17. Bukan Aksata

656 Kata
“W – Who are you?” Kartajaya tersentak saat mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya sendiri. Benaknya dipenuhi banyak tanya, bagaimana bisa dirinya berbicara dengan bahasa yang sangat asing itu, dan mengapa bisa mengerti padahal ia tidak tahu dan tidak pernah mempelajarinya sama sekali? “Aksata!?” panggil manusia berkulit putih dan memiliki tubuh yang sangat gagah itu. Pria itu menunduk dan mengelus kening Kartajaya. “Are you okay? Don’t you remember me?” Kartajaya mengerjap bingung lalu mencoba beringsut mundur, menghindari sentuhan orang aneh yang terlihat khawatir padanya. Tapi sebenarnya, yang paling aneh adalah dirinya sendiri, mengapa dia bisa mengerti kalimat asing dan bisa mengucapkannya dengan mudah. “I – I am okay…” lirih Kartajaya. Ditengah keterpanaan, Kartajaya pun bangun dari baringnya, namun upayanya tersebut tak sejalan dan tak selaras dengan keinginan hatinya. Kartajaya merasa nyeri dimana-mana. Ia tak bisa bergerak dan kesulitan untuk mengendalikan tubuhnya. Bahkan untuk menoleh ke samping pun ia kesulitan, ada sesuatu berwarna putih yang melilit leher Kartajaya. “W – What is it?” pekik Kartajaya. “Ah, that is your neck cervical collar…” jawab pria berkulit hitam. Otak Kartajaya bekerja keras menerjemakan apa itu cervical collar, Bahasa aneh apa lagi yang baru saja didengarnya? “Neck cervical collar?” gumam Kartajaya. “Ya, Aksata. Itu adalah penyangga lehermu yang terluka. Kau jatuh saat masa pelarianmu. Beruntung kau tidak jatuh ke dalam jurang. Jadi kami masih bisa menemukan dan menyelamatkanmu.” “Jurang!? Aku tidak jatuh ke dalam jurang tetapi ke dalam danau.” Walau kepalanya pening karena rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuh dan hal-hal aneh yang terjadi sekarang, tapi Kartajaya masih ingat dengan jelas bahwa dirinya tenggelam di dalam danau misterius yang berkabut dan memiliki makhluk aneh berwujud cahaya tali berwarna biru. Tali itu menarik Kartajaya hingga terjebak di dalam pusaran badai yang terjadi di dasar danau dan membuat seluruh tubuh Kartajaya berputar-putar mengikuti arusnya. Putaran yang sangat mengerikan hingga Kartajaya hilang kesadaran setelahnya. Semua orang yang ada di dalam ruangan saling memandang dengan alis terangkat. Mereka heran dan bingung mendengar ucapan Kartajaya barusan. “Ya, Aksata. Kau memang tidak jatuh ke dalam jurang. Tetapi kau jatuh ke area cekungan hutan yang cukup dalam sehingga kamu mengalami patah tulang, benturan di kepala dan luka-luka luar lainnya. Tapi kau tidak jatuh ke dalam danau. Tidak ada danau di sana…” “Tapi aku memang jatuh ke dalam danau lalu… lalu… oh ya, A – Aku bukan Aksata. Kalian salah mengira. Aku adalah Kar…” “Sshhh!” seorang pria muda yang sangat tampan menyela Kartajaya dengan raut wajah sinis dan tak suka. Pria itu memicing menatap Kartajaya, “Bocah! Sepertinya kepalamu menjadi kacau saat terbentur bebatuan. Kau melantur sekali. Atau justru kau kehilangan ingatan? Coba katakan misi apa yang kau lakukan sampai kau terjatuh di dalam hutan terlarang?” Semua orang serempak menatap Kartajaya. Mata mereka tajam mengamati kondisinya yang masih terbaring di atas ranjang. “Misi apa, bocah? Kami menunggu jawabanmu!” “M – Misi? Aku hanya sedang melarikan diri dari musuh.” Jawab Kartajaya. “Aku tidak tahu misi macam apa yang kalian maksud?” “Fix! Dia hilang ingatan. Kita harus memanggil dokter untuk memeriksa kepala kecilnya itu…” ujar si wajah sinis. Pria berkulit putih yang gagah itu pun mengangguk, “Kau benar, Arsen. Mari kita panggil dokter Sam untuk memeriksa seluruh kondisi Aksata. Mungkin saja benturan yang dialami kepalanya menyisakan trauma dan membuat ingatannya hilang.” “Ide bagus. Aku akan memanggilkan dokter Sam untuk memeriksanya.” Ujar pria sinis bernama Arsen itu. Sebelum ia berbalik pergi, Arsen kembali menatap Kartajaya, senyum sinis penuh rasa tak suka mengembang di bibirnya. “Jangan banyak melantur, kau bocah dekil. Awas saja kalau sampai kau berpura-pura hilang ingatan untuk menyelamatan diri sendiri dari hukuman. Ingat, Kita telah gagal melaksanakan tugas, dan kehilangan nyawa anggota tim di tangan jenderal psikopat itu. Jadi jangan menyelamatkan diri sendiri dengan cara menjijikan seperti ini…”  ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN