Pria Malang

1888 Kata

Amira yang tidak tau mengenai test yang dilakukan oleh Dharma itu hanya bisa menunduk menatap perutnya yang masih datar. Ada janin di dalamnya, hidup di sana dengan rupa masih berbentuk gumpalan darah. Membuat Amira berdesir, apakah anaknya akan lebih baik dari hidupnya? Karena terkadang, Amira pernah berharap tidak lahir saja daripada menghadapi kesulitan ini. Itulah alasan Amira harus memastikan kehidupan anaknya nanti akan lebih baik darinya. “Dek,” panggil seseorang yang mana membuat Amira bergegas menyeka air matanya. “Iya, Mas?” “Ngapain di dalem? Kamu mual? Buka pintunya, Sayang. jangan dikunci.” Begitu penuh kasih sayang, memperlakukan Amira layaknya Ratu. Mungkin Amira tidak akan sanggup hidup tanpa Dharma, pria itu segalanya untuk dirinya. “Nggak, Mas. sebentar.” Begitu kelu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN