SEBILLE
New Castle, Inggris, 2033
Aku terbangun keesokan paginya saat sinar matahari menyinari wajahku . Aku langsung duduk terjaga dan seperti merasakan kehadiran seseorang semalam di kamarku. Apa mungkin dia? Tidak sepertinya itu tidak mungkin. Bukankah orang itu sudah lama pergi meninggalkanku begitu saja tanpa pamit. Apakah karena aku merindukan orang itu sampai aku merasa dia berada di sini semalam? Ya mungkin karena aku merindukannya.
Aku melompat dari tempat tidur dan menjalani ritual pagiku. Setelah berpakaian rapi, aku menatap bayanganku di cermin dengan rambut pirang madu tergerai sampai melewati bahu yang hanya di hiasi sebuah jepitan rambut. Aku paling tidak suka melihat hidungku sendiri yang kecil dan mungil, tapi aku menyukai warna mataku dengan warna hijau cerah. Setelah merasa yakin dengan penampilan pagi ini, aku turun ke bawah sambil bersenandung riang. Harum makanan segera tercium saat aku telah tiba di ruang makan. Semuanya telah berkumpul di sana.''Selamat pagi semuanya!''
''Pagiiii!''seru mereka bersamaan.
Aku mengambil beberapa wafel dari meja dan menyiraminya dengan sirup maple.''Jadi kemarin kalian pergi kemana?''tanyaku sambil mengiris-iris kue wafelku. Semuamya terdiam dan menghentikan kegiatan makan mereka.
''Kami pergi menemui seorang te...man,''jawab kakakku dan mereka kembali makan.
''Oh begitu.''
Aku memandangi anggota keluargaku satu persatu dan aku menyuapkan potongan besar wafel ke mulutku. Sepertinya mereka sedang menyembunyikan sesuatu kalau dilihat dari gerak-gerik mereka yang agak mencurigakan.
''Sebille,"panggil ibuku. Tangannya yang lembut dan hangat mengenggam tanganku.
''Ya . Ada apa, bu?''
Ibuku menatapku dengan cemas dan ada keragu-raguan dalam sorot matanya.
''Apa terjadi sesuatu?''
Ibuku menggelengkan kepalanya.''Tidak ada yang terjadi. Ibu dan kakak-kakakmu sudah membicarakan hal ini semalam dan kami memutuskan untuk mengirimu pergi ke suatu tempat yang aman. Tentu saja kamu tidak sendirian pergi ke sana. Amerthya dan Ethan akan menememanimu. Kamu mau kan, sayang?''
''Aku tidak mengerti. Kenapa aku harus pergi ?Aku merasa aman di sini bersama kalian.''
Ibuku meremas tanganku lebih erat.
''Dengarkan ibu! Kamu sudah tidak aman bersama kami di sini, meskipun Ethan sudah melindungi rumah ini dengan sihir, tapi itu tidak cukup. Setiap saat mereka akan kembali untuk mengambilmu dari kami.''
''Siapa?''
Ibu memandangi kakakku untuk meminta bantuan untuk menjelaskannya kepadaku.''Kami sudah tahu kejadian kemarin sore .Ada salah seorang keluarga penyihir yang mencoba membunuhmu.''
''Dari mana ibu tahu?''
''Orang yang menolongmu memberitahu kami. Untung saja dia datang tepat waktu, kalau tidak mungkin kamu sudah dibunuhnya.''
Aku menelan ludah dengan susah payah. Aku kembali teringat dengan pria misterius itu, jadi dia diam-diam telah memberitahu keluargaku. Aku mengembuskan napas pasrah. Aku menatap ibuku dan berkata,''Apa kepergianku dari sini diperlukan? Sekarang aku baik-baik saja. Mereka hanya sekumpulan orang-orang gila. Lagi pula aku hanya ingin membantu mereka menemukan mayat anak mereka.''
Aku menusuk-nusukkan garpu dengan kuat ke atas kue wafelku dan memakannya dalam potongan besar.
''Kamu akan pergi bersama Ethan dan Amerthya,''kata ibuku bersikeras.
''Aku tidak mau. Aku akan tetap tinggal bersama dengan kalian di sini.'' Aku menatap ibu dengan kesal. Seketika selera makanku menjadi hilang dan aku merasa tidak lapar lagi.
''Turuti apa kata ibu.''
Elwyn yang sejak tadi diam membuka suaranya. Ia terlihat begitu muram dan sedih . Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya sepertinya ada yang menganggu pikirannya sekarang.
''Bagus sekali. Kalian semua kompak sekali mengusirku pergi dari sini.''
''Kami tidak mengusirmu dari rumah ini. Rumah ini akan tetap menjadi rumahmu,adikku sayang.''
Kakakku Carmichael memberikan senyuman lebar untukku.'' Kamu pergi hanya untuk sementara setelah semuanya aman, kamu bisa kembali lagi ke rumah ini,''katanya kemudian.
''Yang dikatakan kakakmu benar, Sebille,''kata ibuku.
''Aku tidak mengerti . Apa yang sebenarnya terjadi? Bisakahkah kalian menjelaskannya kepadaku? Kejadian kemarin sore hanya semacam sebuah kesalahan. Itu tidak akan terjadi lagi.''
''Kamu tidak mengerti, sayang,''kata ibuku lagi.
''Kalau begitu jelaskan kepadaku,''kataku dengan kesal.
Semuanya diam. Aku memandangi seluruh anggota keluarga satu persatu dan tidak ada satu pun yang mau menjelaskannya. Bagus sekali. Aku bangkit dari kursiku, lalu pergi dengan perasaan kesal. Ada apa dengan mereka? Sebelumnya mereka tidak seperti ini penuh dengan rahasia-rahasia yang tidak ingin dibaginya denganku. Ini benar-benar sangat menyebalkan.
Aku menutup pintu kamarku keras-keras sampai hampir semua dinding atas bergetar dan aku tidak peduli, jika mereka memarahiku. Aku duduk di tepi tempat tidur dengan tangan terlipat di d**a dengan wajah cemberut.
Aku sangat mengerti, jika mereka sangat mencemaskanku, tapi tidak sampai harus menyuruhku pergi dari sini. Suara derum mesin mobil menarik perhatianku. Aku berjalan menuju jendela dan menyibakkan sedikit tirai . Kulihat kakakku akan segera pergi bekerja .
Sejak kami tinggal di sini , Carmichael membuka usaha perkebunan dan peternakan milik keluarga . Wajahku merona merah saat Aimee mencium kakakku dengan sangat mesra sebelum pergi. Aku sangat iri dengan kemesraan mereka yang selalu mereka tunjukkan di mana pun mereka berada. Aku harap suatu hari nanti, aku akan mendapatkan suami yang mencintaiku seperti kakakku yang sangat mencintai istrinya.
Aku kembali duduk di tempat tidur, memandang kamarku yang sudah aku tempati selama empat belas tahun. Terlalu banyak kenangan manis di sini dan aku enggan, jika harus pergi dari rumah ini dan juga kamarku. Suara ketukan di pintu lagi-lagi membuatku terkejut.
''Masuk!''
Aimee muncul dari balik pintu dengan wajah tersenyum.''Hai!''
Dia langsung duduk di sampingku. Aku sempat terpesona dengan kecantikan Aimee di bawah sinar matahari pagi yang menerobos masuk melalui jendela kamar.''Kamu baik-baik saja?''tanyanya.
Aku mengangguk pelan.
''Pasti kamu merasa kesal dan marah, karena mereka menyuruhmu pergi, tapi ini semua demi kebaikanmu. Kami ingin kamu tetap aman.''
Aku baru saja akan membantah perkataannya, tapi Aimee langsung menyuruhku untuk tidak bicara dulu.''Silahkan lanjutkan!''kataku.
Aimee memelankan suaranya dan bicara denganku setengah berbisik.
''Sebenarnya mereka menyuruhku tidak mengatakan apa pun kepadamu, karena mereka tidak ingin membuatmu merasa cemas.''
Aimee terdiam sebentar sebelum melanjutkan ceritanya lagi.''Sebenarnya kemarin sore kami bertemu dengan seorang penyihir hebat dari Endoria dan dia menceritakan semuanya kepada kami tentang bahaya yang akan kamu hadapi.''
Aku menatap Aimee dengan raut wajah bingung, kemudian Aimee menceritakan semuanya tentang pembicaraan keluargaku dengan pria penyihir yang bernama Asael di café Greeny Eastree. Selama aku mendengar ceritanya, aku tidak percaya.
Sekarang aku mengerti apa yang di katakan hantu Emilio kepadaku dan pantas saja orangtua Emilio juga ingin membunuhku. Kehidupan masa laluku memang penuh dengan jejak darah. Apakah aku sejahat itu sampai menghancurkan Endoria? Aku benar-benar tidak percaya. Lagi pula diriku yang dulu tidak ada hubungannya dengan diriku yang sekarang. Aku adalah wanita baik-baik dan belum pernah melakukan tindak kejahatan.
''Itu sebabnya kami sangat mencemaskanmu. Setiap saat Adam dan orang-orangnya akan menculikmu dan membunuhmu. Kami hanya ingin menyembunyikanmu sampai keadaan aman lagi.''
''Tapi sampai kapan?''
''Aku tidak tahu, Sebille.'' Aimee menatapku dengan pandangan sedih.''Kami tidak ingin kamu pergi, tapi kamu harus pergi demi keselamatanmu.''
Aku mengembuskan napas panjang, lalu berdiri dan berjalan menuju jendela, memperhatikan makhluk kambing bersayap dengan seseorang yang memakai jubah coklat sedang mengawasi sekitar rumah ini. Apakah mereka adalah suruhan penyihir yang bernama Asael itu? Aku membalikkan badanku, lalu mengembuskan napas panjang sebelum akhirnya aku duduk kembali di samping Aimee.
''Baiklah. Aku akan pergi,''kataku dengan perasaan berat yang menghimpit dadaku.
Aimee tersenyum dan mengusap-usap punggungku dengan lembut. ''Itu keputusan yang sangat tepat. Kamu akan aman di tempatmu yang baru.''
''Apa kamu tahu kemana keluargaku akan mengirimku pergi?''
''Ravenwood.''
''Tempat apa itu? Aku belum pernah mendengar ada nama tempat seperti itu di Inggris.''
''Memang tidak ada. Itu suatu tempat di mana para penyihir dan makhluk-makhluk sihir dari Endoria tinggal. Tempat itu letaknya tersembunyi di kota ini. Tak seorang pun tahu tentang tempat itu. Aku sendiri juga tidak tahu, tapi kamu akan aman di sana.''
''Semoga saja, tapi apa mereka tidak akan membenciku , jika aku pergi ke sana? Bukankah aku sudah pernah menghancurkan tempat tinggal mereka.''
''Jangan cemas! Semuanya telah diatur. Asael sepertinya sudah mengumumkan kedatanganmu di sana.''
''Sekarang kita bereskan pakaianmu dan barang-barangmu . Aku akan membantumu.''
Aku menganggukkan kepala pelan dan menuruti apa yang dikatakan Aimee. Aku mulai membereskan beberapa pakaian yang aku bawa dan beberapa barang lainnya yang aku perlukan. Semuanya aku masukan ke dalam sebuah koper besar dan sebuah tas ransel.
''Semuanya telah siap. Besok kamu , Amerthya dan Ethan akan pergi ke Ravenwood. Ada seseorang yang akan menjemput kalian. Dia adalah utusan yang dikirim oleh oleh Asael untuk menjemput kalian,''kata Aimee.
''Aku pasti akan merindukan kalian semua.''
''Kami juga akan merindukanmu terutama Elwyn. Kalian berdua selalu bersama-sama dan tak terpisahkan dan sekarang kalian harus berpisah. Elwyn sebenarnya tidak menyetujui kamu pergi, tapi ia terpaksa membiarkanmu pergi. Dia sangat sedih.''
''Kasihan Elwyn. Nanti aku akan bicara dengannya.''
Aimee bangkit berdiri dan merapikan gaunnya.''Aku akan melihat keadaan Emerico dan Applemary. Tadi mereka sedang bermain di taman.''
''Baiklah.''
Aku kembali menoleh ke arah luar jendela setelah Aimee meninggalkan kamarku. Makhluk itu masih berdiri di atas pagar di depan kamarku, diam dan memperhatikan dengan tatapan matanya yang waspada.
***
Keesokan paginya saat sarapan pagi telah selesai, aku dan Elwyn berbicara banyak di kamarku. Elwyn secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya dengan kepergianku, tapi akhirnya ia merelakan aku pergi , setelah kami berdua berjanji untuk saling bertukar kabar.
''Kamu harus menjaga dirimu baik-baik di sana dan jangan mudah mempercayai orang. Sampai saat ini aku masih belum mempercayai Asael.''
''Aku tahu. Aku akan menjaga diriku dengan baik. Kakak tidak perlu cemas.''
Elwyn kemudian memelukku dengan erat seolah-olah ini adalah pertemuan terakhir kami.''Aku akan merindukanmu,''tambahku kemudian.
''Aku juga akan merindukanmu.''
Kami berdua kemudian tersenyum dan menghapus air mata yang sempat keluar.
''Lady Sebille, sudah saatnya Anda pergi. Mereka sudah menunggumu di bawah,''kata Nymphadora yang muncul di depan pintu kamarku.
''Baiklah Nymph. Aku akan segera turun.''
Aku kemudian mengikuti Nymphadora turun ke bawah di ikuti Elwyn di belakangku. Saat menuruni anak tangga terakhir, aku mendengar dengung percakapan yang berasal dari ruang keluarga. Semuanya telah berkumpul di sana dan aku melihat orang asing mengenakan jubah hijau berdiri membelakangiku sedang bicara dengan Carmichael.
''Bibi Sebille!''seru Applemary yang pertama kali menyadari kehadiranku. Semuanya kemudian menoleh ke arahku.
''Kamu!''seruku saat melihat pria asing yang telah menolongku beberapa hari yang lalu.
Pria itu tersenyum dan membungkukkan badanya kepadaku sambil member salam.
''Selamat pagi, Lady Sebille!''
''Pagi , Seraphin! Jadi kamu adalah utusan Asael untuk menjemputku?''
''Benar.''
''Jadi kamu mengenalnya?''
''Dia adalah masterku.''
''Oh. Aku mengerti sekarang.''
''Master Asael telah menunggu Anda. Apa Anda sudah siap pergi?''
Aku mengangguk pelan, lalu Seraphin mulai membacakan sebuah mantra .
Crearem ostiume une nos creux Ravenwood
Di salah satu dinding kosong yang berada di ruang keluarga tiba-tiba mengeluarkan cahaya putih menyilaukan dan perlahan-lahan terbentuk sebuah pintu berwarna biru berkilauan. Aku terpana melihatnya. Ini hebat. Pintu itu terbuka dengan sendirinya dan cahaya putih berkilauan berada di balik pintu itu.
''Pintu ini adalah portal menuju desa Ravenwood yang berada di suatu tempat di Inggris bagian selatan,''kata Seraphin.
Sebelum aku melangkahkan kakiku menuju pintu itu, aku menoleh ke belakang dan mendapati anggota keluargaku terlihat sedih. Ibuku langsung memelukku dan berkata,''Jaga dirimu baik-baik.''
Lalu kakakku Carmichael memelukku begitu pun juga Aimee. Kedua keponakanku Emerico dan Applemary menubruk tubuhku.
''Bibi Sebille, segeralah kembali! Kita main bersama lagi,''kata Applemary.
''Benar. Kita main lagi bersama. Aku akan merindukanmu , bibi Sebille,''kata Emerico dengan mata berkaca-kaca dan tak lama kemudian air matanya keluar. Aku memeluk mereka berdua dengan erat.
''Aku juga akan merindukan kalian berdua.'' Sementara itu Amerthya dan Ethan sedang berpamitan kepada Nymphadora , lalu kakakku menghampiri Seraphin .
''Katakan kepada Asael! Jaga adikku baik-baik!''
''Tentu. Master Asael akan menjaganya dengan baik. Anda tidak perlu cemas.'' Kakakku kembali berjalan ke sisi Aimee. Kini ibuku sedang bicara dengan Amerthya dan Ethan.
''Tolong jaga putriku!''
''Anda tidak perlu khawatir, kami akan menjaganya dengan baik.''
Aku melihat Nymphadora terisak menangis dan dia menghampiriku, lalu memelukku.''Gadis kecilku,''bisiknya.
Setelah itu Nymphadora melepaskan pelukannya dan tersenyum kepadaku.''Sampai jumpa lagi!''
''Sampai jumpa, Nymph!''
''Sudah saatnya kita pergi,''kata Seraphin.''Pegang tanganku, Lady Sebille!''perintahnya.
Aku dan Seraphin memasuki kilaun cahaya putih diikuti oleh Amerthya dan Ethan di belakangku. Saat aku membuka mataku, aku melihat pemandangan yang sangat indah. Bunga-bunga berwarna-warni bermekaran di sekelilingku. Aku mencium bau harumnya bunga yang terbawa oleh angin.
''Selamat datang di Ravenwood!''kata Seraphin.
''Tempat ini sangat indah,''kataku.
''Anda akan menyukai tempat ini, Lady Sebille,''kata Seraphin.
''Di mana Asael?''tanya Ethan. Matanya memandang ke seluruh taman ini.
Ketika Seraphin akan menjawabnya, tiba-tiba terdengar pintu terbuka yang berasal dari rumah tua yang sebagiannya terbuat dari kayu. Semuanya memandang ke arah sosok seseorang yang mengenakan pakaian jubah berwarna biru yang sedang berjalan menujuh ke arah kami. Sosok pria itu semakin mendekat dan sekarang aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Aku sempat terpesona dengan ketampanan pria yang sekarang ada di depanku.
Pria itu tersenyum tipis kepadaku. Rambut pendeknya yang berwarna pirang madu di sisir rapi ke belakang menggunakan jelly rambut . Rahang wajahnya sangat kokoh dan mata birunya terlihat sangat jernih.
''Selamat datang di Ravenwood, Lady Sebille, Amerthya dan Ethan!''katanya.''Kuharap kalian akan senang tinggal di sini.''
Pria tampan itu kemudian mendekatkan wajahnya kepadaku, bau harum jelly rambutnya bercampur dengan aroma lemon menusuk hidungku.''Ini pertama kalinya kita bertemu lagi setelah bertahun-tahun kita tidak berjumpa. Namaku Asael.''
Aku terkejut saat pria itu menyebut namanya. Aku tidak menyangka penyihir yang bernama Asael itu begitu tampan, bahkan mataku tak berkedip dan tidak sadar menahan napasku saat aku memandangnya. Saat aku memandang matanya yang indah, aku menyadari sesuatu yang sejak dari tadi menganggu pikiranku. Tak salah lagi itu mata milik malaikat pelindungku yang tiba-tiba menghilang tanpa mengatakan apa pun padaku.
''Tuan dokter penyihirku,''gumamku.