Pelajaran Merayu
“Kenapa semua harus pakai syarat bos?,” sekali-kali gratis dong, jadi bos pelit amat, ngakunya orang kaya,semangkuk sup aja pake syarat,” ejek Sarah kepada Kris dengan berani.
“Suka-suka saya, kamu lupa dengan bunyi pasal 1 dari saya, ‘orang kaya bebas mau ngapa-ngapain’, lagipula kamu kan tahu kalau di dunia ini tidak ada yang gratis.”
“Ya, elah Bos. Gak usah banyak omong deh, sebutin aja apa syaratnya.” Tantang Sarah.
Dengan senyum devilnya,Kris menatap ke arah Sarah, “Kamu harus mijat badan saya, perlu kamu tahu badan saya pegal-pegal dan lebam, karena kamu banting tadi pagi.”
“Lah, bukannya itu salah Bos sendiri, siapa suruh nyelonong masuk apartemen saya, main peluk-peluk aja. Bukannya saya tidak selevel dengan Bos?, tanya Sarah balik.
“Saya hanya mengetes, apakah keamanan apartemenmu itu terjamin, dan tenyata tidak. Buktinya saya malah diantarkan masuk ke dalam apartemenmu oleh penjaga apartemen yang kamu tempati. Sepulang dari Jerman nanti, kamu pindah ke sebelah apartemen saya, dan saya tidak terima bantahan dari kamu.”
“Kamu tentu ingat prinsip saya bukan, “Atasan selalu benar dan selalu tahu yang terbaik untuk bawahannya, keputusan saya tidak dapat diganggu gugat.”
“Astaga naga Bos, kenapa sih selalu semena-mena dengan saya yang hanya rakyat jelata ini. Dosa apa saya, mendapatkan bos yang ruarrr biasa, seperti bos.”
Tanpa aba-aba Kris memanggil seorang pramugari melalui intercom. Sang pramugaripun bergegas datang menghampiri Kris, karena ia tidak mau dimarahi lagi oleh Kris. Baginya cukup sekali dimarahi oleh bos macam Kris.
“Bawakan saya satu mangkuk sup ayam, dan jus jeruknya 2 gelas. Jangan lama-lama, saya mau dalam waktu 10 menit semua harus sudah tersedia. Kalau tidak, kamu akan saya suruh mengepel lantai pesawat saya.”
Pramugari tersebut bengong mendengar ultimatum Kris yang semena-mena, saking bengongnya melihat muka sombong Kris yang memang sangat tampan di tambah mulut lemesnya, membuat pramugari itu tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
“Waktu kamu saya hitung mundur dari,” sambil berkata seperti itu Kris melihat ke arah jam tangannya, “sekarang, go...go....!.”
“Ya, Allah bos, kasihan tuh anak orang bisa jantungan lari-lari, memangnya ini sedang kompetisi “Masterchef,” ya bos?.
“Ternyata, kamu tidak belajar juga, ya!, otak kamu itu lemot kaya siput kalau dipakai buat mikir. Ingat, ya jangan kamu sampai lupa lagi, atasan selalu benar, bawahan harus tunduk dengan apapun perintah atasan, tidak pakai debat.”
‘Kalau saya sih, ogah. Apalagi model bosnya kaya si bos, sudah sombongnya selangit model boskan juga germ..” melihat Kris yang matanya sudah melotot mau keluar, Sarah tidak jadi mengucapkan kata-kata tersebut secara lantang, ia hanya mengucapkannya dalam hati, “germo.” Sambil nyengir lebar.
Kris memberengut kesal ke arah Sarah, “Cepat, suapin saya lagi, saya masih lapar.”
Dalam hatinya Sarah merutuki Kris, “Gila, nih bos ternyata manja abis. Tapi lucu banget lihat muka si bos ngambek, kayak anak kecil gitu, dengan muka yang dibikin imut kayak marmut, ups...salah, si bos mana ada imutnya, yang ada sangar macam Singa,” tanpa sadar Sarah terkikik geli.
“Kenapa kamu ketawa-ketawa, jangan bilang kamu lupa membawa obat sarafmu. Awas saja kalau kamu menggila, akan saya masukkan kamu ke rumah sakit jiwa saat kita transit nanti.”
“Yang ada bukan saya yang bakalan menjadi penghuni rumah sakit jiwa, tapi bos yang lebih cocok menjadi penghuni rumah sakit jiwa.”
Sarah kemudian kembali menyuapi Kris memakan sup ayam. Dalam hatinya Sarah berucap, “Kayaknya ibu si bos sewaktu hamil ngidam pengen makan bunglon deh, secara si bos kan mudah berubah-berubah, sebentar marah, sebentar manja, terus berubah lagi jadi bos germo.”
Tepat sepuluh menit kemudian pramugari dengan name tag Lusiana, yang tadi mendapatkan perintah kejam dari Kris, (menurut Sarah sih, perintah Kris itu kejam), tiba membawakan semangkuk sup ayam dengan asap yang masih mengepul dan juga 2 gelas jus jeruk.
“Awas ya, kalau tidak enak, kamu saya hukum!, ancam Kris.”
“Mbak, jangan di dengarin ancaman si bos ya!, anggap aja ancaman si bos kaya ancamannya ‘Sapi Ompong’, buktinya saya yang sering diancam, enggak dipecat-pecat. Padahal salah saya sudah banyak banget mendapat ancaman dan berbuat salah.” Kata Sarah kepada Lusiana.
Pramugari itu hanya tersenyum ke arah Sarah, “Itu kan, karena mbak kekasihnya bos, mana mungkin bos memecat kekasihnya,” ucap Lusiana.
Kris yang sedang meminum jus jeruk, menyemburkan minumnya ke arah Sarah. Dipelototkan matanya ke arah Lusiana.
Sementara Sarah, ia terbatuk mendengar ucapan Lusiana, sambil menyeka air minum semburan dari Kris ke wajahnya, “Si bos kaya si mbah dukun aja, main sembur-sembur,” rutuk Sarah dalam hatinya.
Sebelum Kris sempat berucap, Sarah yang terlebih dahulu berbicara, “Mbak, jangan ngadi-ngadi deh, mana mungkin saya mau sama cowok modelan antik kaya si bos, bisa jatuh harga diri saya mbak,” kata Sarah sambil melirik ke arah Kris.
Kris hanya mendengus kesal, dengan lambaian tangan di usirnya Lusiana.
Setelah membaca doa makan, Sarah menyantap sup ayamnya,”Hmm..., ternyata enak ya bos, pantesan bos pelit. Nggak mau berbagi.”
“Hmm,” gumam Kris. “Kamu jangan lupa ya, setelah ini kamu harus mijatin saya, sesuai dengan kesepakatan kita. Bikin saya keenakan, sampai saya tertidur. Ini juga termasuk pelajaran merayu dan mengngoda.” Tambah Kris kepada Sarah.
“Weleh-weleh, si bos mau menjadikan saya juru pijat juga ya,mana pernah saya memijat. Apalagi memijat lawan jenis. Sepertinya bos akan menjadikan saya sebagai sekretaris dengan multi talenta nih. Saya harus bisa menjadi perayu dan penggoda, sekarang saya juga harus bisa menjadi juru pijat. Kalau begitu gaji saya dobel ya, bos!.”
“Saya akan pertimbangkan, kalau servis pijatmu di tambah pijat plus-plus, akan saya beri kamu bonus kenaikkan gaji.” Kata Kris, sambil mengedipkan matanya ke arah Sarah.
Sarah mengabaikan perkatan Kris, ia hanya mendumel dalam hatinya, “Dasar bos g***o mesum.”
“Nanti, pijatnya di sini aja ya bos, sofanya kan juga luas, bisa buat bos rebahan. Saya takut kalau mijat bos di kamar, nanti ada setan yang lewat, dan terjadi hal-hal tak terduga yang menghancurkan reputasi saya sebagai wanita baik-baik.”
“Oke, saya terima kamu pijat saya disini.”
“Saya hampir pingsan bos, waktu bos bilang, ‘oke saya terima’, kirain bos mau ngucapin ijab qobul ke saya. Ucap Sarah sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya dengan cengiran di bibir tipis Sarah yang diolesi lipt balm.
Pletak!
Kris menimpuk kepala Sarah dengan tisu, “Sepertinya saya harus memanggil psikiater untuk memeriksa kejiwaan kamu.”
“Berarti bos juga perlu diperiksa psikiater dong!, kan bos suka nggak jelas tuh, memberi perintah ke saya. Mana ada sekretaris dari pengusaha kaya raya yang kekayaannya tidak habis tujuh turunan, gantengnya melebihi opa-opa Korea, tapi sayangya saya bukan penggemar opa Korea ya bos, jadi bos nanti nggak perlu bertingkah seperti opa Korea ya.”
“Ya, terus kita sama-sama menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Dan kita di sana nanti terus berdebat, itu kan maumu. Enak saja!. Yang gila cukup kamu saja, tidak usah bawa-bawa saya, tambah Kris.”
“Sudah, jangan banyak omong, cepat habiskan supmu!,” perintah Kris kepada Sarah.
“Biar kamu cepat memijat saya, badan saya sudah pegal-pegal semua.”
Sarah dengan sengaja memperlambat menyantap supnya, ia bertingkah seolah-olah sup itu merupakan makanan terlezat yang pernah dinikmatinya.
Matanya dibuat merem melek, seolah-olah sup tersebut makanan terlezatyang pernah dinikmatinya.
Kris menggerutu kesal dengan ulah Sarah. Di tatapnya Sarah dengan tatapan horor, Sarah justru senyum-senyum saja. Tidak ada rasa takut sedikitpun dihatinya kepada Kris.
Akhirnya Sarah selesai juga menyantap supnya. Yang bagaikan berjam-jam lamanya menunggu Sarah menyelesaikan menyantap supnya. Melihat hal itu, Kris bernafas dengan lega. Di bukanya kemeja hingga memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak tanpa ada lemak berlebih.
Melihat pemandangan di depannya, Sarah menelan salivanya, matanya menatap kagum ke arah perut Kris, “Nikmat mana lagi yang kau dustakan, gila keren abis bodi bos Q” gumam Sarah dalam hatinya.
Kris menatap Sarah dengan pandangan mencemooh, “Kenapa?, kamu belum pernah melihat tubuh seindah saya. Jaga mata kamu, jangan lama-lama melihat, nanti ngiler kamu melihat tubuh indah saya,” Kecam Kris kepada Sarah.
“Ya elah, si bos. semenit aja berhenti sombongnya kenapa sih!, lagipula, kan dilarang menolak rejeki.”
Kris kemudian menelungkupkan badannya di atas sofa. Dengan ragu-ragu Sarah mengambil minyak pijat lalu dioleskannya ke badan Kris.
Sarah menjadi gugup setengah mati memijat tubuh Kris. Ia bergumam, mengutuk Kris, “Dasar bos g***o, turun harga diriku. Masa seorang sekretaris menjadi tukang pijat.” Namun, tanpa sadar ternyata suaranya didengar oleh Kris.
“Saya mendengar ucapanmu, apa kamu mau benar-benar saya menjadi g***o?, nanti saat kita transit di Turki, akan saya tawarkan kamu sebagai harem kepada kenalan saya.”
“Eh, jangan bos Q.” Sarah kemudian memijat Kris dengan kencang, seperti permintaan Kris. Dapat dilihatnya memar berwarna merah di punggung Kris, “Apakah ini bekas bantinganku,” gumam Sarah. Wah, ternyata hebat juga bantinganku, meski sudah lama tidak praktik beladiri.”
Sementara Sarah memijat Kris, di dengarkannya suara Kris mendengkur, “Gila,nih bos dengkurannya kaya suara sapi mau di sembelih aja, kencang banget. Eh, tapi emang enak banget ya pijatjanku, sampai bikin si bos gak pake lama tertidur.”
Karena merasa Kris sudah tertidur, Sarah beranjak menuju ke kamar yang tadi sempat dimasuki Kris. Dicucinya tangan pada wastafel, lalu diambilnya dua buah selimut. Iapun kemudian kembali menuju sofa tampat Kris berbaring.Diselimutinya Kris, setelahnya Sarah sendiripun berbaring di atas sofa yang ada di seberang Kris. Mereka berdua tertidur dengan lelapnya.
Krislah yang bangun terlebih dahulu, diregangkannya badannya. Ia lalu berdiri menuju ke arah Sarah. Dibangunkannya Sarah dengan kasar.
“Siapa suruh kamu tidur?, ayo cepat bangun. Cepat cuci muka, ilermu kemana-mana!,”perintah Kris.
Secara otomatis Sarah meraba wajahnya, ia merasa malu kalau benar ia tidur sambil ngiler, dan ilernya kemana-mana.
Kris terkekeh senang, karena berhasil mengerjai Sarah.
“Mandilah, di kamar saya, selesai makan siang kita lanjutkan pelajaran merayu dan menggoda.”
Sarah menatap sebal ke arah Kris, dicebikkannya bibirnya, “Saya kira bos sudah insyaf, dari dosa dan kekhilafan menjadikan wanita baik-baik seperti saya sebagai wanita perayu dan penggoda.”
“Sembarangan kamu, mengatai saya khilaf. “Saya itu sedang memberikan hukuman yang pantas buat kamu. Biar kamu tidak melakukan kesalahan yang sama, kalau kamu tetap melakukan kesalahan yang sama saya jadikan kamu harem teman saya di Arab sana.”
Sarah hanya menganggukkan kepalanya, ia segera berlalu menuju ke kamar Kris untuk mandi, di kamar mandi yang ada di sana.
Didengarnya Kris berteriak dibelakangnya, “Pakai salah satu bajumu yang seksi, agar latihan kita nanti ini labih berasa, seperti sungguhan.” Perintah Kris.
“Lebih berasa, bumbu kali, dasar bos cabul.” Rutuk Sarah dalam hatinya.
Sepeninggalnya Sarah, Kris membuka berkasnya yang belum sempat tersentuh semenjak berada di dalam pesawat. Kris begitu larut dalam dengan berkas di tangannya hingga tidak menyadari kalau Sarah sudah menyelesaikan mandinya.
Sarah berdehem untuk memecah konsentrasi Kris, yang fokus dengan berkas di tangannya.
“Ekhem, bos saya sudah selesai!,” lapor Sarah kepada Kris.
“Hmm!,” Kris lalu mendongak dari berkas yang ada di tangannya.
Kris membesarkan bola matanya melihat penampilan Sarah, “Wow, ternyata bisa juga kamu menjadi wanita anggun, tidak seperti biasanya yang bernampilan seperti perempuan jadi-jadian.”
Sarah membulatkan matanya, mendengar kata-kata Kris, “Apa maksud bos mengatakan saya perempuan jadi-jadian?, saya ini perempuan tulen... dengar bos t-u-l-e-n. Atau... jangan-jangan, si bos yang pria jadi-jadian. Secara, mulut bos kan lemes banget, nyinyirnya selangit,kaya emak-emak.”
Kris langsung berdiri dari duduknya, “Dipelototinya Sarah, “Saya ini pria sejati, kamu dengar!. Pria sejati, kekasih saya banyak, tidak seperti kamu, yang belum pernah pacaran. Itu meragukan ke ‘wanitaan’ kamu, siapa tahu kamu penyuka sesama jenis.” Ejek Kris kepada Sarah dengan senyum meengejek.
Sarah ikut bangkit berdiri, “Dengar ya bos, saya bellum pernah berpacaran itu bukan karena saya tidak suka sama lelaki. Tetapi, Tuhan belulm mengirimkan jodoh yang tepat buat saya,” balas Sarah emosi kepada Kris.
“Alasan klasik. Saya mau mandi dulu, pesankan makanan untuk kita. Capek saya berdebat dengan kamu, yang gak pernah mamu mengalah.”
“Bos Q yang tampan, dimana-mana itu pria yang mengalah sama wanita, bukan sebaliknya.”
“Be-te-we, kamu kelihatan cantik memakai gaun itu!, saya juga bisa kan memuji kamu, nggak hanya debat dan marah-marah saja yang saya bisa. Tapi ingat!, jangan baper, kamu bukan tipe saya,” sambil berjalan Kris tertawa terbahak-bahak melihat wajah Sarah yang memerah. Entah merah karena malu atau karena marah.Yang pasti ia merasa bahagia, saat bersama dengan Sarah.
Sarah mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi, ia lalu berteriak, “Dasar bos gak ada akhlak, saya juga gak a-k-a-n naksir sama pria dengan mulut lemes kaya bos!.”
“Kenapa sih si bos, setiap ketemu ngajak berantem terus, apa jangan-jangan si bos sebenarnya naksir aku, ya? terus dia menutupin perasaannya dengan marah-marah. Kan di n****+-n****+ biasanya seperti itu,” gumam Sarah.
Kris tidak memperdulikan teriakan Sarah, ia tetap berjalan menuju ke kamarnya. Ia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
“Sial!, kenapa sih Sarah bisa berubah menjadi secantik itu dengan penampilan yang lebih girly, nggak seperti biasanya bernampilan tomboy,” monolog Kris dalam hatinya.
“Aku tidak mungkin menyukai wanita tomboy seperti sarah, dia bukan tipeku sama sekali.” Sangkal Kris dalam hatinya.