Godaan Pria Lain

1007 Kata
Deg Jantung Elena serasa terhenti. Pembuluh nadi kian menghimpit aliran darahnya. Bahkan anak kecil bisa melihat perbedaannya dengan Casandra. "Hei. Kenapa kamu bilang begitu. This is Mommy." Elena meyakinkan. "No. Rambut ibuku warna hitam, dan matanya juga hitam, mata kamu berwarna coklat. Aku tahu kamu bukan mommy. Tapi aku suka, karena kamu menyayangiku," ungkap Jordan dengan jujur. Di luar perkiraan, bocah kecil itu menyadari perbedaan diantara keduanya. Elena dengan gesit menutup pintu kamarnya, khawatir ada yang mendengar. Jika rencananya gagal, pasti pamannya akan marah besar. Dan biaya pengobatan ibunya akan terkendala. Dia merutuki kebodohannya. Seharusnya Elena mencari tahu terlebih dahulu bagaimana penampilan fisik Casandra sebelum menjadi penggantinya. Pantas saja Alex menatapnya intens. Mungkin dia mencari kebenaran. Besok dia akan mulai memakai softlens. Bagaimana dengan rambut pirangnya? Ini adalah warna asli. "Jordan, Sayang. Bisakah kamu berjanji satu hal pada mommy?" bisik Elena pelan. "Mommy bisa mengandalkan kau," balasnya sambil berbisik juga. "Mommy bukan mommy kamu. Mommy Casi masih pergi jauh. Dan untuk sementara, Jordan jadilah anak baik yang penurut ya? Mommy akan gantikan mommy Casi sementara," bujuk Elena diam-diam. "Jangan katakan pada siapapun, apalagi pada Papa. Aku adalah saudara Casi. Namaku Elena, dan tetaplah memanggilku Mommy," tambahnya dengan mata waspada. Jordan menutup mulutnya seketika. Dia tak percaya ada wanita lain yang wajahnya sama persis dengan ibunya. Tetapi dia masih anak-anak. Tak peduli dia ibunya atau bukan, Jordan bisa merasakan Elena sangat tulus. "Ya. Aku pasti akan menjaga rahasiamu, ssst," jawabnya dengan merapatkan mulut dan menempelkan tangannya. "Pintar. Itu baru namanya anak baik," puji Elena membuatnya senang. Tanpa Elena tahu, kamarnya terpasang Cctv tersembunyi. Alex sengaja memantau aktifitas keluarganya diam-diam tanpa sepengetahuan mereka. Menjadi direktur utama di perusahaan membuatnya mau tak mau punya banyak musuh. Termasuk keluarga dekatnya yang harus ia waspadai. *** Elena terlelap setalah menidurkan Jordan di kamarnya. Alex tidak mengizinkan ia tidur bersama Jordan. Lelaki itu tak mau istrinya menjadikan sang anak sebagai alasan untuk bebas dari hukuman. Begitu ia tahu putranya telah tertidur, Elena diperintah kembali ke kamarnya. "Kembalilah ke kamarmu, biarkan ia tidur sendiri," ucapnya sewot. "Ayah macam apa kau, yang tidak mengizinkan seorang ibu tidur bersama anaknya?" bantah Elena. "Jangan melawan, Cas. Turuti saja perintahku, lagi pula Jordan sudah mandiri, sudah sepatutnya dia belajar tidur sendiri." Alex menghentakkan kakinya dengan kesal. "Cepat keluar dari sini, dan kembali ke kamarmu." dia menarik lengan Elena dan memaksanya berdiri. Tak ingin ada keributan, Elena menyetujui kemauan Alex. Lagi pula kasihan jika Jordan terbangun karena suara berisik. "Lepaskan," jawabnya menarik kembali tangannya dengan cepat. Dia pun berlalu dari hadapan Alex dan segera keluar tanpa sepatah kata pun. Elena harus menghafal semua ruangan juga lorong-lorong yang terdapat di hunian mewah itu. Mansion tempat tinggal keluarga Valentino sangatlah luas, didominasi warna putih dengan gaya khas Eropa. Alex benar-benar memiliki selera yang tinggi. Sayangnya dia terlampau arogan. Elena masuk ke dalam kamarnya dan melempar tubuhnya ke ranjang king size. Dia harus mencari tahu, foto album Casandra. Dari sana ia bisa tahu, bagaimana Casandra selama ini. Gadis itu membuka laci meja rias yang berukuran sangat lebar menurutnya. Benar. Ia menemukan sebuah album kumpulan foto Casandra saat berlibur ke beberapa negara. Dia begitu cantik dan modis, pantas saja Alex menyukainya hingga mencari-cari keberadaannya. Sangat beda jauh dengannya yang sederhana dan tak terawat. Boro-boro perawatan, bisa makan saja sudah sangat cukup. Tok tok. Suara ketukan pintu mengagetkannya. Dia beranjak malas dari duduknya. Hendak buat masalah apalagi kali ini Alex. Baru saja punggungnya merebah. Ceklek. Pintu terbuka. "Hai, Sayang. Apa kabarmu?" seorang lelaki tinggi berkulit putih dengan rambut klemis menyapanya sumringah. Elena mengingat-ingat. Perawakan yang dirinci oleh pamannya. Tetapi dia tak menemukan ada seorang laki-laki yang dihadapinya ini. Belum cukup keterkejutan Elena, lelaki itu menerobos masuk dan dengan gerakan cepat mengunci pintu kamar. Elena tersadar, alarm bahaya dalam pikirannya sedang menggema. Dia punya niat jahat. "Maaf, kau salah kamar," ucapnya tegas. "Casi. Kau tak tahu betapa aku sangat merindukanmu," keluhnya manja. "Ayo, sayang. Kemarilah, aku sangat ketagihan dengan pelayananmu," tambahnya. "Dasar sinting. Siapa pria ini," pikir Elena. Dia mundur melakukan langkah kuda-kuda. Kalaupun tendangannya gagal, dia akan teriak sekencang mungkin. "Pergi dari sini, siapa kau?" Akhirnya Elena tak tahan untuk tidak bertanya. "Hahahaha..." Suara tawa memenuhi kamar. "Jangan berpura-pura lupa, Cas. Bukankah kita telah bersenang-senang dibelakang Alex dan sepakat untuk mengulanginya? Apa sekarang kau menolak kedatanganku, hah?" jawabnya menyeringai. Pria ini jauh lebih menakutkan dibanding Alex. Elena bisa menebak arti kata senang-senang dibelakang Alex. Oh mungkinkah saudaranya juga berselingkuh. Tidak mungkin Casandra melakukan hal serendah itu. "Oh hoo. Bahkan kau terlihat semakin cantik sejak terakhir kali kita bertemu," tambah pria itu dengan gerakan cepat mendekati Elena hendak memeluknya. Elena sigap menghindar dan berlari menjauh. Dia melempar barang apapun ke arah pria itu hingga membuatnya marah. "Pergi!" pekiknya histeris. "Jangan mengangguku, aku bukan Casi." "Dan kau sekarang pura-pura lupa ingatan? jangan menipuku." Pria itu mendekat kembali dan Elena berhasil menendangnya. Namun kemarahannya semakin tersulut. Elena pikir, pria ini pasti saudara iparnya. Sang paman mengatakan jika mansion Alex hanya ditinggali keluarga dekat. "b*****h. w************n! beraninya kau lakukan ini padaku. Kau benar-benar menolak lupa, Casi. Baiklah, aku akan mengingatkanmu betapa malam-malam kita sangat menyenangkan," ujarnya dengan senyum licik. Elena segera berlari ke pintu namun tertahan. Malang, lelaki itu mencekal kakinya yang jenjang dan dia pun terjatuh. "Mau lari kemana sayangku, disini hanya ada kita. Ayolah, jangan malu-malu," goda pria itu menelan ludah. Kakinya begitu mulus tak ada bercak. Walaupun ia menutup lekuk tubuhnya dengan cardigan dan baju tidur, namun pria itu masih dapat membayangkan betapa indah tubuh Casandra. Pria itu segera menangkap badan Elena saat ia dengan cepat berdiri. Dipeluknya Elena yang meronta-ronta. Bahkan ia sampai menendang ke segala arah, dan tangannya memukuli d**a pria itu. Tak berpengaruh. Elena merasa panik. "Alex ...." "s**t. Kenapa aku justru memanggil dia," batin Elena. "Tak ada gunanya, tidak ada siapapun yang akan mendengarmu," ledeknya dengan puas. Elena segera menendang kandung kemihnya begitu ia lengah dan dug berhasil. pria itu memegangi bagian vitalnya yang terkena tendangan tiba-tiba. Sambil bersumpah serapah. "Dasar, pelac*r," geramnya marah. Elena tak peduli, dia semakin mengeraskan suaranya. Walaupun pintu terkunci dan temboknya begitu kokoh. "Alex......." Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN