Chapter : 6

1859 Kata
Tiger duduk memandang sepasang turis tengah makan dengan lahap walau hanya indomie saja. Kris dan Jesslin katanya mereka dalam perjalanan bulan madu ingin ke bali tapi memilih mampir di jakarta untuk jalan-jalan sayangnya sekarang malah terjebak di situasi yang tidak pernah merekla bayangkan. “Apa kau pemiliknya?” tanya Kris membiarkan istrinya memakan semuanya. “Bukan, saya hanya menumpang. Kalau bertanya apa ini di bolehkan atau tidak, pikirkan itu nanti saja karena sekarang keselamatan kita lebih penting.” Tiger memang pengangguran namun jika berhubungan dengan bahasa inggris ia begitu fasih karena dalam permainan game dia juga kadang berlawanan dengan orang luar jadi sekarang sangat berguna. “Senjatanya bagus.” Celetuk Jesslyn menyudahi sarapannya setelah semua tandas. “Untuk berjaga-jaga ambil saja, saya harus keluar mencari adik saya.” Ujar Tiger meraih senapan laras, menyiapkan beberapa peluruh dalam tas yang tergantung disana. “Kembali kemari lagi?” tanya Kris lagi meraih setelan olahraga yang di berikan Tiger. “Tentu saja, hanya tempat in yang aman.” “Kalau begitu, kami ikut. Sepertinya seru bertarung dengan mereka, biasanya hanya menonton di film dan sekarang mutan berada di depan kami.” Ujar Jesslyn antusias di angguki Kris. Tiger termangu diam mendengar kata gadis pirang itu. Tak percaya jika ada orang yang berpikiran bodoh seperti mereka. Wong edan! Desis Tiger menahan kesal pada mereka. tau gitu gue gak nolongin lo berdua, sialan. Kata-kata mereka terdengar begitu meledek bagi siapa pun yang mendengarnya termasuk Tiger. Kata orang jangan takabur menganggap enteng masalah karena kita gak tau apa yang akan terjadi ke depannya nanti, dan Tiger bukan menyumpahi mereka tapi mengingatkan walaupun hanya lewat tatapan saja. “Terserah kalian.” Lontar Tiger berjalan me arah pintu, sedikit mengibas penutup pintu kaca sekedar melihat situasi di luar. “Sial. Kayaknya mereka ngikutin tuh dua bule gila, makin banyak mana nunggu di depan lagi.” Tiger berbalik menatap Kris dan Jesslyn, keduanya tampak menunggu intruksi darinya. “So?” “Wait for the sun to be above first.” Jawab Tiger dan mereka mengangguk. Sama halnya dengan Jaka, pria itu bangun dari tidurnya lalu bersiap melanjutkan perjalanan untuk sampai ke tempat dimana sahabatnya menunggu. Sejenak berlindung melihat mutan mondar mandir di sana, tatapannya beralih pada mobil putih yang terbuka lebar di tengah jalan.“Hah... sayang gak ada jalan yang bisa di lalui sama mobil.” Gumamnya sebelum melihat lorong di samping restoran tak jauh dari tempatnya bersembunyi. “Ada jalan menuju roma.” Senangnya bersiap untuk berlari ke arah mobil. Dengan perasaan yakin ia keluar menembak mereka yamg berlari kearahnya. Mulut berlumuran darah bercampur liur merembes kebawah, ada yang hanya berjalan tertatih-tatih ada pula yang berlari ke arah Jack. Sampai dari dari samping sesuatu melompat dari atap mobil ke mobil hingga menerjangnya. Eerrhh... suara erangan itu begitu jelas, Jaka yang mendapat serangan tak sempat menarik pelatuk senjata ikut terguling begitu salah satu dari mereka menangkapnya. Trak!! Senjata Jaka terlempar sedikit jauh dari jangkauannya. Melihat mangsa sudah berada di tangan kawanannya, para mutan berlarian ke arah mereka membuat Jaka terhimpit. Dalam situasi yang mendebarkan itu seseorang dari atas gedung melihatnya santai. Syut.. tassh..!! Jaka tengah berusaha menahan mutan di atasnya menengok melihat beberapa dari mereka tumbang karena tembakan yang entah darimana asalnya. Melihat hal itu, Jaka mencoba menendang perut mutan itu dan terlepas juga. Sebelum merangkak untuk mengambil senjata nya, ia kembali di serang hingga terlembar ke kap mobil. Jaka meringis merasakan punggungnya remuk, ia mencoba melawan meraih besi di bawah kaki dan mengayungkan ke arah mutan tersebut. Begitu mutan itu terjatuh yang lain datang menyerang sampai Jaka kembali terjepit. Ctash..!! Tembakan itu menyelamatkannya lagi, kaki nya yang lemas membuatnya merosot Ia merangkak meraih senjatanya dan Ctash!! Dalam keadaan berbaring Jaka terus menarik pelatuknya sampai matanya tak sengaja melihat titik merah di kepala mutan yang berlari kearahnya. Sniper!! Jaka segera bangun setelah di rasa ada kesempatan, dengan tangan masih terus menembak di bantu oleh orang yang entah dimana keberadaannya Jaka berlari ke arah mobil dari belakang para mutan terus berjatuhan tak satu pun meleset dari tembakan membuat Jaka berpikir, sehebat apa sniper ini sampai gak ada yang meleset, satu pun gak ada. Brak!! Jaka menutup pintu keras lalu menguncinya, untung saja kunci mobil masih tergantung aman di dalam sana. Deg!! Jantung Jaka seakan copot kala melihat titik merah berada depan kaca mobil, sebelum ia mengikuti arah titik merah itu yang terlihat menulis sesuatu. “Pergi dari sini?” gumam Jaka setelah membaca pesan dari titik merah tersebut. Pippp..!! Bunyi klakson dari Jaka menggema sebagai tanda terimakasih, sayangnya para mutan tidak membiarkannya lolos. Mereka menaiki mobil Jaka walau mendapat tembakan namun mara mutan terus berdatangan membuat Jaka mau tak mau tetap menjalankan mobil tersebut sampai berputar berharap para mutan jatuh dan benar saja mutan itu berjatuhan tapi meskipun begitu mereka masih mengejar. Jaka menoleh ke belakang, sekilas tanpa sengaja ia melihat seseorang berpakaian serba hitam di tengah gedung namun bukan itu yang membuatnya tertarik melainkan orang tersebut seorang gadis. “Cantik!!” gumamnya tersenyum, sebelum memasuki lorong ia sekali lagi membunyikan klaksonnya. “Dasar bego!!” ujar Esther melihat kepergian pemuda itu dengan mobil putihnya. “Hhh... mereka gak ada habisnya, sial!” menghentikan tembakannya takut-takut ia malah kehabisan peluru sementara tujuannya masih sangat jauh. Esther bukan untuk ke rumah sakit ataupun bandara, ia hanya ingin ke lap sang ayah untuk menghentikan kegilaan ayahnya itu. Sementara untuk kesana membutuhkan waktu yang lama, dia saja baru sampai disini karena mutan sialan itu. Esther hanya bisa menghela nafas kasar melangkah pergi dari sana. * * * “Lo dokter mana?” tanya Andi pada Niko, mereka memutuskan untuk berbicara santai mengingat umur hanya berbeda beberapa tahun. “Rumah sakit ibu dan anak, kalau kesana kita juga gak tau disana aman atau gak karena soalnya itu mereka udag pada masuk gedung.” Jawab Niko diam-diam menolak panggilan seseorang. “Siapa?” tanya Andi lagi mengetahui apa yang dia lakukan. “Ah, hanya orang.” “Yakali pengangguran bukan orang, lucu lo. Mending di angkat deh, kasian dia khawatir sama lo. Kita disini lagi berjuang, setidaknya mereka yang nunggu kita selamat tau bahwa kita akan kembali suatu saat nanti entah selamat atau tidak hanya pencipta yang tau.” Ujar Andi berdiri tak lupa menepuk pundak Niko sebelum pergi. Nika menghela nafas tetap menolak panggilan dari Tiger, hatinya masih sakit mengingat kedua orang tuanya. Entah mengapa ia menyalahkan Tiger dalam hal tersebut meski tahu sang kakak juga terluka atas kepergian orang tua mereka. melihat Tiger menghubunginya ia jadi tau bahwa pria berbahu lebar itu masih selamat. Sementara Tiger mendapat penolakan menyumpah serapah Niko sampai-sampai emosi nya meluap begitu saja. Tanpa menunggu para mutan mundur, ia membuka pintu dan secara membabi buta dia menembaki mereka. sayangnya para mutan tak bergeming tetap berjalan ke arahnya dan juga pasangan bule gila kalau katanya sih. “Sial. Kenapa mereka gak.. ah benar juga, kepala!” Tiger menembak kepala salah satu dari mereka hingga berkali-kali karena baginya ini pertama kali memegang senjata api asli jadi sedikit kaku. “Shoot his head!!” ujarnya dan mendapat anggukan dari pasangan di sampingnya. Tembakan terus mereka layangkan sampai saling memunggungi, setelah dirasa cukup mereka pun berlari meninggalkan toko. Dengan masing-masing memegang HT mereka berpencar, dengan tujuan swalayan. Itu tujuan pasangan bule tadi, kalau Tiger sudah pasti mencari adik nakalnya. Seakan lupa situasi, Tiger terus berlari sesekali menembak layaknya penembak handal walau beberapa kali meleset. “Sial.”berhenti di perapatan kala melihat rombongan mutan berjalan ke arahnya. Lebih sial lagi di belakang juga berdatangan, kini Tiger berada di tengah-tengah mereka. Pria itu mencoba meyakinkan diri, Tiger mengganti peluruh senapannya setelah di rasa cukup, ia menghirup nafas dalam-dalam memasang posisi yang bagus sebelum memulai membidik mereka. belum sampai lima tembakan yang meluncur, Tiger di kejutkan kedatangan beberapa orang-orang berpakaian hitam lengkap dengan helm layaknya tim serdadu swatt. Orang-orang itu membentuk lingkaran bersama Tiger dan terus melepaskan tembakan ke arah mutan tersebut. “Jendral, mereka semakin mengepung.” Kata David, dan itu terdengar jelas oleh Tiger. Pria itu mendadak kaku mengingat ia memakai senjata api tanpa surat-surat, bagaimana kalau dia malah jadi penghuni lapas? Auch!! Tiger menggeleng keras, bara menyadari hal tersebut. “Hei bung, kalau berpikir memakai senjata tanpa surat merupakan pelanggaran, iru memang betul. Nnamun berbeda jika keadaan sekarang, jadi silahkan lanjutkan tembakanmu sebelum mereka semakin menyudutkan kita.”tegur Bara matanya sedikit melirik ke arah senapan di tangan Tiger kagum. “Senapanmu keren juga.” Ujarnya sebelum kembali fokus pada mutan yang semakin mendekat. “T-terimakasih,” cicit Tiger kembali fokus. Bara memberikan kode untuk melempar gas, “Bisa tutup hidungmu agar kita bisa keluar dari sini.” ucapnya pada Tiger dan dilakukan oleh pria itu. Setelah di rasa aman. Mereka melempar gas berwarna agar mereka tak terlihat oleh mereka, setelah itu Aidil menyeret Tiger untuk mengikuti mereka ke tempat aman. Dan disinilah mereka sekarang, salah satu rumah sakit namun sepertinya terisi mutan jadinya mereka hanya bersembunyi di gang kecil samping rumah sakit tersebut. “Sendirian aja?” tanya Bara. Merasa jika pertanyaan itu untuknya Tiger menjawab, “Terpisah dengan adik, orang tua... m-mereka sudah menjadi salah satu dari mereka.” diakhiri dengan bisikan. Bara dan ketiga anggota nya menurunkan senjata mendengar pengakuan Tiger. “Kami turut berduka.” Ucap Bara mewakili yang lain. Tiger mencoba tersenyum, “ Kalian dari.. “ “TNI AD, angkatan darat dari tim khusus Hunter black.” Potong Bara membuat Tiger berdiri tegap lalu hormat. Melihat hal itu mereka terkekeh pelan. “Bekerja?” tanya David. “Ah, hehe pengangguran kalau adik saya dokter anak di rumah sakit ibu dan anak.” Jawab Tiger tanpa merasa malu sedikitpun. “Pengangguran juga bekerja kan, membuat orang tua awet muda karena selalu mengomel.” Lontar Aidil. “Itu karena kamu pernah.” Ledek Damian yang sedari tadi, dia memang terkenal pendiam. “Sekali ngomong langsung nembak ya anda,” ujar Aidil kesal dengan rekannya. Yang lain terkekeh begitu juga Tiger. “Jadi ingin bergabung dengan kami atau.. “ “Terimakasih pak, tapi saya harus mencari adik saya. Dia hanya tau cara mengobati anak-anak,entah bagaimana dan dimana dia sekarang.” Potong Tiger. “Baiklah semoga berhasil. Ah satu lagi,” Bara berjalan memutari Tiger lalu membuat Tiger mengangkat senapannya, kakinya dibawah sedikit menggeser kaki Tiger. “Dengan begini kamu bisa mengenai sasaran, bahumu jangan sampai terluka karena salah sedikit tulangnya akan menggeser. Ingat, jangan takut mengenai target maka kamu akan terbiasa nantinya.” Pesannya pada Tiger. Merasa bersyukur dapat pelajaran dari seorang jendral, Tiger sekali lagi hormat dan mendapat balasan dari mereka kemudian pamit pergi melanjutkan pencariannya. “Terimakasih pak, semoga kalian bisa selamat. Kalau begitu saya permisi.” “Hati-hati.’ Pesan mereka dan mendapat anggukan. Tiger yang meninggalkan mereka memutar punggungnya melihat rumah sakit kecil itu dan di atas sana sepertinya seseorang terebak. “Pak, di atas sana ada seseorang.” Tunjuk Tiger sebelum berlari meninggalkan mereka. mendengar hal tersebut, Bara dan lain mencoba melihat ke atas dan benar saja terlihat di atas sana seorang perawat mencoba mengirim pesan. Bara meraih teropongnya, “Kami terjebak, salah satu pasien sedang kesakitan ingin melahirkan sementara dokter sudah terinfeksi di ruang rawat. --- Aidil cari kendaraan, kita perlu kendaraan! Kalian berdua ikut saya.” Perintahnya. “Siap jendral!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN