Chapter 4

1390 Kata
"Ugh..." "Kau akan ku bunuh sekarang. Agar tidak akan ada lagi yang bisa menghalangiku untuk membunuh tuanmu," ucap Albert sambil menyeringai, dan mencekik leher George. "Ugh..." erang George menahan panas di lehernya dan rasa sesak napas. "Lepaskan dia, dasar bodoh!" Tiba-tiba saja seorang pria berambut hitam bermata merah menendang Albert hingga membentur dinding. "Apa kau bisa berdiri?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya membantu George berdiri. "Ah terima kasih, tuan," ucap George menerima uluran tangan pria itu. "Akhirnya kau kembali juga, Ralf," ucap Albert yang sudah kembali berdiri tegak sambil menyeringai. "Apa maumu sebenarnya, Albert? Aku sedang tidak ingin berkelahi," tanya Ralf dingin. "Yang aku inginkan adalah kematianmu!" teriak Albert lalu berlari dengan cepat menyerang Ralf. Ralf dengan cepat menghindar begitu Albert akan mengenai wajahnya yang tampan. Membuat Albert membentur dinding di belakang Ralf tadi. Tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini. Ralf langsung mengulurkan tangannya kedepan Albert lalu tiba-tiba sebuah dorongan yang kuat membuat Albert tidak bisa bergerak. Seperti gravitasi telah menariknya hingga tidak bisa keluar dari dinding yang tadi ia tabrak. "Ugh ... sial, pengendali pikiran," decak Albert kesal, dengan sekuat tenaga Albert melepaskan diri dari kekuatan pengendali pikiran milik Ralf, tapi setiap dia akan terlepas, Ralf semakin kuat menekan kekuatan pengendali pikirannya. "Aku tidak ingin berkelahi Albert. Sebaiknya kau berhenti," ucap Ralf dingin. "Memangnya siapa kau berani memerintahku?" tanya Albert tajam lalu dengan semua kekuatannya. Ia melepaskan diri dari kekuatan pengendali pikiran milik Ralf. Albert langsung menyeringai begitu ia terlepas dari kekuatan pengendali pikiran milik Ralf. "Akan aku bunuh kau sekarang, Ralf!" teriak Albert lalu berlari dengan sangat cepat tanpa terlihat menyerang Ralf. Ralf yang melihat itu langsung membulatkan matanya sempurna dan langsung mengambil langkah waspada. Tiba-tiba saja Albert muncul di samping Ralf lalu memukul Ralf hingga membentur dinding. Hingga dinding itu hancur. "Ralf!" teriak Elin khawatir. Karena suara teriakan Elin yang keras itu. Membuat Albert menatapnya dengan tatapan tajam. "Wah wah wah, coba lihat siapa ini. Dia adalah wanita yang tadi kau bawa kan?" tanya Albert sambil menyeringai dan berjalan dengan santai mendekat kearah Elin yang sedang bersembunyi di balik dinding tokoh yang dekat dengan tempat Albert dan Ralf bertarung menjadi gemetar ketakutan. Albert semakin dekat dengan Elin. Namun Elin tidak mau berusaha melarikan diri. Tidak. Dia bukannya tidak mau, tapi dia tidak bisa karena terlalu takut untuk melarikan diri. Meskipun otaknya sudah meminta kedua kakinya berlari. Tapi kedua kakinya tidak mau menurut karena terlalu takut melihat Albert yang semakin mendekat. "Sebenarnya siapa kau? Kenapa Ralf sangat ingin melindungimu?" tanya Albert lalu berhenti tidak jauh dari tempat Elin bersembunyi. Ia menyeringai. Membuat Elin semakin merasa ketakutan lalu tiba-tiba Albert berlari ingin menyerang Elin. George yang melihat itu akan melesat menyelamatkan Elin. Namun dengan cepat Ralf mendahului dan berdiri dengan mencengkeram pergelangan tangan Albert dengan kuat. Membuat Albert membulatkan matanya sempurna. "Jangan berani kau menyentuh 'wanitaku' atau aku akan membunuh," ancam Ralf tajam dan dingin. Membuat Albert membulatkan matanya sempurna. Ini pertama kalinya ia melihat Ralf yang seperti ini. Mata yang berwarna merah menyala, aura kegelapan yang sangat pekat. Memang sejak ia bersahabat dengan Ralf dulu. Albert tidak pernah melihat Ralf semarah ini. Ralf adalah sosok vampire yang baik, perhatian, dan penyayang. Itulah sebabnya bangsa serigala dan bangsa vampire dulu bisa bersatu. Itu karena Ralf yang menyatuhkan mereka. Ralf tidak pernah marah. Ia lebih senang memendam amarahnya dan merubahnya dengan senyuman ceria. Namun Ralf yang saat ini berada di hadapan Albert berbeda. Ralf yang dulu dan Ralf yang sekarang sangat berbeda. Ralf yang berada di hadapan Albert saat ini terlihat sangat marah. Hingga membuat Albert gemetar mendengar ancaman Ralf. "Huft ... maaf," ucap Ralf sambil melepas cengkeraman tangannya dan membuyarkan lamunan Albert. Melihat Albert yang tetap diam memandangnya. Ralf mengambil kesempatan ini untuk melarikan diri. Ia menggendong Elin ala bride style. "George," panggilnya. Seperti mengerti maksud Ralf. Ia langsung meloncat ke atap gedung. Ralf melirik Albert sebentar lalu meloncat keatap gedung, setelah itu ia segera melesat bersama dengan George sambil membawa Elin yang masih terdiam. "Cih ... sial," decak Albert kesal lalu melesat berlawanan arah dengan Ralf. *** Di tempat yang gelap hanya di terangi oleh cahaya sang rembulan yang berbentuk lingkaran sempurna. Seorang wanita berambut coklat, bermata silver dengan tenang duduk di atas dahan pohon. Ia sedang menunggu seseorang. "Aslyen," panggil seorang pria berambut silver bermata kuning sambil berjalan melewati kegelapan di hutan itu. "Aku di sini!" teriak wanita tadi lalu meloncat turun dan mendarat dengan mulus. "Kau ini serigala atau monyet sih? Suka sekali memanjat pohon," ejek pria itu yang tak lain adalah Albert. "Aduh!" Pekik Albert kesakitan sambil mengelus kepalanya yang tadi di pukul oleh wanita berambut coklat itu. "Enak saja mengatai kakakmu sendiri monyet," bentak wanita tadi yang tak lain adalah Aslyen. Kakak Albert putri kerajaan Werewolf. "Maaf maaf," ucap Albert dingin. "Aduh, kenapa kau memukulku lagi?" tanya Albert kesal. "Kau itu minta maaf atau mau mengajak berkelahi?" bentak Aslyen kesal membuat Albert terdiam. "Ah sudahlah. Jadi bagaimana?" tanya Aslyen penasaran. "Apanya yang bagaimana?" tanya balik Albert bingung. "Ternyata kau adik yang bodoh," ejek Aslyen membuat Albert kesal. "Apa katamu tadi?" tanya Albert kesal. "Sudahlah, jadi bagaimana pertemuanmu dengan Ralf?" tanya Aslyen mengalihkan pembicaraan. "Ya begitu," jawab Albert dingin. "Begitu bagaimana? Kalau bicara yang jelas," ucap Aslyen kesal. "Aku bertarung dengannya, sebenarnya dia tidak ingin bertarung, sehingga aku membuat dia marah besar," jelas Albert sambil menundukkan kepalanya. "Apa! Kau bertarung dengannya! Tapi kenapa?" tanya Aslyen heran. "Pasti kau yang memulainya, jika kau bilang Ralf yang memulainya. Maka aku tidak akan percaya. Ralf adalah vampire yang baik, dia tidak akan memulai pertarungan tanpa alasan. Beda lagi jika itu dirimu!" ucap Aslyen mulai kesal. "Ya, memang aku yang memulainya, aku berniat membunuhnya untuk membalaskan dendam Iel," jelas Albert kesal. "Aduh, kenapa kau memukulku lagi?" tanya Albert semakin kesal. "Dasar bodoh, aku sudah bilang. Jika yang membunuh Iel bukan Ralf, tapi kau tidak percaya. Aku memintamu untuk menemui Ralf bukan untuk membunuhnya, tapi bertanya kepadanya agar kau percaya kebenarannya. Sungguh kau ini adik terbodoh yang aku tahu," jelas Aslyen kesal membuat Albert langsung membulatkan matanya sempurna. "Apa itu benar?" tanya Albert dengan suara yang mulai bergetar. "Dasar bodoh, tanya sendiri sana kepada Ralf. Kali ini lebih baik kau jangan gunakan kekerasan, tapi gunakan otakmu. Sebentar lagi kau akan menjadi pemimpin bangsa serigala, tapi kau sama sekali tidak mempunyai otak." ucapan terakhir Aslyen berhasil membuat Albert terdiam. Seperti ada panah yang cukup besar menusuk jantungnya. "Baiklah, aku akan menanyakan kembali kepada Ralf," ucap Albert sedih dan akan berbalik meninggalkan Aslyen. "Tunggu," cegah Aslyen cepat. Albert membalikkan badannya dengan malas lalu menatap Aslyen. "Sebaiknya kau lakukan besok, sepertinya dia masih marah," usul Aslyen. "Baiklah," jawab Albert pasrah lalu berjalan kembali mendekat Aslyen. "Sebenarnya apa yang kau lakukan sampai membuat Ralf marah besar? Tidak mungkin hanya karena kau memaksanya bertarung," tanya Aslyen curiga. Albert tidak langsung menjawab pertanyaan Aslyen. Dia langsung mengalihkan pandangan matanya kearah lain. Ia tidak berani menatap langsung kemata kakaknya. "Kenapa kau mengalihkan pamdanganmu?" tanya Aslyen curiga. "Tidak apa-apa," jawab Albert gugup. "Katakan kepadaku yang sebenarnya Albert, atau aku akan memukulmu sampai babak belur, mematahkan kedua kaki dan tanganmu sehingga kau akan lama pulih dan tidak akan bisa berburuh dalam waktu lama ini," ancam Aslyen tajam, dan matanya menjadi menyala. Membuat Albert semakin gemetar ketakutan. Aslyen adalah sosok yang baik, ramah, banyak bicara, ceria. Namun jika dia serius, maka ia akan sangat menakutkan. Albert semakin sulit meneguk salivanya begitu Aslyen semakin mendekatinya dengan wajah yang sangat menakutkan. "Ba ... baiklah ... a ... akan aku katakan," ucap Albert gugup. "Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat Ralf marah. Sepertinya Ralf marah besar ketika aku akan menyerang seorang wanita yang sempat bersamanya. Saat itulah Ralf terlihat marah besar. Mata merahnya menyala, aura kegelapannya sangat besar dan menakutkan," jelas Albert. "Wanita? Siapa wanita itu?" tanya Aslyen penasaran. "Aku juga tidak tahu, aku baru saja bertemu dengannya tadi," jelas Albert. "Bagaimana ciri-ciri wanita itu?" tanya Aslyen semakin penasaran. "Hmm ... kalau tidak salah. Wanita itu berambut hitam pekat panjang, bermata coklat tua, berkulit putih," jelas Albert membuat Aslyen semakin bingung. "Albert besok kita akan menemui Ralf," ucap Aslyen tajam. "Kita?" tanya Albert memastikan. "Ya, Kita. Aku akan ikut denganmu. Ada sesuatu yang harus aku tanyakan kepadanya," jelas Aslyen tajam. Membuat Albert membulatkan matanya sempurna. "Ba ... baiklah," ucap Albert gugup, karena melihat kakak perempuannya ini sedang serius. "Baiklah, ayo kita pulang," ajak Aslyen ceria. Albert hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban 'ya'.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN