Notifikasi pesan masuk terdengar saat aku melewati nakas tempat suamiku menyimpan ponselnya.
[Om, aku butuh uang untuk sekolah]
Aku membuka ponsel Mas Randy, saat tak sengaja aku melihatnya pesan itu entah dari siapa. Jantung ini seperti ingin keluar dari tubuh dan membuat nadi berhenti seketika.
Citra, nama yang tertera di ponsel suamiku. Jujur aku tak pernah lancang membuka atau ingin tahu tentang isi dalam benda pipih itu. Kepercayaan membuat diri ini tak pernah curiga atau menuduh hal yang tidak-tidak.
Akan tetapi, apa ini? Kepercayaanku hilang seketika sesaat melihat pesan yang membuat hati ini meremuk. Tujuh belas tahun kami menikah, belum sekali pun Mas Randy menyakiti dan membuat luka yang teramat dalam.
Aku menaruh kembali ponsel di nakas, seolah-olah tidak pernah tahu apa yang ada di dalamnya. Walaupun remuk hati ini, kuputuskan mencari tahu lebih dahulu tentang wanita itu, ah, gadis itu.
Terbaca jelas jika dia meminta uang untuk sekolah, apa suamiku seperti yang sering dibicarakan teman arisan tentang sugar daddy?
“Yasmin sayang, sedang apa di sini?”
Pelukan Mas Randy membuat aku terkesiap. Untung saja ponsel itu sudah kembali pada tempatnya dan dia tak curiga jika aku sudah membuka pesan masuk itu. Ah, pelukan ini rasanya membuat aku melupakan hal pahit itu.
“Aku mencarimu, Mas. Raka meminta uang untuk acara di sekolahnya.”
“Nanti Mas kasih, ya.” Ia menyanggupi untuk memberi uang padaku.
“Oke.” Aku menjawab cepat.
Pria berjambang dengan paras rupawan di usia yang memasuki 45 tahun itu selalu bersikap manis dan romantis. Seolah dia tak ingin belangnya tercium olehku. Pintar sekali dalam memainkan permainan. Lihat saja, Mas, aku akan membongkar semua kelakuan busuk kamu.
Mas Randi memberi uang satu juta rupiah untuk Raka dan sisanya kusimpan jika nanti ada kebutuhan mendadak. Walaupun Mas Randi selalu memberi saat aku meminta, tapi aku lebih suka menggunakan yang masih ada di tabungan. Kecuali masalah anak, pasti akan meminta padanya. Dan, sudah pasti suamiku akan memberikan.
Aku gegas memesan taxi online dan mengikuti ke mana mobil Mas Randi meluncur. Semua sudah kupersiapkan jika hati ini akan tercabik-cabik melihat kenyataan yang akan terjadi. Siap menjanda? Ah ... benci dengan kalimat itu. Tak terasa mobil Mas Randy sudah terhenti di sebuah hotel.
Hotel? Jantungku kembali berdetak begitu hebat saat melangkah memasuki tempat ini. Untuk apa Mas Randy datang ke sini? Aku menggeleng membayangkan hal tidak-tidak tentang mereka. Akan tetapi, wajar jika pikiran ini membuat kepala terasa sakit.
Allah....
Apa ini? Aku terus melangkah perlahan sampai akhirnya sosok tubuh itu berhenti di depan sebuah pintu dan ... gadis belia menyapanya dengan manis.
Lutut ini terasa tak bertulang. Akan tetapi, aku harus kuat melangkah menghampiri dua pasangan durjana itu.
“Mas!”
Panggilanku membuat Mas Randi terkesiap melihat aku kini ada di hadapannya. Begitu pun gadis bernama Citra yang langsung mundur masuk kamar.
“b******n kamu, Mas!”
Aku menampar keras wajahnya, setelah itu gegas kudorong gadis itu hingga tersungkur di sudut ranjang.
“Yasmin! Apa-apaan, kamu!” Mas Randi berteriak seraya membatu Citra bangun.
“Kamu yang apa-apaan, Mas! Tega kamu selingkuh dariku. Apa kurang aku, Mas?”
“Dengarkan aku dulu, Yas.”
“Berengsek, kamu gadis kecil!”
Aku kembali menjambak rambut hitam gadis itu, tapi Mas Randi terus saja membelanya sampai dia rela tubuhnya menjadi tameng pukulan bertubi-tubi dariku.
“Sudah! Yasmin, kendalikan emosimu!”
Napas ini terasa sesak melihat Mas Randi begitu melindungi gadis berengsek itu. Dasar licik! Menggunakan air mata sebagai s*****a agar suamiku peduli. Lihat saja, akan kubuat hidup bocah itu menderita.
“Apa yang harus aku kendalikan, hah? Kamu pikir aku nggak waras melihat suamiku dengan gadis kecil di hotel ini dan tidak marah? Pikir pakai otak kamu, Mas. Dia seusia Raka, anak kita! Dasar nggak punya malu!”
Aku menjambaknya dengan sekuat tenaga. Lagi-lagi Mas Randi membantunya, tapi aku mendorong tubuh besarnya dan menampar berulang kali pelakor cilik itu. Tak ada ampun untuk kamu!
“Yasmin!”
Aku tersungkur saat Mas Randi berani menampar hingga membuat tubuh ini terjatuh ke lantai. Embun di pelupuk kini sudah membasahi pipi. Tangis ini akhirnya tumpah menerima perlakuan kasar Mas Randi yang lebih memilih pelakor itu.
“Yas, maafkan, aku.” Mas Randi menghampiriku.
Aku menepis tangan yang hendak memeluk tubuh ini. Jijik aku melihat tampang tak bersalah Mas Randi seakan-akan sebuah penjelasan akan membuat diriku tenang. Allah ... begitu tega dia pada istri yang begitu setia padanya. Gadis itu, ingin kubunuh dengan tangan ini.
“Kita lihat, siapa yang akan berhasil tersingkir dari hidup kamu, Mas. Aku atau dia?!”
Bergegas aku keluar dari kamar itu, dan berlari sekuat aku melangkah ke mana kaki ini membawaku. Sementara, Mas Randi terus mengejar hingga dia berhasil menahan tubuh ini dengan pelukan yang dulu terasa hangat, tapi kini begitu menyiksa.
“Lepas, Mas!”
“Dengarkan, aku dulu. Aku ....”
“Aku apa, Mas? Jangan teruskan kalimat kotor kamu. Begitu tega kamu menduakan aku!”
Aku mendorong tubuh kekar Mas Randi. Untuk apa mendengar dia berbicara, toh tak akan mengubah segalanya. Suamiku menjadi sugar Dady gadis seumuran Raka. Allah ... apa yang akan dikatakan Raka jika mengetahui kelakuan busuk papanya?
“Aku tahu ini salah, tapi semua itu kekhilafanku, Yas. Aku belum siap memberitahu kamu, tapi kamu sudah mengetahuinya.”
“Berhenti membuatku muak dengan penjelasanmu. Kamu pilih aku atau gadis itu?”
“Ini bukan masalah pilihan, tapi—“
“Cukup!”
Aku sudah tidak tahan dengan semuanya. Aku bergegas meninggalkan Mas Randi yang masih mematung di sana. Entah, aku hanya ingin menghilang dan melupakan semua yang hari ini terbongkar.
***
“Kenapa Mama menangis?” Raka bertanya saat aku sampai rumah.
“Papa kamu berselingkuh, Ka.”
“Apa Mama yakin? Nggak mungkin Papa seperti itu.”
Raka begitu dekat Mas Randi, pantas saja dia tak begitu saja mempercayainya. Dahinya mengernyit seolah-olah meragukan penuturanku.
“Awalnya Mama juga nggak percaya sampai Mama datang dan melihat sendiri Papa kamu berada di hotel bersama gadis seusia kamu.”
Lagi-lagi, air mata ini tumpah begitu deras saat mengingat kejadian itu. Raka langsung memelukku dan menenangkan agar aku tidak terlalu kalut.
“Ma, Raka akan buat perhitungan sama Papa. Raka akan buat wanita itu menyesal.” Raka begitu menggebu emosinya.
Hati ini lega saat Raka menenangkanku. Semoga saja dia mengerti apa yang harus ia lakukan. Seumur hidup aku tak akan pernah memaafkan perselingkuhan itu. Tunggu saja Mas, kami akan membalas semua perbuatanmu.
***