Luapan emosi tak terbendung saat Mas Randi datang, lalu seenaknya memakiku. Aku seperti sudah tak mengenalnya sebagai sosok suami penyayang. Kini, ia menjadi arogan dan penuh amarah, seolah-olah tak mengenalku. Pria itu kemarin menelepon dan ingin membicarakan perceraian. Seperti Hendri bilang, jangan menghindar dari Mas Randi. Temui saja dia dan cari tahu apa yang diinginkannya. Begitu pedih hati ini mendengar setiap cacian padaku. Aku tahu, bukan wanita sempurna, tetapi dia tak berhak mengatakan hal yang tidak baik. Untuk kesekian kali aku mencoba meraup oksigen, tapi dia seperti menghimpitku. Membuat d**a ini sesak. Setiap kalimat yang ke luar dari mulutnya membuat hati bagaikan teriris pisau. Tajam dan menusuk. Rasanya aku tak sanggup bangkit setelah tertusuk. “Kamu, kan, yang