kak kita cari tempat duduk," rangkul Adit dibahu Elsa.
Adit terlihat sangat protektif padanya, selama beberapa hari pemuda itu mengajak Elsa keliling tidak di biarkan nya ada orang asing apalagi makhluk bernama pria bisa berkenalan dengannya.
Alasan Adit simpel saja, siapa tahu pria itu adalah penipu atau iseng saja.
Mereka duduk berhadapan setelah memilih menu yang mereka inginkan, Adit asyik menelepon seseorang tentang masalah pekerjaan.
Elsa juga asyik melihat gawai miliknya saat dia merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
Elsa mengangkat wajahnya dan dia melihat seorang pria berumur akhir tiga puluhan berkacamata sedang melihat padanya dengan pandangan intens.
Mata Elsa pun langsung ikut terpaku dengan mata pria itu, hingga sepersekian detik dan entah kenapa ada rasa mengenal pria itu tapi dimana.
Apalagi kemudian pria itu tersenyum tipis padanya dan tiba-tiba membuat Elsa sedikit malu karena senyum itu, dia pun menundukkan kepalanya dan tersipu sendiri mungkin pria menyadari tatapan Elsa yang sama intens dengan pria itu.
"Kak Elsa senyum sama siapa?" tanya Adit.
Dan kemudian Adit melihat arah pandangan Elsa, di sana Adit melihat seorang pria dewasa sedang memperhatikan Elsa.
Adit memicingkan matanya dan kemudian dia melototi pria itu. "Jangan dilihati Kak, dia itu pasti pria tua yang suka menggoda gadis-gadis muda seperti Kak Elsa."
Elsa hanya mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada Adit.
"Sepertinya Kak Elsa kenal sama pria itu Dit, Cuma lupa di mana makanya waktu dia senyum Kak Elsa balas juga," terang Elsa.
"Kan seperti pernah kenal, belum tentu pria itu memang Kak Elsa kenal," kata adit. "Hati-hati Kak sekarang jaman orang bisa menipu hanya dengan melihat pada mata saja."
"Itu berlebihan sekali, masa ada yang seperti itu?" tanya Elsa.
"Ya adalah Kak, namanya hipnotis atau sirep," kata Adit.
"Kak Elsa tahu Dit, tapi masa pria itu mau melakukan hal seperti itu di depan umum?"
Tanya Elsa.
"Ya kenapa ngak bisa, biasanya pria seperti itu suka ada peletnya juga," kata Adit membuat Elsa terkejut.
Elsa sesekali memperhatikan penampilan pria itu walaupun, dia bukan pria yang tampan, penampilannya juga biasa saja tapi ada kharisma tersendiri dari kesederhanaan pria itu.
Tidak lama Elsa melihat pada pria itu, dia terkejut karena seorang wanita dengan pakaian minim dan seksi berdiri di hadapan pria itu, dan tidak lama wanita itu duduk di hadapan pria itu.
"Apa itu pacarnya?"
"Seksi sekali."
"Wah bodinya goal banget, ternyata pria itu memang ada peletnya."
"Tuh kan Adit juga bilang apa, penampilan pria itu boleh menipu tapi kelakuannya kita ngak tahu?"
Elsa hanya diam mendengarkan perkataan Adit, sementara Adit terus memperhatikan pria yang duduk bersama gadis berpakaian seksi itu.
Elsa sesekali melihat pada mereka sambil sesekali menyuap makanan ke mulutnya.
Elsa melihat kalau pria dan wanita itu terlibat pembicaraan yang serius.
Tidak lama Elsa melihat perempuan seksi itu bangkit dari duduknya begitu juga dengan pria itu dan siap untuk pergi.
Pria itu pergi dan berjalan ke arah Elsa.
Pandangan mereka kembali bertemu dan Elsa hanya bisa terpaku melihat mata pria itu.
Setelah pria itu berlalu pergi Elsa pun merenung sepertinya dia benar-benar mengenal pria itu tapi entah di mana.
Sepanjang jalan pulang Elsa terus memikirkan mata pria itu sepertinya dia sangat mengenal mengingatkannya pada seseorang yang dulu pernah dekat dengannya.
"Seperti Bang Madan," batin Elsa dan dia kemudian mengingat pria bernama yang biasa dia panggil Bang madan.
"Tapi itu bukan Bang Madan " Elsa terus membatin sangat yakin.
walaupun lama tak bertemu Elsa pasti akan mengingat dengan pasti siapa yang biasa dia panggil Bang madan.
Tiba-tiba kenangan lama kembali muncul di kepalanya, banyak kejadian lama yang berputar terulang kembali.
"Kak Elsa ngelamunin apa sih?" tanya Adit penasaran.
Elsa sedikit terkejut dan lamunannya Buyar dengan pertanyaan adit.
"Ngak ada kok Dit, Kak Elsa cuma capek setelah keliling tadi," kata Elsa berbohong.
hingga malam saat Elsa sedang beristirahat di tempat tidurnya wajah pria itu masih di ingat olehnya.
"Siapa dia, kok ke ingat terus wajahnya?"
Elsa kemudian mengingat kalau dia punya foto bersama Bang Madan, dia mencari ke beberapa laci di kamarnya
Dan akhirnya dia menemukan apa yang dia cari, beberapa lembar foto lama yang masih dia simpan.
Di foto itu terlihat seorang pria gemuk tinggi besar dengan jambang penuh di wajah sedang berdiri di samping Elsa sambil mengangkat alat pancing berisi seekor ikan besar.
Dan beberapa lembar lagi dengan pose yang berbeda, kemudian Elsa melihat ujung gambar yang sengaja dia sobek.
Elsa mengingat siapa dalam gambar itu ia sobek dan juga ia hancurkan tidak tersisa semua kenangan akan orang itu lagi.
Hanya foto Bang Madan dia tidak buang, mengingat betapa baik pria bertubuh tambun itu karena Elsa sudah mengganggap pria itu seperti kakaknya sendiri.
Terakhir kali dia bertemu dengan bang Madan saat resepsi pernikahan kekasihnya dengan sahabat baiknya sendiri.
Bagaimana Bang Madan berusaha untuk menguatkan hatinya dan mencoba memberikan pengertian bahwa kekasih yang dia cintai dan sedang bersanding di pelaminan itu tidak pantas untuk membuatnya menangis dan sedih.
Beberapa hari kemudian Elsa berangkat ke Jerman dan saat dia akan berpamitan dengan Bang Madan pria itu sedang melakukan perjalanan dinas ke Papua untuk mengawasi proyek pembangunan pabrik tambang disana.
"Kira-kira Bang Madan di mana ya?"
"Masih ngak badannya gendut seperti dulu?"
"Apa dia sudah nikah?"
"Apa Abang Madan masih ingat sama aku ngak ya?"
"wajahnya masih brewokan ngak ya?"
banyak pertanyaan berputar di kepalanya, mengingat tentang Bang Madan.
Sementara di tempat lain Rama melakukan hal yang sama memikirkan gadis yang dia foto tadi sambil merebahkan diri di ranjang.
"Kapan Elsa kembali ke Indonesia?"
"Kenapa dia tidak pernah mengabari sama sekali?"
"Apa Elsa sudah melupakan saya? Apa Karena dia tidak ingin memiliki pertemanan yang berhubungan dengan Ikbal?"
Rama memandang langit kamar tidurnya, dan terlihat lelah untuk terus bertanya dalam hatinya.
@@@
Tri tampak sedang berbicara dengan berbisik di gawai miliknya.
"Jadi yang ini juga gagal ya?"
"Kenapa bisa dia di kenalkan dengan perempuan seperti itu sih?"
"Sudah bude bilang Risma, Kangmas mu itu orangnya paling anti sama cewek model begitu!"
"Masa toh ya kamu suruh keponakan teman mu yang pakai baju kurang bahan di jodohkan sama Rama."
"Bude juga ngak suka sama cewek tadi, apalagi saat kita memata-matai tadi ketauan banget itu cewek sombong amit."
"Ngak cocok jadi mantu bude."
"Eh tapi kamu lihat tidak cewek cantik pakai baju daster panjang ngak pakai lengan?"
"Rama sepertinya suka sama cewek model begitu!"
"Coba kamu cari, siapa tahu ketemu seperti itu."
"Kalau bisa sih cewek itu aja, habis Bude lihat dia senyum terus sama itu cewek."
"Aduh Bude kok jadi penasaran, siapa cewek itu yang bisa bikin kangmas mu itu bisa tersenyum padahal kan Rama itu orangnya kaku banget."
Tepukan dibahu membuat wanita yang sedang berbicara sambil berbisik di hp nya menjadi terkejut dan dia segera menoleh.
"Kebiasaan, suka banget bikin jantungan!'
"Emang mau saya cepat mati."