Bab 15 : Penjelasan

1008 Kata
Adi sampai ke sekolah tepat setelah bel masuk berbunyi, beruntung mereka mendapatkan penerbangan pagi sehingga ia tidak jadi membolos. Sesampainya ia di kelas, beberapa temannya menatap Adi dengan penuh tanya. Sebab gaya berpakaian Adi seperti bukan Adi yang biasanya. Jika kemarin ia mengenakan seragam sekolah dengan rapi dan atribut yang lengkap, tetapi hari ini sangat berbanding terbalik. Baju seragam yang di keluarkan, tidak mengenakan dasi dan juga rambut yang acak-acakan. Persis seperti Adi di dalam dunia itu. Akh! Membahas tentang dunia itu, Adi jadi mengingat obrolan dirinya dengan sang paman sebelum pulang ke Indonesia. Pagi itu keadaan masih gelap gulita, bahkan Adi bisa menebak jika jam masih menunjukkan waktu dini hari, tapi lantaran ia tidak bisa memejamkan matanya, Adi memutuskan untuk keluar dan duduk di ruang keluarga milik pamannya yang tampak luas itu, jangan tanyakan Kevin ke mana,.yang jelas setelah pulang dari bertemu dengan teman-teman nya di Malaysia, Kevin langsung tidur di kamar miliknya tepat di sebelah Adi. Saat Adi tengah termenung, ja dikagetkan dengan kedatangan sang paman yang terlihat membawa gelas kopi yang kosong dari arah ruang kerja. "Di, kok belum tidur? Kenapa? Gak nyaman yah?" Adi menggeleng. Ia sangat nyaman dengan kamar itu, meskipun tidak sebesar kamar di rumahnya tapi Adi merasa nyaman dan hangat. "Terus kenapa kok gak tidur?" Adi tidak menjawab, andai ia jujur atas apa yang menimpanya jika sudah masuk ke alam mimpi, apakah paman nya ini akan percaya? Tidak mendapatkan jawaban dari sang keponakan, Rendi atau biasa dipanggil ndi itu duduk di samping keponakannya sembari memperhatikan ke arah jarum jam yang tengah berputar. "Adi masih kepikiran masalah kecelakaan itu?" Tanya nya mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Adi. "Iya, tapi tidak sepenuhnya." Rendi mengangguk. Ia jadi teringat dengan cerita anaknya Kevin beberapa waktu lalu yang memberitahukan nya tentang keadaan Adi yang jauh dari kata baik. Ia jadi penasaran dan ingin melihat langsung keadaan Adi. "Mimpi itu..." Adi langsung melihat ke arah Rendy dengan wajah terkejut, dari mana pamannya ini tahu masalah mimpi aneh itu. "Om tahu?" Rendy mengangguk pelan. "Om sebenarnya gak percaya, tapi setelah melihat luka-luka di badan kamu om jadi percaya dengan apa yang disampaikan Kevin kemarin. " Adi terdiam, dirinya bingung harus merespon seperti apa yang jelas paling tidak om nya ini tahu permasalahan yang terjadi padanya. "Om tahu ini berat, tapi om minta kamu tidak usah membahas tentang ini. Cukup itu menjadi masa lalu yang om sendiri juga gak mau ngungkit apa lagi mengingat nya." "Tapi om, semua mimpi ini begitu nyata seolah mengisyaratkan sesuatu tentang kecelakaan itu, dan sadar atau enggaknya, Adi berhasil menemukan kejanggalan dari kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Adi lima belas tahun yang lalu." Rendi menghela nafasnya pelan. Ia tahu niat hati Adi untuk mencari tahu yang sebenarnya terjadi, tapi ini terlalu berbahaya untuk Adi sendiri, dan Rendi tidak ingin mengambil resiko jika keponakan nya akan kenapa-kenapa. "Om please.... Adi butuh keterangan dan informasi dari om,.paling tidak Adi tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya, karena yang menjadi korban di sana adalah kedua orang tua Adi. " "Malam itu om dan kedua orang tua kamu sebenarnya mau menghadiri sebuah acara bersama dan ada rapat penting setelahnya. Tapi baru setengah jalan tiba-tiba ada truk besar melaju menghampiri mobil yang sedang kami tumpangi. Karena panik ayah kamu banting stir ke kiri dan mengakibatkan mobil itu terjun ke jurang. Di sana om bisa dengar kamu yang lagi nangis di pangkuan bunda kamu yang sudah tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh darah, begitu juga dengan ayah kamu. Hanya ada om dan kamu yang sadar saat itu. " Ingatan Rendy kembali kapada kejadian nahas yang berakhir dengan kehilangan dua orang paling berharga dalam hidupnya. Kini hanya tersisa Adi sebagai penerus asli pamungkas. Semoga saja tidak ada kejadian seperti dulu. "Hari itu begitu om keluar langsung bawa kamu naik ke atas, karena kepala kamu luka parah. Hingga setelah di atas barulah banyak orang yang membantu mengevakuasi. Sebulan lebih om tidak berani menyetir mobil . " "... Dua bulan setelah kecelakaan itu, kamu diambil alih oleh kakek dan dirawat di sana. Om yang memang sudah tidak ingin berurusan dengan keluarga pamungkas pada akhirnya memilih pergi dari sana dan sampai lah di Malaysia ini." "Apa yang membuat om gak mau hidup bersama keluarga pamungkas lainnya?" Tanya Adi yang merasa heran dengan keputusan pamannya dan merasa jika ada sesuatu yang terjadi sampai Rendi memutuskan untuk meninggalkan keluarganya sendiri. "Adi, satu hal yang harus kamu tahu, Nak. Keluarga yang kamu anggap keluarga selama ini sebenarnya bukanlah keluarga kamu! Ayah kamu anak tunggal. Dan kekayaan keluarga Pamungkas itu murni punya ayah kamu dan sekarang jatuh ke tangan kamu." Alis Adi menukik tajam pertanda ia tengah kebingungan. "Anak tunggal? Lalu paman?" "Dulu nenek itu janda sebelum menikah dengan ayah paman. Janda kaya yang ditinggal mati suaminya. Dan saat itu nenek hanya punya anak satu yaitu ayah kamu. Di detik-detik sebelum wafat nya, nenek mengatakan jika harta Pamungkas saat ini sepenuhnya punya ayah kamu, bahkan kami yang anaknya sendiri tidak mendapatkan hak itu. Sempat marah memang, tapi begitu tahu jika itu bukan murni keinginan nenek melainkan kakek kandung kamu telah menuliskan wasiat jika hartanya hanya akan dimiliki oleh anak semata wayangnya saja." "Jadi, sebab ini ada banyak orang yang tidak suka ayah?" Rendi mengangguk,.hampir sebagian besar keluarga ayahnya tidak menyukai perihal ini. Bahkan ada yang terang-terangan menyindir ayah Adi ketika sedang kumpul keluarga. Sehingga demi kenyamanan bersama, Abang nya itu memilih pindah dari mansion dan hidup di rumah yang saat ini di huni oleh Adi. "Bahkan ketidak sukaan mereka itu melebih batas,.Adi. hari itu mobil yang kita tumpangi ternyata sudah di sabotase. Dan truk yang hendak menabrak kita itu memang suruhan para pecundang pamungkas." "Apa?" Adi terkejut bukan main, mendengar kronologi yang disampaikan pamannya ia tidak menyangka jika ini disengaja. "Paman tahu semua setelah supir itu dayang ke hadapan paman dua Minggu setelah kecelakaan dan mengakui semuanya, jadi Adi, apa pun yang mau kamu lakukan jika itu berhubungaan dengan keluarga pamungkas, om mohon urungkan niat kamu, karena om gak mau kehilangan lagi." Adi tak menjawab sebab ia sudah memikirkan semua tindakan yang akan ia lakukan nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN