Bab 28 : Ulah Kevin

1100 Kata
"Anjir, ngikut dong sampe ke mansion." Celetuk Kevin yang kaget melihat kehadiran sekumpulan manusia penjilat yang tadi sempat ia temui di pemakaman. Adi sendiri tidak menanggapi apa pun. Hingga ketika mobil mereka dicegat dan dihentikan oleh pakde nya. "Turun kamu, Adi! Jangan lari dari permasalahan." Teriak pakde nya dari luar. Entah karena ia sedang di dalam mobil atau bagaimana, yang jelas ia hanya mendengar samar suara itu. Padahal jika dilihat dari urat yang menonjol sudah pasti pakde nya teriak marah. Kevin melihat ke arah Adi. "Gimana, Di? Mau turun?" Adi menggeleng. Ia memang tidak ada niatan untuk turun menemui keluarga nya itu, biarkan saja mereka menunggu di depan gerbang seperti gembel. Karena keamanan mansion sangatlah ketat, tidak sembarangan orang boleh masuk. "Laju aja, ngapain ngurusin orang gila." Perintah Adi yang membuat Kevin tertawa geli, di mana ada lagi manusia gak ada akhlak seperti Adi? Keluarga nya sendiri dikatain. Brak! "Keluar! Keluar kamu." Mobil yang dikendarai Kevin digedor-gedor dan beberapa anggota keluarga nya sudah masuk ke area taman depan, satpam yang bertugas saja kewalahan menyingkirkan hama itu. Adi mau tidak mau harus keluar menghadapi para anjing yang kehausan harta. Dengan sikap santainya Adi keluar sembari menatap datar keluarganya yang terlihat menatapnya penuh dengan raja benci. "Pantas kamu jual rumah itu, ternyata mau tinggal di rumah ini juga toh?" Cibir bude nya. "Kalau udah tinggal di rumah ini, kenapa duit jual rumah yang lama ditelan sendiri? Gak mau berbagi banget sama keluarga." Adi membiarkan keluarganya itu terus mengeluarkan cibiran, ia hanya akan diam yang pasti sampai semuanya lemah sendiri. Suruh siapa bacot dan membuatnya merasa tidak nyaman. "Diam aja kamu! Sadar kalau kamu salah?" Adi menggaruk pelipisnya pelan sambil tersenyum geli. Ibu nya kok bisa sih punya keluarga modelnya begini? Bodoh tapi sok pintar. Andai ini dibawa ke ranah hukum pun jelas Adi akan menang, kecuali saat itu Adi ikut meninggal baru mungkin bisa saja. "Pakde, bude. Sebenarnya Adi bingung loh ini. Kalian berbondong bondong datang ke sini mau ngapain? Ini mansion milik keluarga pamungkas gak sembarangan orang bisa masuk buat keributan." "Halah bilang aja kamu mau menghindar kan?" "Manghindar gimana maksudnya? Jujur aja Adi mulai muak, seharian kalian ajak ribut. Gak malu apa? Adi loh anak yatim piatu, masih aja hartanya diminta. Segitu susah nya kehidupan kalian di sana? Sampai jauh-jauh datang cuma mau buat minta harta?" "Heh Adi! Lantam kali mulut kamu sekarang yah, kami bukan gak mampu tapi hanya menanyakan ke mana hasil penjualan rumah itu, kenapa kamu gak konfirmasi ke kita dulu kalau rumah itu dijual?" Adi menghela nafas lelah. Ini akibatnya jika meladeni emak-emak alay yang biasanya sibuk bergosip atau goyang alay sana sini. "Bude, mending bude pulang aja. Kalau pun bude mau nanya uang nya ke mana, uang nya udah habis." Final Adi agar masalah lekas selesai. Tapi bukannya berhenti, bude nya malah memberikan ia tamparan keras yang menyebabkan pipinya berdenyut perih dan mungkin akan membekas beberapa hari ke depan. "Gak tau diri kamu, kamu pikir itu rumah punya siapa hah?" Adi mengusap pipinya pelan. "Terserah bude. Yang jelas rumah itu udah Adi jual," ujar nya yang langsung masuk ke dalam mobil meninggal kan bude nya yang mencak-mencak gak karuan. Begitu masuk mobil, Kevin sudah tersenyum manis menatap ke arah dirinya. Akh dia jadi tau kenapa sepupunya itu memaksa dirinya untuk ikut ke markas. Ternyata menghindari para predator harta ini.. Adi memberikan dua jempol nya ke arah Kevin sebagai bentuk aprisiasi nya atas itikad baik dan cepat tanggap sepupunya itu. "Keren kan gue?" Bangga kevin sembari menepuk dadanya. Adi mengangguk mengiyakan. Dari pada nanti nangis tujuh hari tujuh malam. "Gue sebenernya udah tahu sih itu manusia ada di gerbang sejam yang lalu. " Adi langsung melihat ke arah Kevin dengan cepat. "Lo udah tahu, tapi gak mau kasih tau gue?" Kevin mengangguk. Menyadari jika sepupunya diam, Kevin langsung terlihat panik. "Eh, bukan itu maksud gue. Cuma ngapain coba direspon. Lagian gue mau liat gimana mereka ketemu sama keluarga pamungkas. Ternyata menciut dong. " Adi menggeleng samar. Sepupu gilanya ini memang ada saja tingkah absurd nya yang kadang membuat ia berpikir sebenarnya Tante nya waktu hamil dulu ngidam apa sih? Kenapa bisa terlahir penerus keluarga yang begini modelnya. "Di, masalah rencana itu gimana jadinya? Tetap mau kita lanjutkan atau berhenti?" Tanya Kevin memastikan. Dan respon Adi selanjutnya membuat pemuda itu menghela nafas lega. "Lanjut lah, ya kali kagak lanjut," ujar Adi yang terlalu menggebu-gebu. Lagian kenapa harus tidak lanjut? Kalau berhenti otomatis semua keanehan yang selama ini ia alami akan ia biarkan saja. "Selo aja lah, jangan ngegas." Adi mengangkat kedua bahu nya acuh. Ia tidak ngegas dan perasaan suaranya Selo aja. Emang Kevin nya saja yang lagi dalam masa sensi. Dalam perjalanan hanya keheningan saja yang mengisinya. Seolah dua orang yang duduk saling bersebelahan fokus dengan kegiatannya masing-masing. Sebenarnya nya kevin gatal ingin bertanya tentang keluarga dari bunda Adi itu, tapi nanti saja setelah sedikit reda. Tidak sampai tiga puluh menit, mereka sampai di sebuah rumah sederhana yang di depannya sudah terparkir rapi jejeran motor sport yang Adi lihat sangat keren sekali. Kevin yang turun duluan langsung disambut dengan beberapa temannya yang Adi lihat menggunakan jaket kulit dan hodie berwarna hitam. "Tumben naik mobil Lo?" Tanya salah seorang teman Kevin. Kevin sendiri terkekeh pelan, memang biasanya ia selalu naik kuda besi kesayangan nya itu, tapi karena saat ini mengajak sang sepupu, dan juga motornya tidak ada di mansion tadi terpaksa ia menggunakan mobil. Teringat Adi, Kevin menatap ke arah mobil dan ternyata Adi sudah keluar menatap asing lokasi yang saat ini mereka datangi. Wajar sih, ini untuk pertama kalinya anak rumahan itu keluar dari zona nyaman, dan sekalinya keluar malah bertemu dengan begajulan seperti teman-teman nya. "Oh ya, kenalin ini Adi," ujar Kevin memperkenalkan Adi kepada teman-teman nya. Beberapa dari mereka langsung menyambut antusias kehadiran Adi mungkin sudah terlalu bosan melihat itu-itu saja anggotanya. "Adi kenalin gue Aksara. Anak nya bapak Angkasa paling ganteng sedunia." Celetuk pemuda itu dengan Pede nya. Beberapa teman nya yang lain mencibir atas perkataan pemuda yang mengaku bernama aksara itu. Sebentar, sepertinya ia tidak merasa asing dengan nama dan sosok di depannya saat ini, ia Seperti pernah sangat mengenal atau bahkan memang kenal. Dengan raut wajah bingung Adi mencoba untuk mengingat nya, dan berhasil! Ia berhasil mengingat sosok ini, aksara merupakan teman akrab nya yang berada di dunia itu. Aksara pula satu-satunya teman yang ia miliki, dan kini mereka dipertemukan kembali Dengan keadaan yang berbeda. Apakah ini titik balik kehidupannya yang sesungguhnya? Atau ini juga merupakan suatu isyarat akan rencana mereka itu yang jelas Adi tahu semua yang ia lakukan sekarang akan dilakukan atau sudah pernah ia lakukan di dunia lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN