3. Setuju Menikah

1177 Kata
Tentu saja Bumi tidak ingin menerima. Pernikahan seperti ini kemungkinan tak memiliki akhir yang baik. Belum lagi calonnya adalah Moza. Menurut info yang dia dapat wanita itu sangat angkuh dan sering memandang rendah orang lain. Bahkan, dengan saudara-saudaranya pun tidak akur. Kalau ini, Bumi bisa menebak alasannya karena Moza anak dari istri kedua Bram. Kini Moza kemungkinan besar dalam kondisi terpuruk setelah lumpuh dan ditinggalkan calon suaminya. Jika Bumi yang seorang office boy menggantikan, tentu saja wanita itu akan semakin mengamuk. Namun, jika dia masuk ke keluarga Pramana akan lebih mudah mendapat infomasi tentang sang kakak. Hanya saja, Bumi tidak berniat memanfaatkan hal sakral seperti pernikahan. Orang tuanya juga pasti tidak setuju. "Kenapa kamu diam saja? Kamu tidak setuju?! Moza seperti ini karena menghindarimu!" bentak Tommy pura-pura peduli, padahal yang dia mau agar Moza menikahi kalangan rendah dan tidak mengganggu hubungan adiknya Nancy serta Kelana. Bumi melirik sekilas Tommy dengan sinis, tapi pria itu tidak menyadarinya. Bumi melihat lagi rekaman CCTV yang terus diputar ulang, berpikir ini tetap bukan salahnya karena dia berjalan di tempat yang tepat, mobil Mozalah yang mengalami kerusakan. Namun, dia juga mempertimbangkan jika Moza tak peduli dan menabraknya waktu itu, mungkin dirinya tidak akan selamat atau dengan risiko cedera parah seperti Moza. "Saya akan mempertimbangkan dan memberi jawabannya besok," balas Bumi. Di matanya terpancar ketegasan pula membuat ketiga orang di sana sedikit tertegun. "Kamu masih membuat kami menunggu! Kamu harusnya bersyukur keluarga seperti kami mau menjadikanmu menantu!" seru Tommy. Bumi sendiri tidak akan bersyukur masuk ke keluarga Pramana, tapi dia bersyukur karena Moza tidak menabraknya waktu itu. Maka, dia mempertimbangkan pernikahan ini ke arah positif. "Tidak ada besok! Putuskan sekarang dan hari ini langsung bertemu Moza!" lontar Bram setelahnya. Dari tingkah laku, sepertinya pria ini agak sulit dikendalikan. Bumi menutup matanya sejenak sembari mengucap bismillah, semoga keputusannya kali ini akan memiliki akhir yang baik. "Baiklah, saya setuju," jawab Bumi akhirnya memutuskan ini sendiri. Awalnya dia ingin menanyakan pendapat orang tuanya terlebih dahulu. Dari tadi Lara hanya diam sembari memperhatikan Bumi. Tidak seperti bayangannya, Bumi adalah office boy yang lemah, tidak disangka pria ini bukan hanya lebih tampan dari Kelana, tapi juga memiliki ketegasan. Apalagi dia tak terlihat munafik. Namun, Lara sudah sekali dikecewakan dengan calon menantunya Kelana, dia tidak akan mempercayai penilaiannya tentang pria ini. Bumi diminta mengganti pakaiannya dan dia bersama Bram, Tommy, serta Lara pergi ke rumah sakit untuk menemui Moza. Namun, sampai di sana lemparan gelas kaca yang didapat oleh Bumi saking Moza menolaknya. Untunglah Bumi dengan cepat menghindar. Ekspresi pria itu tampak datar menatap Moza. Dia bisa melihat seberapa hancurnya gadis itu. Meski belum pernah merasakan patah hati, tapi Bumi memaklumi amukan Moza saat ini. "Lihatlah dirimu layaknya orang gila, membuat malu saja! Keputusan Ayah sudah tidak dapat dibantah! Kamu tetap menikah agar bisa lebih tenang dan calonmu adalah Bumi!" ujar Bram. "Pria office boy ini akan bertanggung jawab. Lagi pula kamu menabrak truk karena menghindarinya!" sambung Tommy menekankan kata office boy. Bumi kembali melirik sinis pria itu, Tommy tampak merendahkan dan menyalahkannya. Semakin dilihat, entah dari mana kakaknya bisa menyukai pria itu, mungkin sang kakak diguna-guna. "Aku tidak sudi menikah dengan pesuruh rendahan!" teriak Moza. "Kalian benar-benar licik!" Moza berpikir Bumi pasti suruhan ayah dan kakaknya untuk membuatnya lebih menderita. "Kamu orang rendahan, cepat pergi dari sini! Ini ambil uangmu!" seru Moza terlihat benar-benar frustrasi dan melempar beberapa lembar uang merah dari dompetnya. Bumi mengernyit, semakin didengar perkataan wanita ini semakin menjengkelkan. Bumi yang belum pernah terhina, rasa-rasanya ingin membalas. Kata-kata seperti udik, tidak tahu malu, sampai pria simpanan tante-tante pun terlontar dari Moza untuk Bumi. Padahal kesabaran Bumi cukup luas walau tidak seluas samudera, tapi gadis di hadapannya ini sungguh membuat emosi. Bumi yang tadinya ingin memaklumi, tidak dapat maklum lagi. "Argh!" Moza menjerit sembari menjambak rambutnya. "Moza, kalau kamu tidak ingin menikah, maka Ayah akan memasukkanmu ke rumah sakit jiwa!" tegas Bram. Lihatlah gadis itu seperti orang gila sekarang. "Bram!" seru Lara yang saat ini memeluk putrinya. Perawat datang dan Moza kembali disuntik obat penenang. Lalu gadis itu pun tertidur. Di alam mimpi, Moza melihat dirinya di depan cermin dengan balutan kebaya pengantin. Dia diantar oleh sang ibu untuk tiba di aula tempat ijab kabul dilaksanakan. Pertama dia tersenyum melihat calon suaminya adalah Kelana. Namun, semakin dekat wajah Kelana berganti menjadi wajah pria asing. Akan tetapi, Moza mengenali pria asing itu sebagai office boy yang dijodohkan dengannya oleh sang ayah. Dia benar-benar tidak terima ini dan berusaha kabur. Seluruh keluarga menahannya, yang lebih mengerikan pria itu menghampiri dengan membawa pisau di tangannya. Moza tersentak bangun dari tidurnya dengan keringat membasahi keningnya. Dia merasa mimpi buruknya sangat mengerikan. Sebuah tangan menyodorkan air mineral padanya. Dia tanpa melihat langsung meminumnya. Saat Moza menoleh ingin memberikan kembali botol air mineral tersebut, dia terkejut dengan siapa yang duduk di sebelah ranjangnya sekarang. Pria di mimpinya. Bumi yang memang diminta berjaga di sana karena Lara sedang ada urusan, terheran melihat gadis itu ketakutan, bukankah tadi Moza begitu menggebu menghinanya. Namun, ketakutan itu hanya tampak beberapa saat, setelahnya Moza membentak Bumi. "Pergi dari sini, orang rendahan! Saya tidak akan menikah denganmu!" "Saya juga tidak mau! Tapi, kamu dengar tadi, ayahmu akan mengirimmu ke rumah sakit jiwa, jika tidak menikah. Saya hanya ingin membalas budi saja karena kamu tidak menabrak saya hari itu!" Bumi berkata apa adanya, tapi kalau Moza tidak mau menikah, tidak masalah untuk dirinya. Moza menunduk melihat sepasang kakinya yang mati rasa. "Ini salahmu!" marahnya pada Bumi. "Kamu tahu dengan jelas itu bukan salah saya," balas Bumi dengan nada dingin hingga Moza tidak bisa berpikir bahwa pria ini hanya petugas kebersihan di perusahaan ayahnya. "Semua keputusan ada di tanganmu, tidak menikah juga tidak membuat saya rugi, tapi kalau menikah memang bisa jadi saya rugi," lanjut Bumi. Rugi di sini tentu saja karena mereka tidak saling mencintai. Kemudian Moza ini terlihat kasar dari ucapan-ucapannya tadi. Bumi berpikir tidak cocok dengan wanita ini. Moza mengartikan kata-kata Bumi sebagai penghinaan dengan kondisi cacatnya. Wanita itu sakit hati. Bahkan, seorang office boy saja merasa rugi menikah dengannya, walau dia dari keluarga kaya. Apalagi Kelana. Benar, apa yang akan dibanggakan dari istri sepertinya. Bumi memperhatikan wajah Moza yang sekarang berubah sendu. Emosi gadis itu benar-benar tak stabil. Tidak lama, Lara kembali dan melihat Moza serta Bumi yang kini saling diam. Dia pikir setelah bangun dan melihat Bumi, Moza akan mengamuk kembali, tidak disangka malah diam. Dia tadinya ingin menguji Bumi, kalau tidak bisa menenangkan putrinya, maka lebih baik tidak menikah. Namun, sebelum diuji, dia sudah melihat hasilnya. Moza menoleh pada sang ibu. "Bu, aku akan menikah dengannya!" lontar Moza dengan nada datar menunjuk pada Bumi. Bumi sendiri tentu saja terkejut. Gadis ini sungguh labil. "Baiklah, kalau begitu sudah diputuskan." Lara merasa cukup lega, walau tidak ingin terlalu percaya pada Bumi, setidaknya pria itu dapat membuat putrinya lebih tenang. Alasan Moza sendiri menerima Bumi adalah karena ingin menindas pria itu. Dia bermaksud membuat Bumi sebagai pelampiasan kesakitan yang ia alami. Tentu saja dia memanfaatkan Bumi sebagai pesuruhnya karena menurutnya Bumi bukanlah pesuruh dari ayah atau kakaknya, pria itu menyetujui karena ingin membalas budi dia tidak menabraknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN