Sangat Menyita Waktu dan Boros

467 Kata
Selesai membersihkan semua ruangan yang menjadi tanggungjawabnya Mumut kemudian mandi dan segera berganti pakaian di kamar mandi dekat pantry, ia juga mengganti jilbabnya dan sedikit merias wajahnya agar terlihat segar. Keluar dari kantor Mumut berjalan menuju halte menunggu kendaraan umum yang menuju kampusnya. Dulu ia punya sepeda motor yang walaupun butut tapi cukup untung menunjang aktivitasnya sayangnya ia harus menjualnya tiga bulan yang lalu untuk membayar biaya semesterannya. Kini ia mesti naik kendaraan umum ke tempat-tempat yang hendak ditujunya. sangat menyita waktu dan boros. Cukup lama menunggu akhirnya bisa kota yang ditunggunya muncul juga, ia segera berlari untuk berebut tempat duduk dengan penumpang yang lain. Ia duduk di bagian belakang di sebelah jendela menatap pemandangan di sepanjang jalan. Sementara itu sang presdir masih berada di kursinya. Tangannya bergerak lincah di kibor laptopnya sementara matanya berpindah-pindah antara layar monitor dan layar smartphonenya. Bian telah menelpon dan mengirim pesan pada Ristie berkali-kali tapi gadis itu sama sekali tak mengacuhkannya, kecemasan terlihat di wajah tampannya. ia ingin meminta maaf sekaligus meminta pengertian dari Ristie karena ini adalah proyek besar yang tak bisa ia lepaskan begitu saja. Ia sudah menuliskan itu dipesannya tapi hanya dibaca oleh Ristie tapi tak dibalasnya. Bian mulai tak sabar, ditelponnya lagi nomor Ristie beberapa kali tapi tak juga diangkat. Ada rasa marah, jengkel, kecewa dan sedih bercampur aduk di hatinya. "Aku tunggu di lauching Zettira," hanya itu jawaban Ristie lewat pesan. Bian mengepalkan tangannya, Ristie benar-benar sedang mengujinya. Ia harus memilih perusahaan atau Ristie. Kalau ia egois ia ingin memenuhi Ristie tapi dia ingat banyak keluarga di perusahaan yang bergantung padanya, ia tak ingin gegabah mengambil keputusan kali ini. Ia mencoba menghitung untuk ruginya bila dia tak menemui Mr. Robert dan dia juga beranggapan kalau Ristie ngambek karena ini pertama kali Bian menolak permintaannya. Bian akhirnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sebelum bertemu Mr. Robert, Hari sudah mulai gelap ketika dia keluar dari kantornya. Sebuah Range Rover sport warna putih keluaran terbaru telah menantinya. Pak Arya segera membukakan pintu untuk penumpang dan Bian masuk ke dalamnya. " Ke rumah, pak," katanya sambil menyandarkan kepalanya. "Ya, Tuan." Pak Arya segera melarikan mobilnya menuju kediaman Bian. Rumah Bian berada di kawasan elit hanya tujuh unit di sana dan tidak setiap orang dapat keluar masuk dengan mudah ke kawasan itu, sistem penjagaan di sana sangat ketat, sehingga orang luar hanya bisa masuk ke sana dengan izin penghuninya. Sampai di rumah Bian segera mandi air hangat dan bersiap untuk menghadiri pertemuan Mr. Robert. Bian mengenakan stelan jas hitam dengan kemeja biru muda yang membuatnya semakin gagah dan elegan. Setelah memerintahkan Randy untuk menjemputnya, Bian duduk di ruang keluarga dan menikmati secangkir kopi bikinan bi Atik. Bi Atik adalah istri pak Arya, mereka berdua sudah lama bekerja padanya semenjak ia masih remaja. Sebuah notifikasi masuk di smartphone Bian. "Jemput aku." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN