Dewi menggigit bibir bawahnya. “Aku tidak mau,” jawabnya lugas. “Tidak mau? Kamu harus mau,” sanggah Adam memaksa. “Apa kamu melupakan keinginanmu dan tujuan hidupmu?” “Terserah. Aku sudah tidak menginginkannya,” jawab Dewi dengan penuh keyakinan. Suara-suara tawa riang Hasan, Hawa, Keysa dan Alia kembali terngiang di telinganya. Luka di hatinya yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri terasa disiram air garam, hanya karena mendengar suara tawa-tawa bahagia itu. Bahkan Alia, ibu kandungnya melupakannya. Sengaja Dewi menelpon Alia dan mengatakan jika Keysa sakit dan pingsan. Agar ibunya itu mendatangi rumah Hasan dan Keysa, lalu kemudian mengetahui kedatangannya di Kota ini. Lalu Alia akan menemuinya. Tapi ternyata Alia tetap tidak mendatangi rumahnya. Walau bersebelaha