Jessi keluar dari ruangannya, menutup pintu dengan bantingan kasar. Kakinya menghentak-hentak ketika melangkah. Mulutnya menggerutu panjang lebar, membuat seseorang tersenyum menatapnya. “Cemburu, Wife?” Jessi terkejut, nyaris melompat ketika Brian tiba-tiba berbisik di dekatnya. Dia masih menenangkan detakan jantungnya saat Brian tertawa terbahak-bahak. Pria itu terlihat bahagia melihatnya nyaris kehilangan nyawa karena serangan jantung. “Brian, Sialan,” raung Jessi murka, “Apa yang kau lakukan?” “Menunggu kamu.” Brian tersenyum, sengaja dibuat semenawan mungkin untuk memikat Jessi. “Kenapa kamu berbicara sendiri?” Brian sedikit menundukkan badannya, mensejajarkan pandangannya dengan mata Jessi. Belum habis debaran karena terkejut tadi, kini Jessi harus dihadapkan pada tatapan Brian